Beberapa hari yang lalu, gue pulang ngemsi naik taxi.
Di perintis kemerdekaan jalanan agak rame.
Nggak seperti biasanya mengingat itu udah jam 22.00
Lama lama gue merasa, kayaknya penyebab kemacetan itu adalah sebuah kecelakaan.
Ketika ada cahaya biru dari belakang baru gue sadar.
Mobil polisi dibelakang pasti sedang menuju lokasi kecelakaan.
Taxi kemudian mengambil jalur lambat karena mau belok kiri menuju Kelapa Gading.
Jalur lambatnya, lebih rendah daripada jalur cepatnya. Nggak lama setelah kami masuk jalur lambat gue mulai melihat sekerumunan orang melihat kearah yang sama, ada yang lari sambil panik berteriak.
Banyak yang berkerumun di dekat sebuah truk.
“Tabrakan kayaknya” kata si supir Taxi.
Gue berusaha mengamati, kecelakaan apa dengan apa…
Truk yang gue maksud, tidak terlalu besar, tapi juga nggak kecil.
Sedenglah. Dengan box di belakangnya dan 4 roda yang besar.
Bentuknya yang “sedeng” tapi beroda besar membuat gue berasumsi, apapun yang dibawa truk ini tidak banyak atau besar secara volume, tapi bawaannya berat.
Anehnya, truk itu berdiri sendiri.
Tidak ada mobil di depan ataupun dibelakang yang mengesankan kena tabrak truk tersebut.
Kemudian setelah gue melihat banyak orang jongkok dan ngintip kebawah, barulah gue melihat…
Ada motor dan seseorang dibawah truk tersebut.
Pengendara motor naas itu kelindes truk dan nggak bisa ditarik keluar.
Ground clearance truk tersebut rendah sehingga tidak bisa semudah itu ditarik keluar. Mundur ataupun maju akan kembali melindes korban tersebut.
Supir Taxi kemudian berkata “Pengendara motor suka sembarangan siih”
Dalam hati gue pikir, tega banget nih supir. Udah kena celaka masih di cela’ juga.
Dia kemudian menyambungkan kalimatnya “Saya kalau naik motor bawa keluarga, saya pelan pelaaaaaan banget di paling kiri.”
Nggak lama dia bilang gitu, ada motor yang membonceng seorang ibu ibu yang nampak seperti istri pengendara motor dan anaknya yang ngantuk di tengah TANPA helm, MOTONG dari kanan ke kiri dengan tajam. Kalau aja supir taxi itu tidak ngerem mendadak, pasti udah kena samber.
Langsung kepikiran oleh gue sebuah kalimat.
“ Just because you can, it doesn’t mean you should”
Pengendara motor umumnya harus membaca dan memahami kalimat diatas.
“Just because you can, it doesn’t mean you should”
Motor dengan kecepatan dan kelincahannya DAN ukuran yang relatif kecil dibanding mobil pasti BISA nyelip dan motong antara mobil yang melaju.
Tapi bukan berarti BOLEH.
Motor ketika lampu merah sebenernya BISA maju ke tengah perempatan walaupun lampu merah. Toh tidak lama kemudian lampunya akan hijau.
Tapi bukan berarti BOLEH.
Motor sebenarnya BISA membawa lebih dari 1 penumpang dibelakang, apa lagi kalau penumpang di belakang anak anak kecil.
Tapi bukan berarti BOLEH.
Motor sebenarnya BISA aja masuk jalur cepat, apalagi pagi pagi buta jam 5 disaat polisi belum banyak dijalanan.
Tapi bukan berarti BOLEH.
“Just because you can, it doesn’t mean you should”
Banyak kebisaan yang dimiliki oleh motor.
Tapi seiring dengan kebisaan tersebut, harusnya ada tanggung jawab atas kebisaan tersebut.
Peter Parker said it best “With great power, comes great responsibility”
Kalau gue bisa kemampuan untuk jadi nggak terlihat, gue BISA aja nyolong uang atau barang kesukaan gue. Tapi bukan berarti gue BOLEH.
Bisakah kalimat ini menjadi kunci dari keselamatan para pengendara motor sendiri?
Ataukah ternyata kalimat ini bisa diaplikasikan oleh elo di bidang yang lain?
Sambil elo berpikir, gue punya cerita penutup.
Waktu pulang dari rumah nyokap gue di Bintaro, seorang pengendara motor kehilangan keseimbangan dalam kecepatan lumayan tinggi dan secara hampir bersamaan gue dengan mobil gue masuk dari sisi kiri.
Soalnya dia naik motor di jalur kanan tanpa ada niat mau muter balik ke kanan.
Kaget karena ada gue tiba tiba, dia memukul mobil gue dengan tangannya sambil berteriak “WOOO, ANJING!”
Langsung gue minggir dan diapun berhenti di depan gue.
Dia bilang “Yang bener dong kalo nyetir!”
Gue menjawab “Mas, kalau mau ngomong bener atau salah, Mas aja naik motor nggak pake helm udah salah Mas…”
Dia kemudian berkata “Ini di kompleks! Nggak pake helm nggak apa apa!!! Nggak akan kena tilang !!!! ”
🙂
Orang itu pake helm, karena nurut peraturan, bukan karena dia merasa pake helm itu penting dan bisa melindungi kepalanya…
Tell me, how do you argue with a guy like that?