Hal hal yang Dipo katakan, kadang membuat saya kaget dan trenyuh pada saat yang bersamaan.
Pernah suatu kali saya bilang “Dipo, Ayah doain kamu jadi anak yang pinter, nurut sama orang tua..”
Trus Dipo motong dan nanya “Jadi pinter aja ya?”
“Nurut orang tua juga dong, Po”
“I’ll try my best” jawabnya.
“Kenapa ‘try your best’?” Tanya saya penuh penasaran.
“Ya karena semakin aku pintar, aku semakin susah nurut. Semakin aku pinter, otak aku semakin happy, semakin ingin main, otak aku ga mau nurut kata hati aku”
Saya kaget.
Dipo dengan sempurna (dan jujur) menjelaskan kenapa anak anak pintar susah untuk nurut perintah atau aturan. Kecerdasannya membuat otaknya bergejolak. Sebagai hasil, dia susah untuk menuruti kata hatinya. Dipo berusaha untuk bilang, dalam hatinya dia tau apa yang benar untuk dilakukan. Hanya saja otaknya menggelitik, memancing untuk bermain, untuk memuaskan rasa penasarannya. Walhasil, hal hal yang dia lakukan berseberang dengan yang diperintahkan. Orang dewasa melabeli tindakan itu sebagai “Nakal”.
Kemarin waktu ambil raport untuk kenaikan kelas dari kelas 1 SD ke kelas 2, gurunya berkata kepada saya
“Pak, saya minta ijin, kemarin saya ngerekam Dipo di HP saya. Dipo menjelaskan dengan detail bagaimana cara pencernaan bekerja. Lengkap dengan nama nama organ & dalam bahasa Inggris. Ketika saya tanya Dipo tahu dari mana, katanya dari ipad. Saya ijin untuk menunjukkan video ini ke guru guru yang lain ya Pak. Mau kasi bukti anak anak jaman sekarang senang belajar dari medium yang lebih seru & interaktif”
Saya tanya, “Pas pelajaran apa Bu?”
Gurunya menjawab “Bukan pas pelajaran Pak, tiba tiba aja Dipo pagi pagi datengin saya trus ngomong ‘Miss, do you know how our Intestine works?’ Trus dia nyerocos. Saya sampe stop Dipo dan suruh dia ulang dari awal untuk saya rekam”
Sekilas anda akan merasa Dipo anak yang cerdas & tidak punya masalah di sekolah. Sebaliknya, Dipo sampai sekarang kesulitan baca, tulis & berhitung. Anak ini pernah tidak mau masuk TK karena malu teman temannya bisa baca-tulis-hitung dan dia tidak.
Di sekolah, Dipopun merasa bahwa dia bukanlah yang paling pintar di kelas. Bahkan barusan sebelum dia tidur, Dipo dengan mata berkaca kaca curhat kepada saya “Ayah bilang Allah bikin aku spesial, tapi kenapa aku selalu bikin masalah? Bikin Ayah & Mama marah? Kenapa aku susah nurut? Kenapa aku bodoh?”
Saya (lagi lagi) kaget dengar anak 7 tahun bisa bertanya hal seperti itu. Dia seakan melakukan kontemplasi & menyadari tindakan dia & bingung kenapa dia seperti itu. Otaknya seperti bertanya kepada dirinya sendiri “Kok gue susah amat sih nurut?”. Anak lain mah boro boro mempertanyakan itu kepada dirinya sendiri.
Spesial memang si Dipo. Sebagaimana setiap anak itu spesial.
Semua anak spesial.
Setiap anak unik.
Karenanya, setiap anak sebaiknya tidak diseragamkan.
Saya tahu banyak orang tua yang merasa tidak ada masalah dengan UN. Tapi itu rasanya karena 2 hal.
Pertama, mungkin belum pernah lihat gambar ini:
Kedua: Mungkin karena anaknya tidak seperti anak saya. Yang kecerdasannya bukanlah hal hal yang ada pelajarannya di sekolah. Yang kecerdasannya tidak terbaca & ternilai di sekolah.
Mungkin anaknya pintar matematika, pintar bahasa Indonesia. Pintar menghafal.
Mudah mengulangi apa yang diberi tahukan kepadanya.
Anak saya, malah ga pernah nurut sebelum dia tau apa manfaatnya untuk dia. Saya ingat, di pertemuan pertama orang tua dengan guru di kelas 1 SD, gurunya berkata “Kami terus terang agak kesulitan dengan Dipo. Dia gak mau ikut aturan seperti yang lain. Dia selalu tanya “Kenapa?” dan kami harus jelaskan dulu. Kami terus berusaha untuk akomodir dia tapi sayangnya kalau setiap aturan harus dijelaskan dulu, yang lain jadi ikut terhambat proses belajarnya.”
Dalam hati, saya berkata “Bagus”. Karena anak yang terlalu nurut juga bahaya. Di Amerika ada banyak kasus di mana anak anak usia 7-14 tahun meninggal kepanasan di dalam mobil. Anaknya tidak keluar dari mobil walau kepanasan karena diperintahkan orang tuanya “Jangan keluar mobil sampai Mama/ Papa datang”. Kasus semacam ini berkali kali terjadi di Amerika Serikat. Karena terlalu nurut dengan orang tuanya tanpa berpikir kritis. Ini statistiknya.
Dipo memang beda. Hal hal dari dirinya yang saya anggap cerdas, bukanlah hal hal yang akan terbaca dalam pelajaran.
Seperti saya, saya pernah ditanya guru SMA saya tidak lama ini “Kok kamu waktu SMA ga keliatan bakal sukses kayak skarang ya Ndji?”
Saya jawab “Di sekolah ga ada pelajaran ngomong Pak, kalo ada pasti keliatan…”
Dia tertawa.
Padahal saya serius.
Saya hanya kuatir. Pertanyaan pertanyaan kritis Dipo tentang dirinya sendiri bisa jadi akan semakin membuat dirinya tidak percaya diri.
Setiap hari, saya dan Gamila yang menyuntikkan kepercayaan diri kepada dirinya.
Kami yang meyakinkan dirinya bahwa hal yang menjadikan dia berbeda dengan anak lain hari ini adalah hal unik yang akan membuat dia suatu hari “ditemukan” orang.
Dipo selalu bilang
“Aku mau bikin mobil balap sendiri”
“Aku berdoa supaya Ayah & Mama hidup cukup panjang untuk lihat aku bikin mall terbesar di dunia”
“Aku mau bikin alat untuk bikin makanan bisa hidup (yg ini gara gara nonton Cloudy With A Chance Of Meatballs 1 & 2)
Dia memang punya ketertarikan khusus kepada sains.
Dipo ketika ditanya mau hadiah apa ketika naik kelas, jawabannya “Science lab”.
Kebayang gak sih memicu kepercaya dirian Dipo bahwa dia bisa jadi scientist sementara dia sulit berhitung?
Tapi itulah tantangan saya & Gamila sebagai orang tua.
Anak kami spesial & dibutuhkan usaha yang spesial supaya dia terus tumbuh jadi orang yang spesial.
Ketika dia bertanya soal mengapa dia sering bikin masalah & sering gagal padahal saya pernah bilang bahwa Allah SWT menciptakan setiap anak spesial, saya hanya bisa menjawab:
“Nak, setiap orang yang hari ini dianggap spesial juga kesulitan untuk menjalani hari harinya ketika masih seumur kamu. Gagal itu bukan berarti kamu bodoh. Gagal itu biasa, bahkan dari kegagalan kamu belajar hal hal yang orang lain tidak tahu. Karena orang yang ga pernah gagal, pasti ga pernah mencoba hal baru”
Saya bahkan ingat persis pernah mengutip kalimat dari film Batman Begins ketika dia menanyakan hal serupa beberapa hari yang lalu:
“Dipo, do you know why we fall? So we can learn to pick ourselves up”
Dia nampaknya tidak sepenuhnya mengerti ucapan saya saat itu.
Tapi saya percaya dia pasti ingat, kelak dia akan pahami.
Dan saya hanya perlu untuk terus membuktikan kepada dia, bahwa Ayahnya benar benar sudah membuktikan apa yang dia katakan kepadanya. Bahwa ucapannya bukan bualan belaka.
Bahwa kegagalan akan selalu hadir dalam keseharian orang orang yang ingin menggapai mimpinya.
dan itu tidak apa.
This is extremely great ! 🙂
It’s always great to read ur post.
Terima kasih mas, terima kasih dan terima kasih.
Terharu dan berbobot. Saya jg guru anak2 usia dini yg belum menikah dan tentunya belum punya anak. Saya sering sedih karna banyak orangtua yg NUNTUT anaknya jd “baik” dan pintar calistung. Dan melihat ada beberapa rekan guru yg dgn senioritas mereka menyamaratakan pemikiran mereka ke anak.
Terimakasih bang Pandji dan Ka Gamila sudah menghadirkan dipo dan (shira) hahaha. Terimakasih Dipo sudah menginspirasi saya untuk lebih baik lagi dalam mengajar anak2 didik saya.
XOXO
Salam buat Dipo ya Bang.
Menurut saya bukan pemerintah tidak sadar akan “kurang pas”nya UN diterapkan tapi karena adanya “duit” dibalik pelaksanaan UN. Bayangin aja, analisa sederhana saya, selembar soal dgn harga 500 perak dianggarkan 2000 perak dikali jumlah lembar soal per mata pelajaran dikali jumlah mata pelajaran yg diUNkan dikali jumlah siswa yg ikut UN. Lumayankan yg bisa mereka korupsi? Itu sih menurut saya, kenapa UN masih ada sampai hari ini. Jadi kebiasaan korupsi nih masalahnya
Kebanyakan dari kita dididik, dikotak-kotakan, diseragamkan, disama-ratakan.
Kejar sukses sesuai standar sosial (berprestasi di bidang yang ‘umum dan keren’ dikompetisikan).
Taat aturan dan jauhi larangan, tanpa mempertanyakan.
menghasilkan kami, manusia dengan mental pekerja, cari aman dan sering mendiamkan kesalahan. banyak menuntut kelayakan tapi takut untuk benar-benar memperjuangakan.
Tulisan bang Pandji singkat namun jelas menyimpulkan apa yang kurang dan harus dibenahi pada pola pendidikan anak serta dukungan orang dekat (keluarga dan sahabat) jadi sumber motivasinya.
Keren bang!!
keren bang tulisannya. waktu baca jadi inget film “taare zameen par” yang punya pesan bahwa semua anak itu spesial
Mas mohon maaf dulu sebelumnya.
Tapi kalau baca kalimat mas ttg Dipo kesulitan baca sampai sekarang,
Mungkinkah krn dislexia?
Kepikiran krn corbuzier anaknya jg katanya dislexia krn susah belajar baca.
Anw. Spt biasa tetep suka sama postingannya.
Setuju bgt yg ttg UN. Anddd I’m amazed sama penjelasan Dipo.
kayaknya memang bakat MC nya nurun yaa. 😀
Terima kasih atas artikel yang sangat mengharukan. Sebagai seorang ayah, ternyata saya belum sesabar Pandji dalam menghadapi “nakal” nya anak. Padahal setelah membaca artikel ini, saya mengingat2 masa kecil dan ternyata “nakal” nya anak saya gak jauh beda dengan saya dulu.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih…..
Wahh.. Hebat Dipo seumur itu udah bisa kritis di kekurangan nya 🙂 adek ane juga begitu mas pandji, dia terlihat gak berkembang di pelajaran akademis sekolah tapi dia secara tersirat punya jiwa kepemimpinan yang bagus… Ane juga punya kasus kmaren pas seperti biasa belajar disekolah, saat belajar di salah satu pelajaran yg sebenernya favorit ane tapi malah menjadi yah hal yang mungkin memalukan.. Pada saat itu seperti biasa guru masuk mengajar.. Tapi menurut ane ada banyak hal yang membuat ane kurang suka pengajaran nya karna penyampaian materi yang menurut ane salah dan pastinya kita dituntut nilai tinggi tapi belum tentu sebanding dg pemahaman pelajaran tsb, dan saat ane tanyain ke teman-teman juga banyak yang sependapat sama ane tapi mereka lebih memilih nurut aja, dan akhir nya ane nyobain diri buat intrupsi dan negur guru tsb.. Dan bukanya perbincangan saling memahami yg ane inginkan, malah guru tersebut menolak mentah-mentah pemikiran yg ane sampaikan ke beliau.. Dan yang parah lagi ketika pembelajaran usai ane mendapatkan pukulan telak yang mungkin memalukan karna si guru tersebut sebelum keluar ia memberikan penilaian terhadap pemikiran ane di depan kelas dengan ucapan nya yang terlihat sinis ke ane.
Puncaknya adalah.. Nilai diraport ane ada yang kosong pada mata pelajaran beliau :/
segitu tuh ke pelajaran favorit ane sendiri dg pembelajaran yang jauh dari ane harapin. Tapi di pelajaran yang ane kurang berkembang seperti Matematika ane malah enjoy belajarnya karna memang ada saling mengerti dalam penyampaian materi antara guru dan murid.. Dan meski ane gak pinter di pelajaran tsb, tapi Alhamdulillah guru tersebut bisa paham bahwa sang murid telah berusaha, meski nilai ane seringnya standar. *ane aja sumbit itung-itungan d kolom komentar masih mikir :3
hemm..
entah ane special atau apapun.. Tapi asudahlahh
Mas, suamiku, baru bisa nulis baca kelas 3 SD. Dia cerita setelah jengah liat keharusan bisa calistung kalo mau masuk sd, dan banyaknya les2 calistung untuk anak TK. Skarang dia Doktor, bidang oseanografi. Sains, yang dibutuhkan, rasa ingin tahu mas, pertanyaan kenapa dan keinginan mencari tau jawabnya. Jadi ….. Semangat ya mas. Dipo…kamu keren. I heart you both lah pokoknya.
maap bang.apa dipo juga disleksia?biasanya disleksia mmg susah baca tulis n menghitung.tp jago dbidang lain.jd inget film india ttg anak disleksia.jdlnya lp,tp isinya mantap.maap y bang kl sy slh mengartikan crt.tll brani menyimpulkan.
saya suka bang pandji postingan nya salam buat dipo bang
Bang coba aja kasih liat Dipo film “Taare Zameen Par” mungkin dia bisa belajar dari itu. Soalnya cerita film itu mirip bahkan persis dengan yang dialami Dipo
aduh mas, kok berkaca-kaca mataku habis baca ini?
tar bisa enggak ya, aku memaklumi anakku kalau ternyata dia tidak “sesuai” dengan standar normatif.
Anyway, it is a great post, Mas. 🙂
Matur Nuwun
setiap anak memang spesial ^^
I wish you were my parent
Me too wishing the same..
I wish I will be that kind of parent
inilah aspek-aspek yang tidak bisa diukur oleh sistem pendidikan kita. aspek-aspek seperti pemikiran kritis, kreativitas, pemecahan masalah, kepemimpinan, kemampuan berargumentasi.
perlu lebih banyak anak seperti Dipo
dan perlu lebih banyak lagi orangtua seperti Pandji dan Gamila.
Hari ini saya belajar dari semua pertanyaan dari Anak anda Dipo mas Panji..
Semua pertanyaan dan yang dipikirkan oleh Dipo harusnya bisa membuat “GELISAH” semua guru dan orang tua bagaimana bisa memberikan pendidikan yang tidak disamaratakan karena sejatinya secara Hukum Alam bahwa setiap manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dan kekurangan serta bakat dan potensi kecerdasan yang berbeda2.
Selalu tulisan bang Pandji ini selalu pas sama pemikiran saya..skrg lagi mengalami fase yang sama seperti bang pandji, disaat temen2 anak saya bisa duduk manis, mengikut perintah guru nya dengan tertib.anak saya malah sibuk bertanya “kenapa?” “apaan?” … ternyata memang tiap anak “spesial”.
Tugas orang tua adalah membuat anak itu menemukan “Special” – nya itu sendiri. Makasih Bang tulisan mu menyadarkan ternyata pikiran saya selama ini tentang “anak saya sulit disuruh fokus atau anak saya susah di atur” itu salah yaa
He just like your Dipo… “Special” in their own way
wanjiiirrrr… merinding bacanya Nji…
aq salut ma ayah kaya kamu.. yg nggak kolot n bisa mengakomodasi keinginan anak2mu…
sukses buat Dipo ya 🙂
I appreciate it Bang. Cara dirimu didik anak memang berbeda, tapi memang semua orang tua harusnya tau bahwa ga setiap anak itu sama dengan anak yang lain. Bahkan orang tua harusnya cari “cara mendidik” yang pas sama anaknya.
Tulisan yg keren bang, salute!
Inspirasi bgt 🙂
Thanks pandji and thanks dipo .. .
dari cerita ini, saya bisa belajar banyak hal.
Saya guru kelas 1 SD, dan saya merasa kebingungan ketika anak-anak yang seperti dipo (kritis dan banyak bertanya tentang banyak hal yang tidak terpikirkan oleh orang yang biasa, serta tidak nurut alias ngeyel) bertanya kepada saya tentang hal yang tidak terkait dengan pelajaran. Awalnya saya merasa agak risih, namun lama-kelamaan saya menjadi terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan oleh anak-anak yang spesial.Mereka membuat saya belajar untuk menghargai perbedaan. Mereka membuat saya lebih cerdas, karena ketika mereka bertanya dan saya tidak bisa menjawab, maka saya cari di Google. Mereka membuat saya berpikir lebih luas. dan Mereka membuat saya ingin belajar lagi, belajar lagi, dan belajar lagi.
Kata bijak saya untuk anak-anak didik saya
“Learn, learn,and learn of something, because success will be get to it”
selamat pagi .. .
baru aja baca blog tadi
semangat ya sebagai seorang ayah bro
salam buat dipo ya 🙂
breaking the wall.. marvelous..
Thank’s Mas Pandji,
Kisah Inspirasi yang Bagus,
Posting terus perkembangan Anaknya Mas.
Selama ini jadi silent reader, dan cukup puas jadi silent reader, kali ini karena seorang Dipo jadi komen, Dipo sangat spesial d^^b Sangat menginspirasi Bang Panji, setiap anak spesial, dan kita belajar banyak ternyata dari seorang anak.
Aku mulai ngefans sama Bang Panji waktu ketemu blog ini, tambah ngefans pas baca NASIONAL.IS.ME dan sekarang kayaknya mulai ngefans juga sama Dipo. Waktu baca kalimat,”I’ll try my best”,itu aja dah jawaban yang beda banget dibanding anak lain yang seumuran, cool ^^ Kayaknya ntar lagi ngefans sama sekeluarga deh.
Mas Panji saya seorang guru,dan saya pahami semua anak itu unik dan tidak bisa diseragamkan. Tapi memang pendidikan kita belom mengakomodir anak anak kita ya have something special. Kepandaian anak hanya terukur secara nilai nilai akademik. Saya juga mengalami kasus spt mas Panji,anak saya yg no.2 Abizar sama spt Dipo,sampai sekarangpun seakan dia ingin berteriak bhw dia ingin bisa nenceritakan apa yg ada dlm otaknya kenapa ia berfikiran “nyeleneh” lain dg teman2 nya.Memang berat mas kita hrs extra kerja keras untuk tetep meyakinkan anak2 kita bhw kamu tdk bodoh, kamu adalah anak yg spesial. Karena mungkin proses pendidikan yg mereka alami disekolah,seolah tidak mau tau apa yg ada dlm diri anak2 kita. Terimakasih mas Panji.
Good writing Ndji…semoga bukan pak Dewa yang nanya itu sama elo…..walaupun gue punya feeling yang kuat akan hal itu ….
gw jadi inget anak gue yg susah nurut…..
MENGAPA POTRET NEGERI KITA JADINYA SEPERTI INI ?
Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi l…ebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.
Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak kita setiap hari diburu dengan waktu, di bentak untuk bergerak lebih cepat dan gesit dan bukan di latih untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan dibuat lebih sabar dan peduli.
Di hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banyak para pekerja yang suka korupsi.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak di didik untuk berpenghasilan tinggi dan hidup dengan kemewahan mulai dari pakaian hingga perlengkapan dan bukan di ajari untuk hidup lebih sederhana, ikhlas dan bangga akan kesederhanaan.
Di hampir setiap instansi sipil sampai petugas penegak hukum banyak terjadi kolusi, manipulasi proyek dan anggaran uang rakyat
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih pintar dan bukan menjadi lebih jujur dan bangga pada kejujuran.
Di hampir setiap tempat kita mendapati orang yang mudah sekali marah dan merasa diri paling benar sendiri.
Mengapa..?
Kerena dulu sejak kecil dirumah dan disekolah mereka sering di marahi oleh orang tua dan guru mereka dan bukannya diberi pengertian dan kasih sayang.
Di hampir setiap sudut kota kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah mereka dididik untuk saling berlomba untuk menjadi juara dan bukan saling tolong-menolong untuk membantu yang lemah.
Di hampir setiap kesempatan termasuk di face book ini juga selalu saja ada orang yang mengkritik tanpa mau melakukan koreksi diri sebelumnya.
Mengapa..?
karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah anak-anak biasa di kritik dan bukan di dengarkan segala keluhan dan masalahnya.
Di hampir setiap kesempatan kita sering melihat ada orang “ngotot” dan merasa paling benar sendiri.
Mengapa..?
karena dulu sejak kecil di rumah dan sekolah mereka sering melihat orang tua atau gurunya “ngotot” dan merasa paling benar sendiri.
Di hampir setiap lampu merah dan rumah ibadah kita banyak menemukan pengemis
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah mereka selalu diberitahu tentang kelemahan2 dan kekurangan2 mereka dan bukannya di ajari untuk mengenali kelebihan2 dan kekuatan2 mereka.
Jadi sesungguhnya potret dunia dan kehidupan yang terjadi saat ini adalah hasil dari ciptaan kita sendiri di rumah bersama-sama dengan dunia pendidikan di sekolah.
Jika kita ingin mengubah potret ini menjadi lebih baik, maka mulailah mengubah cara mendidik anak-anak kita dirumah dan disekolah tempat khusus yang dirancang bagi anak untuk belajar menjadi manusia yang berakal sehat dan berbudi luhur.
Di olah kembali dari tulisan George Carlin seorang Comedian pemerhati kehidupan.
***Jika artikel ini dirasakan bermanfaat silahkan di sharing kepada siapa saja sebanyak-banyaknya.
Mari kita belajar terus dan terus belajar untuk menjadi orang tua dan guru yang lebih baik agar potret negeri kita bisa berubah menjadi lebih baik mulai dari kita, keluarga kita dan sekolah kita sendiri.
sumber: https://www.facebook.com/pages/Komunitas-AYAH-EDY/141694892568287?fref=photo#!/photo.php?fbid=656114024459702&set=a.144983902239386.35784.141694892568287&type=1&theater
Hmmm…saya baru punya anak. Usia dia sekarang 1 tahun dan sepertinya kelakuan dia mirip2 sama Dipo. Ini kalau saya bandingkan dengan anak2 seumuran dia…
Dan satu hal saya sepakat dengan tulisan mas..bahwasanya semua anak itu spesial dan tentunya tata cara melakukan pengajaran kepada mereka juga harus spesial..tidak bisa disamaratakan..
Btw…thanks buat artikelnya…mantabb 🙂
Thanks Dji, It’s a very good and inspirational writing. Anakku juga mirip Dipo dan sekarang aku sedang berusaha terus menumbuhkan percaya dirinya.
Saya rasa bahwa selama ini saya memang memiliki 2 jenis kecerdasan yang di singgung Bang Pandji setelah membaca tulisan ini. Yang terlihat dan tidak terlihat di sekolah. Saya setuju dengan Bang Pandji karena pemikiran kritis lah yang bisa membuat bangsa ini terus maju. Saya juga selama ini mengambil sikap yang tidak jauh berbeda dengan Dipo. Saya tidak akan mau disuruh melakukan sesuatu jika saya tahu saya tidak akan dapat manfaat sedikit pun.
Ingin share pengalaman saja ketika mengikuti tes masuk “Perguruan Tinggi Negeri”. Dalam hati, saya masih merasa ada sesuatu yang salah dengan tes itu. Mengapa selama ini pelajaran sekolah menjadi tolak-ukur satu-satunya untuk mengukur sebuah kecerdasan? Lantas, kalau begitu berarti selama ini kita sendiri, orang tua, guru-guru, dan terutama Kemendikbud telah mengabaikan bentuk kecerdasan yang lainnya dong?
Saya juga ingin share pengalaman saya ketika menulis tentang keadaan sekolah. Jujur saja, waktu pertama kali ingin share tulisan itu, saya tidak yakin akan mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak sekolah, khususnya guru-guru. Tapi ternyata itu tidak sepenuhnya benar. Saya bersyukur karena masih ada orang-orang (terutama guru-guru) yang bisa melihat kecerdasan lain yang saya miliki selain kecerdasan dalam pelajaran. Saya akhirnya benar2 sadar bahwa saya memiliki kecerdasan yang tidak bisa terlihat di sekolah: kecerdasan berpikir kritis. Yang saya bisa lakukan saat ini cuma terus memotivasi diri saya bahwa saya adalah orang yang spesial karena sudah diberikan Tuhan kecerdasan semacam itu, serta terus mengembangkannya.
Bang Pandji, sesungguhnya Dipo adalah anak yang sangat beruntung sekali karena memiliki orang tua seperti bang Pandji yang terus memberikan motivasi kepada anaknya. Saya justru merasa iri dengan Dipo disitu. Boro2 orang tua memberikan motivasi, yang mereka lakukan justru cuma berceloteh saja ketika tahu anaknya dapat nilai jelek.
Dipo sangat beruntung punya bapak kayak anda , Bang Pandji
bang jujur menurut gue tulisannya inspiratif banget. cuman permasalahannya kadang2 kita suka membeda-bedakan orang tersebut gue sebel banget. menurut gue, gaya parentingnya bang pandji oke banget mudah2an gue bisa terapin kedepannya kalau jadi orang tua. dosen gue pernah cerita nilainya gak bagus cuman temen gue dibilang dosennya dia care banget sama temennya.
Terima kasih,……. sangat membuka pola pikir kami,… kami punya 2 anak yang sangat berbeda minat dan bakatnya,….. dengan membaca ini semakin menguatkan cara kami mendidik anak anak kami
Dear Mas Pandji,,
Anda tidak kenal saya tapi saya cari blog ini setelah dikirimi e-book NASIONAL.IS.ME oleh sepupu saya. Tadi malam sudah tuntas terbaca habis karena sambil nungguin ibu antri di dokter dari sekitar jam 19.30-01.05 dini hari! Untung banget saya bawa e-book Anda dan untung banget punya waktu lebih dari 5 jam untuk baca gara-gara antrian dokter 🙂
Dipo tidak aneh, dia memang spesial. Dia kelihatan aneh karena berada di tengah-tengah ‘pabrik penyeragaman’ yang namanya SD (dan nanti SMP, SMU/SMA).
Saya bertahun-tahun setia mendengarkan siaran seseorang yang memanggil dirinya Ayah Edy dlm program “Indonesian Stroang from Home” di radio Smart-FM.
Ini intro blog-nya: Indonesian Strong from Home
Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga yg tersebar dilebih dari 12.000 pulau yg ada di Nusantara. Apabila keluarga2 ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa & Negara yg Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit & biaya yg membebani negara. Pastikan keluarga & sanak famili kita di seluruh tanah air telah bergabung dlm GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ? http://ayahkita.blogspot.com/
Dia pernah menuturkan suatu ketika di Sekolah Hutan anak-anak binatang harus menempuh program pendidikan yang seragam. Maka jadilah anak elang harus belajar berenang seperti itik, menyelam seperti katak dan memanjat seperti tupai. Anak katak harus belajar terbang seperti elang dan memanjat seperti tupai. Demikian pula halnya dgn anak itik. Namun apa akibatnya? Elang perkasa hampir mati tenggelam, selaput kaki katak & itik robek ketika belajar memanjat pohon, dan patah-patah ketika belajar terbang…. Akhirnya mereka masing-masing hanya belajar program yg sesuai dgn minat dan bakat masing2 serta menjadi ahli di bidangnya. Kasihan anak-anak kita yg dijejali berbagai mata pelajaran namun sebenarnya mereka punya minat yg berbeda. Nampaknya Dipo sangat cepat belajar secara visual & auditory daripada membaca. Itulah keistimewaannya. Sangat mungkin minatnya ada di sains/logika, bukan sastra/membaca. Saran saya: segera hubungi Ayah Edy. Beliau sangat banyak membantu anak-anak berbakat menemukan jalurnya yang paling sesuai. Beliau mempunyai sekolah yg bukan ‘pabrik penyeragaman’. Saya sangat yakin, di bawah bimbingan Ayah Edy dan tim-nya maka potensi spesial Dipo akan cepat terasah dan menunjukkan kecemerlangannya sehingga Dipo tidak perlu merasa gagal belajar menyelam seperti katak jika jati diri sesungguhnya adalah seekor elang perkasa yang harus terbang tinggi di angkasa 😉
Ehmmm… i don’t know why, tapi gw nangis bacanya ^^
Mas..
Koq ceritanya hampir sama kaya saya, anak saya umur 8 tahun kelas 3, lahir premature dengan ketakutan kami sebagai orang tua anak ini bakal ada maslah dengan kecerdasan nya (menurut cerita beberapa orang, tp sebelum masuk TK dia sudah bias membaca berhitung dan berbicara kosakata bahasa inggris, tapi sejak masuk SD benar2 memprihatinkan, sangat amat malas menulis dan berhitung, sapai pernah kami bilang akan pindah sekolah, dan dengan enteng dia jawab ada matematika di sekolah baru?
Sudah terlalu banyak keluhan guru soal anak saya, dari ngga bias konsentra si dalam kelas, ngga pernah menyelesaikan tugas di kelas, dan ngga pernah bilang ke kami kalau ada PR, selalu menyembunyikan kalau ada PR, padahal kami siap membantu. sampai saya habis kesabaran dan harus marah2, dan pernah dia mengucapkan hal yang sama yang DIpo bilang, bahwa Tuhan ngga bantu dia kerjaan soal ujian??
dia punya cita2 sama dengan Dipo, scientist dan saya juga berpikir sama darimana scientist yang ngga pinter berhitung? saya dibikin kaget waktu saya buka HP saya dan ada video dia (semacam video tutorial) dia peragakan dalam bahasa inggris semua mainan hot wheels nya dia kenalin satu2, dia kasih nama, persis seperti yang dia sering lihat di you tube. kaget saya mas anak ini bias lancer ngomong begini..
yang saya bingungkan sekolah apa yang pantes buat anak saya biar dari kecil dia ngerti mau jadi apa kelak, biar dia ngga terbebani dengan matematika yang dia takuti dan menulis yang dia ngga pernah suka, saya juga pengen dia pinter tapi saya juga sudah cukup banyak ngeliat orang sukses bukan karena dia pinter dalam hal mata pelajaran di sekolah..
tulisan Mas cukup membuat saya terbuka, saya sebagai orang tua mesti membantu dia menemukan keinginan dan cita2 nya, menggali potensi yang terpendam, dan saya ngga pengen harta Karun itu terkubur bertahun2 dalam diri anak saya tanpa tergali..
Matur sembah nuwun mas Pandji Pragiwaksono
seriusan,blog ini sungguh menyentuh.apalagi ditulis oleh orang yang mengalaminya langsung.kebanyakan orang awam menganggap seseorang yang berbeda itu BODOH,tanpa mereka peduli apalagi yang mereka miliki?yang Dipo butuhkan hanyalah dukungan dari orang yang dia sayangi tanpa harus mengatur dia Dipo harus begini,Dipo harus begitu.semangat kak Padji dan Gamila..:)
berbeda itu bisa jadi spesial dan istimewa 😀
Saya kagum melihat kesabaran om panji mendidik putranya… saya punya keluhan ttg mendidik anak.. anak saya sudah mau masuk kelas 5 sd… tidak ada yg spesial memang dari putra kami,tapi kami selalu berusaha agar kelak dia bisa jadi anak yg spesial,,,tapi kami merasa bingung,cara apa lagi yg harus kami tempuh,belajar tidak mau..omelan atau masukan dari kami pun hanya masuk kiri keluar kanan..kadang capek juga,meski kami tak akan berhenti utk mendidik anak kami..
Mohon masukan,apa kami salah dalam mendidik..?? Segala cara sudah kami tempuh..halus,lunak,kasar,lembut..
Smua sudah dicoba,tidak ada 1 pun yg masuk..rencana di kelas 5 ini kami akan masukan dia di pondok.harapan kami (anak kami) akan sedikit berfikir dan mulai belajar disiplin..mohon masukan rekan rekan..apa niatan kami ini jalan terbaik,atau masih ada cara lain?? Salam hangat kami.
Adhy-Jogja