Suatu siang, ketika saya dan beberapa teman sedang asik ngobrol, salah satu teman masuk ke warung roti bakar tempat kami nongkrong dan mengajak Shalat.
Reaksi saya adalah “Emang ini udah hari Jumat ya?”
-_-*
Kisah nyata di atas cukup menggambarkan betapa jarangnya saya Shalat.
Saking jarangnya, ketika ada yg ajak Shalat di siang hari saya pikir dia ngajak Jumatan.
Bukan sesuatu yg patut untuk dibanggakan tentu, tapi setiap kali saya cerita selalu yg mendengar tertawa minimalnya tersenyum. Sebagian lain akan mengelus dada, menggelengkan kepalanya sambil berkata “Astaghfirullaaah..”
Saya adalah muslim yg anda akan bilang sembarangan memang, Shalat jarang, mengaji terbata bata, saya jauh dari hafal Al Quran
Tapi tidak ada keraguan sedikitpun akan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Urusan JIL vs TanpaJIL ini membuat saya tertarik utk berbagi tentang beberapa hal
Saya tidak menganggap saya liberal dalam urusan beragama. Saya cenderung mengikuti apa yg sejak lama diajarkan kepada saya.
Saya tidak berusaha menalarkan isi Al Quran lebih karena saya tidak percaya kepada penalaran diri saya sendiri
Bagi saya Babi dalam bentuk apapun adalah haram. Dari daging sampai minyak babi, saya hindari. Mitos daging babi itu enak banget sudah saya bantahkan. Biasa aja. Daging babi ya kayak daging pada umumnya. Saya tau karena pernah tdk sengaja makan daging babi beberapa kali (i know what you think, ga sengaja kok berkali kali. Tapi percaya deh sama saya, itu semua ga sengaja. Panjang kalau diceritakan)
Terhadap segala perintah dan larangan agama, tidak ada yg ingin saya bantahkan
Because basically i dont mind.
Saya tipe org yang di pesawat selalu mematikan HP sampai ke dalam gedung bandara.
Banyak orang yang mempertanyakan dan berargumen. Saya tidak. Coz i dont mind. Ga ada masalah kalau HP harus mati selama beberapa jam.
Saya kalau di POM bensin tidak pernah memfoto atau menerima telfon. Karena diminta pengelola untuk tidak melakukan itu. Saya turuti. Coz i dont mind.
Seperti itulah saya memandang agama.
Saya tidak keberatan akan perintah dan larangan agama, maka tidak ada keinginan utk mempertanyakan atau mengingepretasikan beda.
Tapi, saya juga bukan tipe orang yg akan keras melakukan pembelaan terhadap agama dan terutama terhadap Tuhan. Bagi saya, Allah SWT tidak perlu dibela, kekuatan dan kekuasaannya jauh melebihi apapun di luasnya tata surya.
Membela Allah itu seperti nolongin Iko Uwais berantem. Ga ngaruh.
Saya hajar lawan bertubi2, Iko hanya akan senyum, meminta saya minggir dan merobohkan lawan dalam 1 kali sikat.
Lalu dia berlalu sambil senyum dan menepuk punggung saya.
Kayak ngajarin Mike Mohede nyanyi.
Kayak ngajarin Ciputra cara nyari duit.
Kayak ngajarin Raditya Dika nulis komedi
Ga mbantu.
Beberapa kesempatan saya ditanya “Emang elo ga marah melihat agama lo dihina? Emang elo akan diem aja melihat Tuhan lo dijelek2in? Muslim macam apa lu?”
Saya jawab “Muslim yg santai”
🙂
Masalahnya, saya tidak melihat
JIL melakukan penghinaan. Saya melihat JIL sebagai kalangan yg mengintepretasikan Al Quran berbeda dgn saya. Tapi mereka tidak menghina keyakinan saya
Bedakan kalimat berikut ini
“Rasulullah SAW bukan yg terakhir kaleeeee hahahahaha, salah lo slama ini..”
Dan
“Menurut saya Rasulullah SAW bukan yg terakhir, saya punya argumen mengarah ke sana”
Yang satu cenderung melecehkan yg lain, yg kedua lebih ke pernyataan sikapnya sendiri.
Saya melihat JIL sebagaimana saya melihat agama Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu dan kepercayaan lain.
Itu keyakinan mereka, ya sudah. Saya tidak ada urusan utk bilang mereka salah dan saya tidak kuatir mereka akan melakukan penyebaran keyakinan mereka dgn alasan bahwa mereka menyebarkan sesuatu yg salah kpd anak2 saya.
Mengapa?Saya tinggal jaga baik2 iman anak anak saya.
Kalau ada org Islam yg tidak toleran terhadap JIL, saya kuatir mereka tidak akan toleran terhadap Ahmadiyah, bahkan terhadap agama lain.
Karena kalau anda bisa mempraktekkan prinsip toleransi thd satu hal, harusnya bisa ke yang lain juga.
Sekarang gini deh, kalau argumen byk umat muslim terhadap JIL adalah “Dia melakukan penghinaan krn keyakinannya beda dgn Islam yg kami yakini” lah trus gimana dengan agama Katolik dan Kristen yg juga beda keyakinan dgn Islam yg kita yakini?
Di sinilah saya cenderung kuatir kpd tanpaJIL. I sensed so much hate.
Saya lihat mereka di video, di demo, saya dengar mereka berbicara, ada kebencian dalam diri mereka. Sementara JIL tidak benci siapapun. Mereka tidak benci AllahSWT, Rasulullah SAW.. Mungkin mereka benci tanpaJIL. Hehehehe..
Memang teman teman tanpaJIL dan JIL berhak utk saling benci, tapi saya juga punya hak utk ga stuju thd saling bencinya mereka
Seorang followers berkata “Anda tidak berani bersikap. Hitam ya hitam. Putih ya putih”
Saya jawab “Pernahkah terpikir oleh anda mengapa Tuhan menciptakan warna abu abu di dunia? Karena memang tidak semua harus hitam dan putih”
Kalau dia tidak percaya, jangan protes sama saya. Tanyakan saja sendiri kpd Tuhan mengapa diciptakan warna abu abu 🙂
saya mendapat pertanyaan yg mirip2 ketika bekerja di luar negeri dan berinteraksi dengan kawan2 non muslim. Pada dasarnya mereka ingin tahu Islam itu seperti apa karena selama ini hanya bisa melihat di media. Kenapa gak makan babi atau minum alkohol, dst sering muncul dalam obrolan ketika kami ngobrol (sambil mereka bbq an dan minum bir tentunya ). Sangat setuju dengan isi tulisan Mas Pandji. Hanya Allah yg akan mengadili kita, komentar orang lain ya biarkan saja. Just trying to become the best person and muslim (Insya Allah) that i can be.
komen boleh?
pertama, ketika iko uwais adalah teman anda, dikeroyok 10 orang kemudian anda melihatnya dan anda yakin dia bisa mengatasinya sendiri mana yang anda pilih?
ikut bertarung melawan mereka atau duduk diam melihat dia bertarung sendiri?
kalau saya memilih opsi pertama. kenapa karena lebih menunjukan kepedulian saya terhadapnya dan saya pun gak bakal tega melihat teman saya dikeroyok (walaupun saya tahu dia bakal menang) sementara saya memilih untuk tidak berbuat apa-apa.
kedua, tentang JIL dan ahmadiyah jelas.
kita memandangnya mereka bukan islam tapi mengaku islam.
ketika mereka masih mengaku Islam mereka akan dapat penolakan karena rukun islam yang pertama adalah syahadat dimana ALLOH adalah TUHAN dan Muhammad adalah Rasululloh.titik.
ketika kemudian syahadat dirubah maka sudah bukan lagi islam.
solusinya ya tinggal mengaku saja bukan islam. seperti di Pakistan.
maka akan berlaku sama seperti agama lain.
sebetulnya masalahnya jelas mas pandji. JIL mengaku islam, tapi pondasi2 akidah, fikih, tauhid dan lain2 bertentangan dengan al-quran dan hadist. sebetulnya gapapa kalau mereka mau bikin tafsiran sendiri2, tapi tidak perlu merasa tafsirannya benar dan membenarkan, lebih jauh lagi mengajak orang2 untuk berfikiran yang sama. coba mas pandji belajar dari ustadz2 kita yang betul2 lulusan dari mekkah, madinah ya, akan terlihat jauh perbedaan pendapat dan betapa keberadaan JIL meresahkan untuk kami yang ingin menganut islam secara kaffah.
analoginya begini, semisal ada orang yang masuk ke rumah anda, ke dapur anda, trus menunjukkan ini taruh meja, kursi, dllnya salah, cara masak anda salah, garamnya kurang, terlalu manis, dll. apa anda tidak marah? kalau mau punya aturan sendiri sebaiknya buat rumah sendiri. kalau mau berislam dengan nalar sendiri buat agama sendiri, jangan mengaku islam.
semoga anda dibukakan pintu untuk minimal niat belajar agama dari ustadz-ustadz yang pintar. banyak mas, ada ali nurdin, felix siau, najamuddin, dll. yang betul2 paham al-quran dan hadist. jangan berguru dari yang tidak jelas mas.
zaman nabi juga ada orang2 seperti ulil, yang memahami quran sekenanya, dan mereka dikucilkan dari pergaulan. orang mukminin tidak boleh bergaul dengan mereka. salah berguru malah sesat mas
Assalamualaikum, mas Pandji. Saya mulai dari dasar. Maaf, bukan mengajari yang lebih dewasa. Saya memang baru 20 tahun. Namun, ada yang harus saya sampaikan.
Secara personal saya muslim, membaca syahadat. Hukum Islam langsung melekat atas diri saya, baik jasad maupun ruh. Saya beriman, saya Islam. Menjadi beriman, saya terikat pada rukun iman yang 6 perkara. Menjadi Islam, saya terikat pada rukun Islam yang 5 perkara.
Menjalankan 6 perkara rukun iman dan 5 perkara rukun Islam, ada ilmunya. Saya pelajarilah. Pada siapa? Pada para alim-ulama. Sembarang alim-ulama? Bukan. Alim-ulama yang memang memiliki ilmu tentang islam, baik itu aqidah, fiqih, dan seluruhnya dengan benar.
Berilmu dalam beramal. Saya diajarkan untuk beriman dan berislam. Saya laksanakan dari apa yang diajarkan. Sami’na wa ata’na. Saya mendengar dan saya patuh.
Dari itu semua, Islam ternyata bukan sekedar ibadah personal. Ada kewajiban bagi saya muslim menyampaikan kebenaran. Itu seperti yang dilakukan TanpaJIL, memberi tahu yang benar.
ane setuju ama 3 komentar ke bawah. ane cuma bisa ndoain, semoga elo dpt hidayah mas panji
http://en.wikipedia.org/wiki/Islam di wikipedia disebutkan. Kaum Muslim percaya bahwa Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi terakhir setelah diutusnya Nabi Isa 6 abad sebelumnya. Agama Islam mempercayai bahwa al-Qur’an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber hukum dan peraturan hidup yang fundamental. Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai penerus dan pembaharu kepercayaan monoteistik yang diturunkan kepada Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi oleh Tuhan yang sama. Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen belakangan setelah kepergian para nabinya telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks dalam kitab suci, memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.
Kitab Kitab sebelum Al Quran sudah diedit Bang, dari tauhid “Allah Maha Esa” menjadi mentolerir kesalahan kesalahan kecil yg terjadi berabad abad lalu mengganti isi Kitab itu sendiri. Pluralitas bang, bukan pluralisme.
Pertimbangan terbaik didapat manakala memiliki kebernasan pengetahuan dan kemumpunian pengalaman. Hidup dan Mati hanya 1 kali. Galilah semua ilmu Allah, maka engkau akan bisa menentukan sikap dan selalu berupaya bagaimana caranya di kehidupan abadi akhir kelak berada di sisinya, di derajat absolut tertinggi seorang makhluk di hadapan Tuhan-nya, bukan hanya sekadar dalam pandangan manusia yang bersifat nisbi. Bukankah hanya ada Surga dan Neraka, tidak ada daerah transisi (abu2) diantaranya.
Masalah nya dia pake nama Islam, kalo dia pake nama lain untuk keyakinannya dan tidak mengubah2 aturan yang ada dalam islam, no problem.