ADA YANG SALAH dengan taman kota

Di Kelapa Gading ada taman baru.

Bagus deh.

Gamila bilang namanya “Taman Jalan”.

Disana ada track untuk orang berjalan, ada juga track yang ada batu batu kecilnya dimana kita harus berjalan dengan telajang kaki kalau mau sehat…

DAN..

Ada tempat bermain anak anaknya.

Dipo seneng banget dengan taman itu. Euforia karena banyak anak seumuran dia.

Yang datang kesana keren keren semua. Umumnya yang tinggal di rumah rumah mewah kelapa gading. Penampilan mereka oke oke karena didukung selera berpakaian, pemilihan warna dan merk yang juga oke.

Ternyata mereka juga rindu akan fasilitas seperti ini.

Dimana sore sore bisa ajak anaknya jalan jalan. Atau weekend sekeluarga lengkap olahraga ringan sambil menikmati waktu bersama. Atau sekedar seru seruan sama temen temen sekolah.

Biar gimanapun juga, indahnya udara segar dan langit sore mampu mengalahkan canggihnya alat dan dentuman musik di fitness.

Lama lama…

Mulailah muncul “mamang mamang” yang nongkrong untuk ngeliatin cici cici cakep yang memang banyak disitu.

Awalnya gue nggak mau berprasangka buruk, tapi lama lama melihat dan mendengar mereka menggoda cici cici disitu mau nggak mau gue langsung merasa mereka disitu bukan untuk olahraga. Tapi untuk ngeliatin cewek.

Beberapa kalimat yang sering muncul “Ck Ck Ck.. buseeet putih amat tuh paha”

Gue denger sendiri kalimat itu.

Kadang Cuma sekedar “Sst ! Ssss! Sombong amat sih…”

Tapi semua itu cukup meresahkan.

Lama lama…

Menghilanglah anak anak muda keren tadi.

Yang tersisa adalah pembantu dengan anak anak asuhannya, ibu ibu, bapak bapak dan mamang mamang tadi.

Kejadian ini membuat gue berpikir:

PERLUKAH DIBUAT FASILITAS UMUM SEPERTI TADI DENGAN DIBERLAKUKAN UANG MASUK?

Gue bukan pengen ada uang masuk untuk maintenance.

Harusnya maintenance pake uang rakyat yang sudah kita bayarkan via pajak.

Uang masuk yang gue pengen adalah untuk MEMISAHKAN JENIS dan KALANGAN ORANG YANG DATANG.

Harga akan merefleksikan siapa yang mampu untuk bayar.

Harga tiket Al Jerrau tidak mungkin sama range-nya dengan harga tiket Slank misalnya. Walaupun keduanya sama sama legenda yang hebat.

Dengan memberlakukan uang masuk, maka taman kota tersebut bebas dari orang orang kalangan C dan D.

Gue bukan bermaksud untuk mengkasta orang dengan kemampuan ekonomi, tapi gue banyak melihat bukti bahwa orang orang dari kalangan C, D dan E kurang menghargai aturan dan kebersihan.

Kalau saja taman jalan kelapa gading ada uang masuknya, mungkin mamang mamang tadi gak akan bisa masuk. Dan orang orang muda gaya tadi bisa tetep jalan santai tanpa perlu mendapatkan omongan tentang bokongnya ya montok.

Tapi kalau diminta bayar, pasti reaksi semua orang (termasuk mereka yang mampu) adalah

“ENAK AJA BAYARRR. GUE BAYAR PAJAK TAUU. MASAK FASILITAS UMUM KAYAK TAMAN HARUS BAYAR?? UDAH MAH DIKIT FASILITAS KAYAK GINI! EEEEH MALAH HARUS BAYAR! MANA HASIL REFORMASIIII??? PEMERINTAH GAGAAALLL”

Langsung muncul demonstasi J

Padahal sebenarnya, memberlakukan bayaran tidak selamanya buruk.

Kadang menurut gue, orang gagal untuk melihat dibalik semua itu.

Ambil contoh:

TAMAN MENTENG.

Di sore hari, atau mungkin pagi hari, pemandangan terasa begitu indah…

Semua orang senang.

Taman menteng adalah fasilitas umum, gratis, dan bisa untuk banyak hal.

Main basket.

Main bola.

Pacaran.

Tapi kalau udah mulai malam…

Jadi ajang orang judi.

Segerombolan orang datang dari daerah A ketemu dengan rombongan dari daerah B.

Ngadu main bola.

Taruhan.

Ada yang kalah.

Yang kalah nggak terima.

The next thing you know, jam 2 dini hari, di dalam kegelapan malam, tawuran terjadi.

Padahal gelapnya taman menteng disengaja biar pada nggak main malam hari.

Masyarakat sekitar parno dan nggak bisa tidur.

Besoknya yang bersihin taman harus memunguti pecahan botol botol minuman keras.

Dari mana gue tau?

Gue ngobrol langsung sama satpam penjaga taman.

Satpamnya, sangat disiplin dan berdedikasi.

Namun diapun bercerita, ada kalanya dia nyerah juga sama kejadian kejadian diatas.

Padahal taman menteng itu keren banget.

Indah.

Ideal.

Bayangkan kalau taman menteng diberlakukan uang masuk.

Gue ragu akan ada kejadian seperti diatas.

Kalangan C, D dan E akan mencari lokasi semurah mungkin untuk main bola, bahkan kalau bisa gratis.

Tapi kalau diberlakukan bayaran orang akan protes.

IDEALNYA, memang ada taman yang gratis, dan ada taman yang bayar.

Sehingga ada solusi untuk setiap kalangan.

Gue juga tau itu.

Tapi pada kenyataannya, taman aja jumlahnya sedikit banget.

Maka pertanyaannya, “APA YANG HARUSNYA DILAKUKAN???”