Kenapa orang tidak terbiasa untuk pelan pelan dalam menerima informasi?
Dicerna saja dulu.
Bingung saya.
Ayah saya almarhum pernah menasehati, “Mas, cepat boleh. Buru buru, jangan”
Karena Ayah tahu persis dulu saya saking inginnya cepat, malah terburu buru sehingga tidak teliti dan ujungnya melakukan sesuatu yang salah. Sejak Ayah nasehati tadi, saya selalu berusaha untuk ngerem atau setidaknya nggak ngebut sebelum/ ketika berkata atau bertindak.
Nampaknya, lebih banyak orang perlu melakukan hal yang sama. Karena banyak orang bereaksi terhadap berita, atau menyebarkan berita, tanpa benar benar meneliti isinya. Dicermati kata per kata sebelum keburu emosi dan beraksi.
Mungkin lalai. Atau mungkin disengaja. Dimanfaatkan judul berita yang didesain sebagai click bait (pancingan berupa judul yang sengaja sedikit melenceng, supaya orang klik link atau retweet beritanya) untuk mendiskreditkan pihak tertentu. Ini juga bisa jadi salah satu alasannya.
Contohnya beberapa hari ini, terkait ucapan Mas Anies bahwa pembersihan Kali di Jakarta dimulai dari era Foke. Banyak banget pada ngamuk. Saya juga kurang yakin kenapa. Karena kalau mereka pelan pelan saja dan memproses dulu infonya, dipikirkan lagi konteksnya. Mereka akan menyadari satu hal, Pak Basuki sama sekali tidak membantah. Ni orang orang musti ingat lagi, Pak Basuki dan Mas Anies ini kan berteman, jadi mungkin sekali informasi yang Mas Anies punya datangnya dari Pak Basuki langsung. Kenapa kok pada ngamuk ya. Lagipula, andai mereka verifikasi pernyataan tersebut, google google dikit aja, langsung ketauan benar atau tidaknya pernyataan ini.
Awalnya, proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) itu idenya datang dari Fauzi Bowo pada tahun 2008. Beliau berencana nyari uangnya dari pinjaman World Bank. Tapi waktu itu dilarang Ibu Sri Mulyani yang saat itu menjabat jadi Menkeu, karena aturannya uang dari World Bank itu harusnya masuk lewat pemerintah pusat, ga bisa langsung ke pemerintah daerah. Akhirnya itu proyek baru bisa dimulai Maret 2012 setelah pemerintah pusat keluarkan dua Peraturan Pemerintah Baru terkait pinjaman World Bank >> http://www.berita8.com/berita/2011/11/fauzi-bowo-kecewa-terkait-proyek-jedi
Pada akhirnya proyek JEDI dimulai di era Jokowi jadi Gubernur DKI tahun 2013. Bahkan beliau sendiri bilang program JEDI yang beliau resmikan adalah program lama yang tertunda >> http://megapolitan.kompas.com/read/2013/12/11/1045245/Tertunda.di.Era.Foke.Proyek.JEDI.Diresmikan.Jokowi
>> http://jakartabagus.rmol.co/read/2013/12/11/136136/Soal-Proyek-JEDI,-Jokowi-Hanya-Lanjutkan-Program-Foke-
>> http://ahok.org/berita/news/video-jokowi-ground-breaking-jedi/
Pak Jokowi jadi Presiden, programnya lanjut ke Pak Basuki.
>> http://m.monitorday.com/read/detail/26003/ahok-ngebet-selesaikan-proyek-warisan-foke
>> http://m.monitorday.com/read/detail/26003/ahok-ngebet-selesaikan-proyek-warisan-foke
Belakangan ini kedua pendukung lagi dibikin ramai atau saling tuduh yang menyimpang.
Banyak yang tunjukkan link ini.
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/03/14223271/ahok.mungkin.pak.anies.tak.tahu.sungai.bersih.karena.ppsu.dan.petugas.upk.badan.air
Dan memang betul. Bahwa sungai bersih karena program PPSU & petugas UPK. Itu menunjukkan bahwa kinerja Pak Basuki memang baik. Aplikasi lanjutannya terbukti memberi dampak baik.
Yg Mas Anies bilang kan bahwa ini semua “Dimulai dari era Foke”. Salahnya di mana pernyataan itu?
Kedua kalimat di ata sama sama benar dan berkaitan. Andai orang mau baca pelan pelan harusnya tidak mudah jatuh dalam hasutan.
Nah pernyataan Mas Anies-pun diucapkan bukan dalam konteks menghina. Justru memuji Pak Basuki, sekaligus menghormati 2 pendahulu beliau. Dengan ikut mengapresiasi 2 Gubernur terdahulu dalam andilnya terhadap JEDI yang hari ini kita bisa nikmati sama sama hasilnya karena kerja keras Pak Basuki.
Apa maksudnya memuji Pak Basuki?
Karena Pak Basuki, punya niat baik melanjutkan program program yang baik walau datang dari Gubernur sebelumnya. Kalau anda mengikuti berita berita terkait politik dan pemerintahan sejak lama, harusnya anda tahu masalah terbesar kita adalah: Ganti menteri, ganti semua kebijakan. Ganti gubernur, ganti semua kebijakan. Ganti pemimpin, ganti semua kebijakan. Seakan akan anti banget dengan pendahulunya atau takut disebut dibayang bayangi pemimpin sebelumnya. Padahal, program yang baik butuh waktu untuk dijalankan. Kalau sebuah program baik lalu berhenti karena pemimpinnya berganti, ya ga selesai selesai dong pembangunan?
Tahu nggak Tembok Cina itu dibuat berapa lama? Itu tembok berdiri total sepanjang 21.000 km lebih. Tembok China dibangun selama 2000 tahun, Dinasti Ming sendiri ngerjainnya 200 tahun. Dibangun untuk menahan serangan dari luar masuk ke kekaisaran China. Kebayang gak kalau tiap ganti pemimpin trus ganti program. Ketika berganti kepemimpinan, pemimpin berikutnya bilang “Program Tembok China adalah kebijakan pendahulu saya dan tidak akan saya lanjutkan!”. Kalau itu terjadi, Tembok China tidak akan disebut “The Great Wall Of China”. Disebutnya “That weird looking 200 meter wall standing alone in the middle of nowhere in China”
Pemimpin baik akan melanjutkan kebijakan dan program baik dari yang terdahulu karena dia tahu itulah yang terbaik untuk rakyatnya. Makanya Mas Anies juga bikin pernyataan, beliau akan lanjutkan program Pak Basuki yang baik dan bagus. Anehnya, pernyataan itu dianggap pernyataan cagub yang ga punya program dan males kerja. Lah gimana sih, yang bener kan harusnya begitu. Bahkan Pak Basuki melanjutkan punya Pak Jokowi, Pak Jokowi melanjutkan punya Pak Foke, Pak Foke melanjutkan punya Bang Yos, dan seterusnya. Ini kan hal baik yang menggambarkan Mas Anies dan Pak Basuki berkawan baik sehingga program Pak Basuki yang belum selesai akan dilanjutkan. Bukan dihentikan serta merta.
Ada lagi nih kasus yang buru buru diramaikan tanpa pelan pelan dicermati. Terkait kelebihan dana Tunjangan Profesi Guru. Diramaikan seakan akan itu indikasi Mas Anies korup di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Padahal asal verifikasi dikit aja, google google dikit, aja. Langsung keliatan yang sebenarnya.
TPG bukan anggaran Kemdikbud. Itu dana transfer daerah karena guru adalah PNS Pemda. (Fakta ini banyak yang tidak tahu, bahwa terkait pendidikan di daerah sebenarnya dibawah pemda bukan kementerian) Jadi transfer dari Kementerian Keuangan langsung jatuh ke Pemda. Selama ini Pemda mengusulkan anggaran pegawai yang terlalu banyak. Sehingga sering terjadi sisa.
Jumlah Guru di banyak daerah rata rata sekitar 80% dari total PNS di daerah tersebut. Besar jumlahnya. Sering kali, guru sudah pensiun, atau mutasi tapi oleh pemda tetap dicatat sbg pegawai sehingga ketika dijumlahkan secara nasional jadi timbul kelebihan anggaran.
Masalah ini sudah ada sejak 2007. Bahkan di tahun 2013, kelebihan anggaran di Pemda telah mencapai Rp 10 T, dan Irjen Kemdikbud saat itu juga sudah permasalahkan ini.
Makanya Kemendikbud minta ke Kemenkeu supaya Rp 23,3 T kelebihan anggaran tersebut tidak disalurkan.
Jadi pemotongan ini bukan inisiatif Menteri Keuangan (yg baru dilantik 27 Juli 2016) tapi melanjutkan hal baik (tuh, lagi lagi melanjutkan program baik / hal baik dari pendahulunya) yang sudah dimulai Kemdikbud sejak bulan Mei 2016, di era Mendikbud Anies dan Menkeu Bambang Brodjonegoro.
Jadi andaikan orang orang mau lebih sabar dan tidak langsung nurut diarah arahkan oleh pihak lain yang juga mungkin buru buru, ini justru prestasi Mas Anies. Ingat nggak waktu Pak Basuki selamatkan dana APBD sampai sekitar 12 Trilyun? Nah ini sama situasinya, Mas Anies justru selamatkan dana kelebihan sekitar 23.3 Trilyun.
Coba tuh liat. Udah mah ni 2 orang bertemen, sama sama mau melanjutkan program pemimpin sebelumnya yang baik, sama sama menyelamatkan uang rakyat, kenapa sama orang orang Pak Basuki dan Mas Anies malah diadu adu ya?
https://acdpindonesia.wordpress.com/2013/09/10/dana-rp-10-triliun-mengendap-di-pemda/em
Kejadian seperti di atas, itu terjadi berulang ulang dalam beberapa waktu terakhir ini. Orang orang tidak mau sabar dulu dan mencoba meresap informasi yang dia terima dengan baik, akhirnya terburu buru lalu malah ikut ikutan menyebarkan yang salah.
Misalnya mengenai meme yang tersebar, isinya ada hubungannya dengan becandaan garing sunat sunatan. Disebarkan dengan dikatakan ini datang dari akun FB resmi Anies-Sandi. Padahal ya, asal orang yang nerima infonya memutuskan untuk buka akun itu dan liat liat isinya, langsung nyata ketauan itu gak mungkin resmi dari Anies – Sandi.
Apa susahnya coba? Tinggal buka dulu aja. Cek aja dulu sendiri. Tapi orang malah buru buru menyebarkan.
Terus yang terakhir soal kontrak Politik, ramai membahas Mas Anies mau melegalkan yang ilegal. Padahal andai orang orang pelan pelan aja bacanya, langsung keliatan di poin 1A yang dimaksud. Tulisannya kan “Melegalisasi kampung kampung YANG DIANGGAP ilegal”. Itu kan artinya, sebenarnya memang legal. Jadi bukannya Mas Anies mau nyulap status kampung. Ini memang sebenarnya legal tapi dianggap sebaliknya. Ini masalah aturan dan kebijakan yang mau dibenarkan. Kalimat selanjutnya juga menjelaskan banget padahal “Kampung kampung yang sudah ditempati warga selama 20 tahun dan tanahnya TIDAK BERMASALAH akan diakui haknya dalam bentuk sertifikasi hak milik.”
Lah? Kurang bagus apa coba?
Jangankan Mas Anies, Pak Basuki dan Agus kalau disodorkan juga akan setuju. Wong poinnya baik semua kok.
Gak percaya? Pak Basuki bersama Pak Jokowi juga pernah menanda tangani hal serupa
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/12/11312221/.Harusnya.Ahok.Ikuti.Kontrak.Politik.Jokowi.Ketika.Menjadi.Calon.Gubernur.?page=all
Kalau diperhatikan baik baik, Mas Anies berusaha untuk adil dengan melakukan proses legalitas guna mendukung keadilan tersebut. Mas Anies bilang, bahwa di Pancasila juga tulisannya kan “Keadilan Sosial, bagi seluruh rakyat Indonesia” bukan “Legalitas Sosial, bagi seluruh rakyat Indonesia”. Lakukan dulu yang adil bagi rakyat (Kampung kampung yang sudah ditempati warga selama 20 tahun dan tanahnya tidak bermasalah akan diakui haknya) baru dibuat kerangka legalitasnya (diakui haknya dalam bentuk sertifikasi hak milik).
Lalu kenapa orang pada ngamuk?
Sederhana.
Karena nggak dibaca baik baik
Atau
Sengaja berharap orang gak baca baik baik dan sengaja menyebar luaskan informasi yang salah. Mungkin, tujuannya untuk menjelekkan nama dan reputasi.
Kalau kita tidak mau terjebak melakukan hal yang salah, atau diperalat orang untuk menyebarkan hal yang salah, kita hanya perlu untuk sedikit menahan diri sebelum bereaksi.
Nih, tips yang bagus untuk anda di sosial media, apalagi di masa masa seperti sekarang:
“Verifikasi, sebelum anda berbagi”
Dan setiap kali dalam masa masa pilgub ini anda melihat ada indikasi yang seakan menggambarkan permusuhan antar calon Gubernur dan wakil, kembalikan ingatan anda ke foto ini.
Dan tanya baik baik kepada diri anda sendiri “Apakah mereka saling membenci? Kalau tidak, wajarkah para pendukungnya saling benci?”
Ingat, bahwa DKI Jakarta sebagaimana kota kota lain, selayaknya dipimpin terus oleh orang orang terbaik. Maka kalau ada sejumlah kandidat yang kita tahu menurut kita baik dan layak, ya kita dukung sama sama.
Orang baik beradu rebutan jabatan dengan orang jahat, kemungkinan hasilnya akan dimenangkan oleh orang baik.
Tapi kalau orang baik diadu dengan orang baik, hasilnya, adalah orang yang TERbaik.
Jadi, bersabar sebelum ikut membiarkan kesalahan menyebar. Supaya kita tidak jadi bagian dari orang yang memperluas kabar yang nyasar.
Kalau anda mau perhatikan baik baik, anda akan sadar bahwa di setiap kubu para cagub ada orang orang yang dengan liar melempar kabar yang belum tentu benar. Entah apa motivasi mereka. Saking ingin calonnya menang atau saking ingin lawannya kalah. Tapi nyata nyatanya, ada selalu orang orang yang ingin meyakinkan kita bahwa kandidat lain itu jahat. Di kubu Pak Basuki ada, kubu Agus ada, saya bahkan akui di kubu Mas Anies pasti ada. Dan orang orang ini sulit untuk dipasung karena mereka akan selalu muncul lagi. Sulit untuk diatur karena mereka tidak benar benar ada di bawah komando masing masing cagub.
Tapi kuncinya adalah, tidak membiarkan mereka menang dengan niat mereka. Caranya, verifikasi sebelum kita berbagi.
Supaya tidak terjadi di benak orang “Wah, gila juga nih berita, Pak Basuki / Agus / Anies ternyata jahat!”
PS:
- Kalau anda belum sadar, judul posting ini sengaja saya desain sebagai click bait. Sengaja ingin menunjukkan ironinya. Bahwa memang diluar sana banyak #SiJariCepat yang kerjanya menyebarkan berita dari judul tanpa membaca isi. Kini anda bisa buktikan sendiri, justru karena judulnya begini, tulisan ini jadi tersebar luas. Sebagai pengingat bahwa memang kita musti bersabar dan berhati hati. Verifikasi sebelum berbagi. Kalau anda kesal karena terjebak, saya minta maaf, saya khilaf 🙂
- Saya memanggil Ahok dengan nama Pak Basuki karena ajakan Mas Anies. Beliau ingin contohkan berkampanye dengan baik dan sopan, sehingga kami diajak untuk memanggil Pak Gubernur dengan nama baik yang diberikan orang tuanya. Maaf kalau sempat bingung.
Nice pak.. bener banget orang sekarang entah terlalu sibuk atau kurang makan jadinya reaktif.. perlu lah lebih smart lagi dalam bersikap diduniamanapun.. dunia nyata dunia maya apalagi dunia lain
Tdk ada perbuatan yg Lebih Jahat dari Ngatain orang Jahat.. Agama apapun melarang
Tadinya saya pikir beberapa orang memang terburu-buru membaca sebuah berita kemudian klik dan lalu bagikan. Termasuk soal kali bersih karena Fauzi Bowo
Tapi sepertinya setelah membaca seksamapun mereka ttp tidak terima dan pernyataan Pak Anies dianggap mengecilkan kontribusi Pak Basuki. Meme langsung beredar di mana-mana dan tentu saja diiringi kata-kata menyudutkan.
Selain teliti sepertinya kita butuh satu hal lagi: adil sejak dalam pikiran :).
“Saya memanggil Ahok dengan nama Pak Basuki karena ajakan Mas Anies. Beliau ingin contohkan berkampanye dengan baik dan sopan, sehingga kami diajak untuk memanggil Pak Gubernur dengan nama baik yang diberikan orang tuanya. Maaf kalau sempat bingung.”
Dua-duanya valid sih. Nama Tiongkoknya BTP itu Tjung Ban Hok, makanya dipanggil Ahok. Itu juga nama yang diberikan orang tuanya. Malah mungkin nama itu ada duluan sebelum ada nama BTP 😀
well written, Mas Pandji..
terima kasih atas klarifikasinya..
Gbu..
Bang, kalau memang yg dilakukan Ahok, eh pak Basuki udah baik kenapa ga diteruskan saja? Kan sudah terbukti hasilnya. Kalau diteruskan sama Pak Anies hasil nya yang nyata apa ya? Jadi kita calon pemilih bisa ada perbandingan.
Intinya kesinambungan kebijakan, Pak Anies sendiri bilang kalau yang baik” dari petahana akan diteruskan jika terpilih, memang tidak ada jaminan utk new comers melakukan itu? tapi apa ada jaminan juga utk petahana utk melakukannya kembali? krn track record (hasil kerja) juga bukan jaminan, maka dari itu gagasan kesinambungan kebijakan yg pro rakyat jadi penting utk dilakukan bagi siapapun yang terpilih nantinya.
Buat saya pribadi tentunya lebih terjamin yang sudah terlihat dan terbukti baik daripada yang belum terbukti. Sesederhana itu.
utk mengambil alih kekuasaan yg dibutuhkan adalah pengakuan thd kinerja, spt yg ada pd ahok, bgt pengakuan sdh di dapat dri lingkungan mk kekuasaan akan datang, utk dpt pengakuan butuh pembuktian, smkin besar pembuktian smkn besar jg pengakuan… utk melakukan pembuktian yg diperlukan adalah kesempatan..kesempatan adalah panggung..so pak anis juga butuh kesempatan untuk naik panggung
Pak Anis pernah mendapatkan kesempatan pada saat menjadi menteri, boleh tahu pembuktiannya apa saja yang sudah dirasakan masyarakat banyak? Kalau ada boleh dijabarkan. Kalau tidak ada ya tidak apa apa.
Masnya tau ga prestasi atau pencapaian menteri pendidikan sebelum pak anies yang bisa dirasakan masyarakat banyak apa? Kasih tau dong mas saya ga tau..
Itukan sdh di sebutkan sama panji diatas makanya dibaca dong jangan buru2..lagi pula konteksnya beda, apasih prestasi basuki di belitung sama jd anggota dpr ? Jadi gub juga limpahan..but its ok lah itu semua proses, intinya saat ini basuki di beri kesempatan manggung..yg lain juga mau dong di kasih kesempatan manggung..meneruskan program2 pejabat sebelumnya toh tetep pak basuki dapat nama krn programnya diteruskan oleh gub baru..
Saya sih tidak rela bertaruh kehilangan apa yang sudah baik yang dirasakan sekarang,demi memberi kesempatan Pak Anis untuk manggung di DKI 1.
Sudah berapa lama saya kehilangan harapan untuk melihat Jakarta yang lebih baik, tapi baru kali ini saya melihat adanya harapan. Harapan untuk Jakarta menjadi kota yang nyaman dan berkemanusiaan.
Harapan itu kini percaya bukan sekedar harapan, karena saya sudah melihat hasil dan bukti nyata. Yang saya percaya anda juga melihat dan merasakan perubahan yang lebih baik.
Again, saya tidak rela menukar semuanya untuk memberi kesempatan kepada “teman” yang anda yakini mempunyai “cara” yang lebih santun dan baik.
BERKEMANUSIAAN ??? Hoek … hoek … tas kresek mana …
Oh maaf satu hal lagi yang tertinggal, saya sangat percaya Pak Basuki manggung bukan untuk mencari nama, dan tidak tertarik namanya baik. Saya yakin beliau lebih baik namanya buruk yang penting Jakarta bisa lebih baik.
pak basuki yg sdh terbukti, kenapa harus diganti sekarang?? apa alasanya coba?? kenapa ga periode depan saja??
Hehehe….om ini pasti belum baca tulisam yg sebelum ini. Dibaca ajah om, kenapa mas panji skrg “beralih” ke anies. Cuma masalah selera aj
Ahok yg pertama bikin jaminan pendidikan dan kesehatan di belitung dan di DPR AHok bikin pasal pembuktian harta terbalik/Pasal Ahok. Coba cek lagi bro 🙂
Prestasi pak anies saat jadi menteri pendidikan salahsatunya yaitu program indonesia mengajar, ini membuat pendidikan di Indonesia sedikit banyak mulai lebih merata, pak anies juga pendengar yang sangat baik dengan manajemen sumber daya manusia yg sangat baik, ini bukti beliau pemimpin yang baik, bisa dilihat dari kecintaan para staf ahli kementerian pendidikan terhadap beliau. Setelah pensiun dari menteri pun memang beliau mengantar anak beliau dengan motor bebeknya membuktikan beliau sederhana, bagi saya pribadi sederhana merupakan prestasi luar biasa ditengah glamornya kehidupan metropolitan. Dipasangkan dengan sandiaga uno juga punya visi misi yang sama sehingga mereka klop menjadi pasangan.
Untuk pak basuki juga pemimpin yang baik, beberapa kekurangan memang pernah saya rasakan sebagai warga jakarta dibawah kepemimpinan beliau, contoh beberapa kali saya melaporkan jalan bolong dan beberapa kali pula langsung diperbaiki, ini bagus fast response tp kenapa harus beberapa kali diperbaiki? Mungkin salah pilih bahan, mungkin salah pilih kontraktor, banyak mungkin.. hanya saja bagi saya wajar manusia punya kekurangan, tidak ada manusia yg sempurna..
memilih pemimpin adalah hak tiap warga negara dewasa, jika dewasa maka memiliki nalar yg logis, memilih siapapun itu baik, yg terpilih berarti yg terbaik menurut mayoritas (kebanyakan) penduduk, dan ini tidak berarti yg minoritas (sedikit) tidak boleh ikut bahagia, tidak berarti harus saling benci, toh setiap individu dalam masyarakat punya kemampuan untuk ikut andil dalam membangun diri, keluarga, masyarakat, kota bahkan berbangsa dan negara.
Tulisan ini sepertinya mengklarifikasi pernyataan Anis Baswedan yang mendadak mengeluarkan statemen seolah2 keberhasilan Ahok,,, biasa saja..karena sungai di jakarta itu,, tanpa ahok sebagai gubernurpun,,, pasti bersih…karena sudah dirancang oleh Pak Fauzi Bowo sebelumnya…. Biasa…. kita ini kan kalau soal kerja,, gak mau… kalau sudah lihat org berhasil,,,,, akan klaim bahwa itu sebenarnya…hasil dari org sebelumnya… Anis Baswedan tau dan saya kira semua org tau bahwa membangun sebuah kita besar,,, pasti ada rencana startegi yang dirancang dalam waktu yang tidak singkat.. Tapi bung,, apalah artinya sebuah rencana tanpa aksi, Pak Ahok,, baru 2 tahun,, hasiilnya…kelihatan.Pak Foke, 5 tahun,, hailnya apa? Anis Baswedan sengaja mengail di air keruh…. membuat statemen yang seolah2..mengabaikan hasil kerja Ahok tapi lebih menghargai Foke…Itu politik…Pernyataan Anis Baswedan itu termasuk pencintraan….Mungkin Anis baswedan memilih Pak Foke pada pilgub tahun 2012.. (hanya Anis Baswedan dan Tuhan yang tau soal pilihannya)…Pun, hanya Anis Baswedan dan Tuhan yang tau alasan, kenapa pada pilpress, dia menjelek2an prabowo,, sekarang ada di pihak prabowo…””gerakan indonesia mengajar ala anis baswedan?
Indonesia mengajar sudah digagas thn 2009 oleh pak Anies jauh sebelum beliau menjadi menteri thn 2014.
Saya setuju dengan pendapat pak Pandji kalau pilkada gubernur Jakarta tahun 2017 ini adalah untuk memilih yang terbaik diantara yang baik. Saya pribadi bersyukur pak Anies maju menjadi calon gubernur sehingga Jakarta mendapat pilihan calon gubernur yg baik selain petahana yang sudah baik. Jadi analoginya kalau nanti pak Ahok tidak terpilih adalah keluar dari mulut surga masuknya mulut nirwana.
Sekarang tinggal melihat seberapa KUAT gubernur yang terpilih nanti untuk tetap berbuat BENAR padahal dibelakang gubernur tsb ada orang-orang yang akan memanfaatkan atau menagih janji kemenangan yang hanya menguntungkan seseorang atau sekelompok orang saja.
Kita lihat saja bagaimana nanti.
Seburuk-buruknya, kita sudah pernah merasakan banjir berkepanjangan, birokrasi mahal dan berbelit-belit, sungai kotor, dsb, jadi kalau ternyata yang terpilih adalah yang LEMAH kita tidak kaget lagi dan anggap saja itu pembelajaran untuk pemilu ke depannya.
janji kampung deretnya manaaa??
pertanyaan simple apakah jabatan cuma ada di JAKARTA? knp ga diBEKASI? ga kasian tuh calon bekasi si AHMAD DHANI ? panggungnya kecil mgkin
simple kok, jika ada org baik ingin berpolitik mari kita dukung (slogan pak ANIS)
tapi jika org baik mau menjatuhkan org baik itu bodoh namanya , KENAPA?
karna masih sebegitu byknya org yg tidak baik di indonesia ini yg punya posisi empuk semua. Jika anda org baik BERGANDENTANGANLAH dgn sesama org baik melawan semua perompak2 itu. bukan saling menjatuhkan karna skrg belum saatnya org baik berkompetisi dgn org baik.
CONTOH lah pak RIDWAN KAMIL yg sebegitu elegannya mengundurkan diri
CONTOH lah pak AHOK yg sebegitu supportnya sama pak JOKOWI ketika pak JOKOWI memajukan diri sebagai predisen (padahal dia masih satu partai dgn PRABOWO saat itu di GERINDRA)
sy berharap Mas Pandji bukan cuma sekedar mendukung seorang ANIES karna kedekatan, tp jg menggunakan akal sehat karna kisah tentang ORANG BAIK ini adalah teori dari seorang ANIES BASWEDAN sendiri. jadi menurut saya org baik yg berkompetisi dengan org baik saat ini adalah org yg bodoh
simple logicnya , sy yakin byk sekali yg akan mendukung ketika Pak JOKOWI, ridwan kamil, ganjar, ahok, risma, yoyok dan org2 baik lainnya ingin bersatu dan menciptakan partai sendiri, tapi apakah itu akan terwujud kalau mereka semua cuma saling berkompetisi saling sikut menyikut satu sama lain
salam
Yang kamu lakukan itu … JAHAT!!!!
Susah sih mas, kalo mau ngajak masyarakat dunia maya untuk “baca dulu baru share”, karena memang sudah didesain seperti itu oleh cyberarmy.
Apalagi tempat Pak Anies bernaung adalah “sarang” cyberarmy yang bisanya hanya main kiri, main putar balik fakta, meniru plays victim, jadi hal seperti ini akan selalu bergema di sekitar Pak Anies.
Yang sabar ya mas Pandji. Aku padamu.
Sepakat
Yesss clickbait or berita dengan judul ‘menggoda’ dimana mana bang Pandji… Memang butuh waktu, tenaga dan kesabaran extra untuk mendidik orang-orang yang menggunakan media sosial dengan baik. Padahal kebutuhan informasi sudah didapatkan dengan mudah dengan memakai google. Thanks sudah memberi pencerahan kepada orang-orang.
God bless!
Oot nih:
Pak Anies kan dikelilingi serigala2 buas nih, bagai perawan di sarang penyamun. Nah kalau suatu saat serigala2 itu pengen makan daging segar yg hrsnya utk rakyat, apakah beliau akan kuat pasang badan atau malah kalah oleh para penyamun itu?
Kalau pak Ahok jelas, semua orang berani ditantang demi kepentingan rakyat. Keluar dr partai yg mengusung krn mencium ketidakbenaran partainya (soal pilkada langsung). Beliau dgn berani beliau berteriak melawan anggota2 DPRD, satu lawan banyak (kasus UPS). Di muka umum mempermalukan penyelenggara yg nyoba jual buku mahal utk siswa (Book Fair), dll. Contoh2 itu yg hanya sedikit yg ada di permukaan, gimana yg msh dalam selimut? Mungkin seperti fenomena gunung es saja. Cb ingat kata2 pak Ahok, sdh digalakin begitupun anak buahnya msh ada yg macem2 terang2an.
Jujur saja, dgn melihat kengototan pak Ahok seperti itu, rasa2nya kekesalan rakyat kpd birokrat busuk bs ikut terpuaskan. Itulah perasaan yg selama ini dipendam oleh rakyat, namun tdk bs dilampiaskan oleh krn ketidakberdayaan mereka.
Di artikel sebelumnya, pak Panji mengatakan, niat pak Ahok baik, hanya mulutnya yg tdk bagus.
Saya akui pak Ahok tdk sempurna. Walaupun rasa gedeg dan sakit hati kepada para birokrat sering dipuaskan oleh marah2nya dia, ada kalanya beliau terlalu jauh dalam meresponi mereka. Namun mari kita pikirkan. Kita sehari2 berada di rumah masing2, di tempat kerja, bersama keluarga dan teman. Yg kita hadapi adalah persoalan2 pribadi, dan hanya sesekali saja hati kita disakiti oleh para birokrat. Nah, pak Ahok ini tiap saat bekerja di suasana seperti itu. Dgn karakter yg beliau miliki, saya cukup maklum dengan mulutnya dia yg terlalu jauh itu.
Saya memaklumi bkn berarti membenarkan. Okelah kita sama2 bilang itu salah. Jadi mari kita hitung2an saja mengenai profesionalnya pak Ahok: jumlah seluruh prestasinya + track recordnya + keberaniannya keluar dr partai 1 lawan 1000 demi rakyat – mulutnya yg sesekali kelewat batas.
Secara pribadi, saya hitung2 dan dapatkan hasil, nilai positifnya jauuuuuhhh lebih banyak dibanding nilai negatifnya.
Nah bagaimana dgn pak Panji, di sekian byk ulasan bpk sdh mendemonstrasikan keunggulan pak Anies. Dan sangat menyentuh hati, pak Anies orang baik, ya. Namun tanpa mengurangi rasa hormat, sdhkah pak Panji menghitung2 plus minusnya jika pak Anies bnr2 naik jd DKI1?
Salam damai.
Ditunggu mas jawaban dari pernyataan di atas
Saya sangat setuju dengan Tetu Man. Terkadang ada hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan cara biasa. Dan Pak Basuki adalah orang yang selama ini saya lihat bisa menyelesaikannya dengan cara yang luar biasa.
Mengenai masalah program , menurut saya Jakarta adalah daerah yang tidak akan kehabisan program bagus. Ada yang bilang (saya lupa, saya hanya baca berita) Jakarta tidak perlu pemimpin yang pinter2 amat. Jakarta hanya butuh pemimpin yang mau dan bisa mengeksekusi program2 baik tersebut. Jadi hemat saya, oke program tersebut konsepnya sudah ada di periode sebelumnya. Tetap saja saya lebih mengapresiasi pemimpin yang berhasil merealisasikannya. ini soal action bung, bukan lagi soal konsep mengkonsep.
Thanks
Panjang uraian Panji, dapat dihemat. Jakarta atau negeri ini tidak cukup dipimpin figur baik tetapi juga harus bernyali.
Anies lebih tepat sebagai akademisi, pemikiran dan ketauladanannya lebih dibutuhkan dikampus.
Suka atau tidak ini era pertarungan, era menghajar birokrat /dewan bobrok perampok anggaran, penelantar cetak biru pembangunan.
Jakarta butuh pemimpin eksekutor, bukan mantan rektor apalagi cuma mayor.
Sudahlah panji, ini realita. Bukan panggung standup comedy.
“Sudahlah panji, ini realita. Bukan panggung standup comedy.”
This!
Ayo Mas Pandji, ditunggu jawabannya atas komentar Tetu Man di atas.
BTW, Ahok itu kasar mulut ya kalo berhadapan dengan koruptor atau maling uang rakyat. Buktinya kalo kondangan ke rumah warga yang mengundang dia, atau saat menerima rakyat di Balai Kota tiap pagi, kelihatan banget dia perhatian dengan rakyat, nggak ada kasar-kasarnya, kecuali ya rakyat yang mbalelo atau niat buruk.
bernyali? kok malah dinaungi sma partai yang dulu rame meme papa minta saham?
KITA LOH YG MEMBIARKAN KE INDENPENDENT AN NYA DIA DIRAMPAS SAMA DPRD2 GILA BAJINGAN. APAKAH ada yg turun demo memprotes ketika dpr2 gila mau rubah peraturan tentang calon independent? ga kan kita diem aja?. ya menurut saya wajar seorang ahok melakukan manuver, toh posisi dia pun bukan jual murah ke partai2 . tp tetep dia yg melakukan bargain? kenapa bsa bilang begitu? karna pada akhirnya PARTAI papa minta saham harus rela bertekuk lutut sama mamak megah, request by ahok itu
“hidup ini realita bukan stabd up comedy”
Indeed!!!!
Well written! Saya setuju banget dgn komen anda. Waktu saya baca artikel ini, saya kok berasa ini artikel bs banget. Somehow sepertinya sengaja ditulis/dibayar untuk meng-clearkan nama Anies saja. Memang gampang kalo cuma omong belaka.
Bagaimana tindakan Ahok terhadap pengembang yg sudah bangun ruko di tanah yg belum punya izin?
Bang Pandji mendukung Anies karena preferensi,selera.Kalo soal selera mah gak bisa diperdebatkan.Ntar kayak berdebat rasa pedas dan rasa manis enak yang mana.Kalo saya mah,pilih yang udah punya BUKTI daripada kasih kesempatan para newbie yang baru modal JANJI
Akhirnya ada yg ngerespon black and negative campaign itu dgn cara” yg baik dan elegan, ini belum soal videotron yg kemaren bang, walau rival dalam pilgub tp pak Anies gak sedikitpun nyalahin Pak Basuki bahkan membela kalau ada yg sengaja mengkait-kaitkan peristiwa tsb dgn pilgub.
Ane rasa bener bang tentang opininya tentang Pak Anies sebagai jembatan di postingan sebelumnya, sedikit dari contoh yg sudah dipaparkan adalah salah satu buktinya,, teruskan perjuangan mu bang, ane yg gk ikut milih cuma bisa ngasih komen di postingan ini 🙂
Mencerahkan tulisannya pak Pandji.
Semoga bisa membuat si “Jari Cepat” tidak terburu-buru menge-share berita-berita sebelum verifikasi.
Bangga jadi anak Jakarta, melihat kursi DKI 1 akan diperebutkan oleh orang-orang baik. Dan semoga yang TERBAIK yang terpilih.
Semoga ke depannya semakin banyak artikel dengan tulisan bermutu seperti milik Mas Pandji ini. Agar negara yang kita cintai ini dapat semakin berkembang dan rakyatnya semakin sejahtera.
kalo saja semua nettizen bisa spt mas Pandji (atau setidaknya bisa kepikiran spt itu…) alangkah sejuknya dunia maya kita…:) siipp….
Seorang Anis pun sewaktu waktu keseleo lidah dan untuk meluruskannya anda akan menghabiskan banyak energi untuk itu he he he
nyimak bang, ada kemungkinan “pendukungnya” atau buzzernya tidak siap kalah bang. karena diera sekarang susah bedain pendukung dan buzzer medsos. sebenernya simple kalau yg namanya pendukung akan aktif mendukung calonnya dari pencalonan sampai pelantikan siapapun yg akan menang nanti. karena setelah dilantik pendukungnya akan sama2 mengawal dan menegur calonnya yg dia dukung klau melakukan kesalahan. klau buzzer medsos biasanya dari pencalonan sampai pelantikan, sampai 5 tahun menjabat mungkin sampai periode kedua pencalonan lg akan selalu mengatakan BAGUSSS. 🙂
Kontrak tersebut sebetulnya tidak salah… karena kontrak tersebut sebetulnya tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa kampung di DAS, di RTH, di Fasum Fasos akan dilegalkan. Hanya masyarakat yang tidak paham yang salah menginterpretasi isi kontrak tersebut.
Siapapun gubernurnya, bahkan presiden sekalipun, tidak akan bisa melegalkan kampung di DAS, RTH, Fasum Fasos, karena ada UU yang mengaturnya. Jika Gubernur melanggarnya (melegalkan kampung di DAS, RTH, Fasum Fasos), maka itu adalah tindakan melawan hukum. Gubernur bisa dipidana.
Tidakkah menurut Pandji, Anies harusnya memperjelas atau menjelaskan hal tersebut pada warga sebelum menandatangani kontrak tersebut? Atau mungkin Anies merasa tidak ada untungnya memperjelas atau menjelaskan hal tersebut pada rakyat bodoh. Malah sebaliknya lebih baik rakyat salah memahami isi kontrak tersebut dan kemudian memberikan suara mereka pada Anies pada pilkada mendatang.
Nice one!
Kalimat dalam kontrak tsb msh byk yg blm jelas.
Apakah definisi dari “tanahnya tidak bermasalah”? Bermasalah dalam hal apa? Kesuburannya? Status hukumnya? Lokasinya? Peruntukannya? Itu semua hrs dijelaskan secara rinci sblm ditanda-tangani.
Jangan mau digiring opini, teliti, trus cari tahu faktanya. Itu baru siip
Tulisan yang menarik, tapi kalau berdasarkan dengan poin mas Pandji.
Kalau yang sebelumnya sudah baik, lalu kenapa nggak dikasih 1 periode lagi, paling tidak untuk menyelesaikan proyeknya?
Kalau mas Pandji punya supir yang kerja keras dan rajin.
Lalu mas ditawarkan supir baru yang belum ketauan kerjanya “sebagai supir” seperti apa, tapi track recordnya di pekerjaan lama, (terakhir kali) diberhentikan dari masa jabatannya.
Apakah bersedia untuk ganti supir baru? Saya rasa banyak orang akan berpikir praktis untuk tetap pada supir lama, sudah nyaman dan terbukti.
Tapi ya ini hanya pendapat saya saja.
Silahkan dikritisi.
Dari semua komen,ini paling sederhana yg paling mudah di cerna.
Waktu akan selalu mencatat .
Pada prosesnya kan pak Anies diundang/ditawari (gk minta) utk ikutan pilgub/proses demokrasi ngurusin pemerintahan dan jauh sebelum itu pak Anies udah punya gagasan bahwa harus selalu siap jika ada panggilan utk ikut ngurusin negara dan itu dikonsistenkan dgn ikut kontestasi pilgub DKI, berkontestasi gk berarti yg lama jelek dan harus di stop bahkan dgn gamblang pak ANies bilang yg baik” dari petahana akan diteruskan bahkan dikembangkan.
Lawan pilgub adl teman berdemokrasi, gk ada musuh disini, ya inilah demokrasi setiap warga negara punya hak yg sama utk ikut terlibat mengelola uang pajak, anda punya pilihan saya punya pilihan, tunjukkan itu dgn gagasan knp anda pilih pilihan anda dan knp saya harus memilih pilihan saya.
Mohon diperjelas pak, JEDI merupakan program dari Foke dan dia yg minta dana ATAU JEDI merupakan program World Bank yg ditawarkan ke Foke.
Krn kalau bapak lihat di websitenya world bank, JEDI merupakan program yg ditawarkan ke Pemerintah Indonesia dan Pemprov DKI dng dana patungan dari mayoritas World Bank ditambah dari Belanda dan Pemerintah Indonesia serta Pemprov DKI.
Kalau berdasarkan penjelasan world bank melalui websitenya, JEDI merupakan program dari World bank yg ditawarkan ke Pemerintah Indonesia dan Pemprov DKI, jadi bukan program Foke.
Tolong kita sama-sama koreksi. Tks
Cakep bang! Kabarnya Mr Jon melepaskan dukungan dari paslon Anies – Sandi, itu kabar baik atau buruk tuh bang?
mungkin saja artikel cuma sebagai bedak dempul untuk menutup kesalahan omong anies yang sudah terlanjur terlontar, kalau memang fair kenapa tidak berfokus pada, program kerja sendiri tidak perlu berkomentar pada prestasi orang lain.
Sepertinya memang berangkatnya dari keinginan mendiskreditkan. Keinginan supaya calon yang dia harapkan bisa menang. Celah apapun dimanfaatkan. Jadilah yang begini2 itu justru dieksploitasi. Jadi ya mau dijelaskan sampe berbusa2 bahkan muntah darah sekalipun nggak akan mempan. Mereka bukan mencari kebenaran. Mereka mencari celah yang bisa dieksploitasi untuk memojokkan. Kalo salah ya bagus. Tapi benarpun mereka bikini supaya kelihatan salah.
Saya baca seakan akan mas pandji standup loh, gk bosen bacanya jg dan jelas bgt kesimpulanya dan jngn asal share jg. Tp yg jelas pda waktu sya lihat artikel ini malah sya beranggapan isinya itu emang iya tp kenyataanya berbeda. Proud of you mas pandji
Mas Pandji,
Poin ke 2 kontrak politiknya mohon dikaji. Saya kok kurang sreg ya dengan itu, munhkin mas Pandji punya pandangan lain yg positif.
Ini kan strategi anda untuk menyatakan anis lebih baik dari Ahok. Jokowi yg terbaik aja nggak percaya lagi ama anis konon saya harus percaya tulisan anda…..boleh santun tapi kalau balas dendam apa namanya.Maybe serigala berbulu domba yaa…
Keren ini tulisan.. Kalo mau google-google dikit…alias bertabayyun.. Cari…dan cari informasi.. Istilah jurnalistik cek dan ricek…bravo👏👏👍
saya sih orangnya objective salah ya salah bener ya bener, kalau pak anis menyampaikan statementnya dlm kapasitas pengamat itu bisa diterima tapi ini dalam kontek sbg calaon gebenur,,, ini jadi big question???
dan satu lagi bila semua pejabat hanya membuat rencana tanpa realisasi yaaa kacau,,, sebagai contoh kalau saat ini jokowi hanya bikin konsep dan rencana tentang pembangunan tol trans sumatra tanpa ada realisasi karna alasan dana yaaa munkin hanya akan ada di peta,,, tp seorang pemimpin itu tidak hanya mengkonsep tapi melaksanakan,,, jgn karna alasan dana dr inf jd gak terealisasi bisa manyun indonesia,,
Coba baca lagi tulisan diatas. JEDI akhirnya bisa dijalankan tahun 2012, dan saat pilkada Foke kalah. Bagaimana bisa Foke realisasikan program JEDI? Makanya Jokowi yang teruskan.
Kalau pilih Pemimpin, yg amanah, pemimpin yg :
1. Ati’ulloha, wa ati’u rosul, wa ulil amri minkum.
2. Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan
Monggo….mana yg memenuhi 2 syrt tsb.
Sy bkn org jkt, gak bs milih.
.
Mudah2an semakin banyak orang2 yang ber-tabayyun sebelum menyebarkan berita-berita yang belum tentu benar isinya. Terus terang click bait bos Pandji…bener2 mengena. Saya yg yakin seorang Pandji tidak akan ‘mem-vonis’ dengan mudah. Biasanya saya ga mau liat berita2 yg pakai click bait tapi saya ingin tahu apa bener Pandji sudah berubah? Alhamdulillah ternyata isi tulisannya sangat-sangat dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan tulisan bos Pandji yg sudah demikian netral (dimata saya yg ga punya hak pilih di Jakarta) masih aja ada orang menganggap bos Pandji menjadi ‘agen’ seorang Anies Baswedan (AB). Well…kita kembalikan kepada individu masing2 sajalah kalau gitu. Terima kasih buat bos Pandji sudah memberikan pencerahan yang sangat netral…..jauh sekali tinggi kualitasnya dibandingkan dengan tulisan2 artikel yang ada di media2 mainstream….
beberapa point gue:
1. memanggil basuki ahok itu sopan. jika anies menyarankan ke orang2 untuk memanggil basuki dengan basuki, alasannya bahwa “kita harus memanggil pak gub dgn nama baik pemberian ortunya”, maka secara tidak langsung anies memaknai bahwa nama ahok itu kurang sopan. memanggil basuki dengan ahok itu sesopan memanggil basuki dgn basuki, karena basuki itu sama dengan ahok (阿學). dengan ini, anies scr tidak langsung memberi label “konotasi negatif” kepada nama tionghoa.
2. melegalkan tanah yg dianggap ilegal. siapa yg menganggap ilegal? pemerintah provinsi. pemerintah dalam melakukan anggapan tentu ada dasar hukumnya. jika tidak, tentu akan terjadi class action dimana-mana. menandatangani kontrak tersebut, berarti calon gubernur yg kamu dukung “menyetujui” bahwa: anggapan pemerintah yg mau dia pimpin itu salah. lantas apa yg akan membuatnya benar?
3. meneruskan program2 yg bagus. hanya diteruskan? tidak diselesaikan? jika yg membangun tembok china hanya meneruskan membangun dan tidak ada inisiatif menyelesaikan, maka namanya bukan tembok besar china, tapi tembok tak sampai. yg membuat kali menjadi bersih itu jelas bukan siapa yg memulai programnya, tapi siapa yg mau mengeksekusi dan menyelesaikannya. siapapun bisa memulai, tapi tidak semua orang bisa menyelesaikan.
4. kalo emang yg baik musti diteruskan, apa ahok kurang baik sehingga kudu diganti? kalo emang yg baik itu harusnya diteruskan, apa anies itu emang kurang bagus jadi mendikbud sehingga sampe diganti?
1. Nama Basuki itu nama resmi dari petahana, digunakan nama itu utk menghormati beliau krn nama itu juga yang dipakai utk mendaftar ke kpu, jadi sama sekali gk ada hubungan memberi label “konotasi negatif” thd nama tionghoa.
2. Dasar hukum pun masih bisa diperdebatkan, seperti yg dilakukan Pak Basuki utk uji materi tentang UU soal cuti gubernur petahana saat pilgub. Artinya masih debatable, dan bukan menganggap pemerintah sebelumnya itu salah, Pak Basuki saya yakin gk menganggap UU soal cuti itu salah hanya memang dasar hukum itu masih debatable makanya di kontrak tsb tertulis kata “dianggap”
3. Bagaimana mau menyelesaikan kalau tidak diteruskan? meneruskan suatu kebijakan itu upaya utk menyelesaikan masalah.
4. Inilah demokrasi, setiap individu punya hak yg sama utk ikut mengurusi uang pajak selama memenuhi kriteria bukan berarti yg lama jelek dan kudu diganti dan posisi menteri sedikit berbeda konteks krn menteri dipilih langsung dan diberhentikan oleh Presiden (hak prerogatif), mengingat posisi menteri itu politis maka keputusan yang diambil Presiden dalam memilih dan memberhentikan menterinya tak melulu soal alasan teknis (kinerja) tp juga faktor politis.
ahok meneruskan program kali bersih foke? setuju.
berarti penggusuran program yg di usung foke? nah.
apa rumah rusun di buat oleh jokowi ahok? saya rasa tidak.
apa rumah rusun di buat untuk menampung korban penggusuran? hayo.
faktanya program pembangunan tembok cina di buat dan di kerjakan. bukan hanya sekedar program yg di buat untuk di kerjakan oleh pemimpin selanjutnya. lagi pula jakarta tidak hanya masalah sungai saja yg harus di selesaikan 5 thn. jadi kesalahannya adalah gak ada hubungannya sama foke lagi. karna lagi2 ahok yg terang2an mengerjakannya.
Salah satu masalah di Republik ini adalah ganti pejabat ganti kebijakan hanya sekedar menutupi peran pejabat sebelumnya hanya krn lawan politik, maka menjadi penting utk meneruskan sebuah kebijakan yg baik dari pemerintah sebelumnya. Dan mungkin itu juga knp tembok cina butuh waktu lebih dari 2000 Tahun pengerjaannya krn program yg dibuat hanya utk dikerjakan di era satu pemimpin tp tidak di era pemimpin yg lain.
Kalau bekerja hanya sekedar kerja, kera juga bekerja. DKI butuh pemimpin yg menggerakkan bukan hanya krn takut tp juga ikut memiliki masalah dan menyelesaikannya sama” tanpa sedikitpun mengurangi porsi tanggung jawab yg diembankan pada pemerintah.
Baik dan buruk orang akan langsung terlihat dr apa yang diucapkan kok.
simple aja pertanyaan gw, kl pak anies itikad baik muji pak ahok, napa ga ada pernyataan yg sifatnya mengapresiasi secara positif terhadap kinerja pak ahok masalah permasalah sungai di jkt ?
yang ditekankan anies kan bukan pak ahoknya tp foke nya.
semoga bang pandji juga ga tutup mata aja
Bagus mas pandji, setuju sekali. Terlihat sekali pak anies memang baik, santun dan bijaksana. Yg mas pandji tulis pun amat membangun dan membuka pandangan para “pemburu” berita melalui dunia maya. Saya yakin banyak yg setuju dengan tulisan mas pandji tentang Pak Anies. Tapi banyak yg setuju pula gerakan #sijaricepat berasal dari kendaraan yg dia tunggangi beliau menuju DKI.
Yang saya bingung, Kenapa orang hebat dan pintar lebih milih bersaing buat DKI aja? Kenapa mereka ga berusaha menjadi orang besar untuk membangun daerah – daerah lain? Saya harap 2 pertanyaan itu bisa mas pandji bahas di tulisan/artikel mas pandji berikutnya.
Saya harap pemimpin hebat bs tersebar merata ke pelosok daerah, agar sejahtera bukan untuk ibu kota saja.
🙂
Ada pepatah mengatakan, kalau anda ragu2 tentang karakter seseorang, maka lihatlah karakter orang2 yang mengelilinginya. Semoga pak Anies (masih) dikelilingi orang2 yang berintegritas, jujur, positif dan solutif. Tantangan beliau sangat berat saat ini, mengingat kelompok pendukungnya yang sangat senang memakai isu SARA, melakukan pemutarbalikan fakta, memfitnah, dll. IMHO, buat saya usaha Pak Anies memerlukan waktu, bisa berhasil bisa gagal. Jakarta butuh kecepatan, maka jargon ‘time will tell’ sudah tidak relevan lagi. Jakarta tidak membutuhkan ide cemerlang, gagasan bagus, mindset keren, yang Pak Anies miliki saat ini. Jakarta butuh aksi, gerak cepat, tindakan nyata, dan juga keberanian dan ketegasan, ini yang petahana sudah miliki dan buktikan sejauh ini.
kadang ada Lulung ex-preman (sekarang masih berlagak preman juga sih) dan Taufik kakak koruptor (kakaknya sanusi OTT KPK) di sampingnya saat fotonya muncul di media 🙂
Saya setuju dgn bro pandji utk selalu google sdikit agar mendapat info yg lebih detil. Makanya saya mau ralat tulisan diatas bahwa pak anis mengatakan kali bersih sudah dimulai sejak zaman gubernur foke. Ucapan pak anis adalah program kali bersih sudah ada sejak zaman gubernur foke. Kita pun sudah tau sejak gubernur sebelomnya bahkan era pak sutiyoso sudah banyak program bagus tapi implementasinya selalu 0 atau ada tapi tdk ada efeknya sama sekali utk warga dki. Kalau ditanya kesulitannya selalu sama yaitu pendanaan & resistensi beberapa pihak. Dan agar lebih valid kalau bisa jgn cuma googling tapi turun ke lapangan utk tanya2 pihak yg terlibat misalnya dinas kebersihan dki yg sekarang dikenal pasukan orange. Siapa gubernur yg menghargai kerja mereka dan membuat mereka mau membersihkan sungai sampai benar2 bersih. Jadi pesannya program2 saja tdk bisa membuat sungai jadi bersih dgn bim salabim. Banyak hambatan2 yg muncul di lapangan dan banyak dari itu semua tdk tertulis saat program dibuat. Jadi memang tdk ada yg salah dari ucapan pak anis. Itu kalau pak anis sedang menulis buku dan ada cerita lanjutannya. Tapi kemarin kan ucapan pak anis dalam case menjawab pertanyaan wartawan & dan sama sekali tdk ada ucapan “karena kerja keras pak basuki”.
Mengenai kelebihan dana yg katanya meneruskan hal yg sudah baik, saya memang tdk tau detil ceritanya, bahkan saya baru tau sejak pak anis resmi mencalonkan diri menjadi cagub. Cuma saya ingin menanyakan surat kemendikbud diatas adalah utk thn 2016, apakah ada juga surat sejenis utk thn2 sebelomnya kalau memang itu dibilang melanjutkan hal2 yg baik?
Utk isi kontrak politik sebenarnya masih ada beberapa area abu2 yg kedepannya bakal bermasalah. Kata “dianggap” dalam klausul itu tdk pernah ada dalam surat kontrak karena tdk dijelaskan dianggap legal/ilegal itu dari sisi mana. Legal dari sisi warga tapi ilegal menurut undang2 bagaimana penyelesaiannya. Apakah pak anis silap mengenai hal ini atau mungkin sudah menyadari tapi berpikir itu urusan belakangan.
Kampung2 yg ditempati 20 thn dan tanahnya tdk bermasalah akan diakui haknya. Utk hal ini saya tdk punya kata2 yg tepat utk menjelaskannya tapi coba bro pandji jalan2 ke gubuk2 yg dibangun di kolong jalan tol misalnya daerah gedong panjang. Silahkan tanya sudah berapa lama mereka disitu & ada sbagian yg sudah memiliki ktp dki (entah bagaimana caranya) bahkan sudah memiliki sumber listrik juga. Tanahnya memang tdk ada masalah tapi bangunannya yg bermasalah. Mungkin pak anis selama ini hanya mengurusi yg baik2 atau selalu berurusan dgn org baik selama jadi menteri yg cuma sebentar, makanya beliau kurang mengetahui hal2 di lapangan.
Saya setuju dgn tulisan bro pandji bahwa org baik dikompetisikan (maaf saya tdk menggunakan kata diadu soalnya saya jadi teringat adu ayam atau ikan cupang :D) dgn org baik maka hasilnya didapat yg terbaik. Tapi harus diingat ini jakarta bung, baik saja tdk cukup. Seperti kata prof mahfud md bahwa selama ini org baik yg menjadi pejabat negara hanya ada 2 pilihan setelah terpilih yaitu ikut2an yg jelek atau hanya diam seolah tdk terjadi apa2. Jakarta perlu pengurus yg tegas & berani melawan hal2 yg tdk baik. Nanti ada bertanya bagaimana kita tau cagub tsb berani & tegas kalau tdk diberi kesempatan. Jawabannya kesempatan itu selalu ada tiap 5 thn. Jika saat ini sudah ada yg terbukti berani & tegas utk apa kita harus memberi kesempatan kepada org yg blom tentu berani & tegas.
Jadi apakah pak anis jahat? Saya berani bilang pak anis itu org baik bahkan saya masih bingung kenapa beliau digantikan saat jadi menteri cuma yg saya khawatirkan pak anis menjadi seperti apa yg dikatakan prof mahfud md.
Saya mohon maaf kalau ada tulisan saya yg salah karena saya juga manusia yg bisa salah
Bagaimana dengan reklamasi, berani ga pak anies menutup proyek tsb yg notabene cukup banyak masalah?
Pada poin, 1b. Pemukiman kumuh berada di atas tanah negara akan dinegosiasikan…dsb…. Bukankah sama dengan program alokasi yg merelokasi? (hanya kalimat nya saja yang lebih halus)
Point 1c, perlindungan dan penataan ekonomi..dsb. Disitu ada kata becak,… Apakah pak anies akan membiarkan kembali becak dan apabila terus menjamur dan melindunginya?
Saya hanya berharap jangan sampai beliau terjebak atas kontrak politik nya sendiri… Dalam artian jangan sampai beliau terjebak akibat rayuannya sendiri
Halo Dji, ini gw Ivan GD 95.
Tulisannya seperti biasa bagus dan jujur aja saya kemakan juga sama isu yg beredar sampe ikut ngomentarin padahal saya orang Bandung.
Saya mau bahas point ke 2 aja, kampanye dengan baik dan sopan. Saya setuju itu secara dulu suasana pilpres bener-bener panas. Tapi waktu saya berkunjung ke FP Anies-Sandi, kok disana ada beberapa video ceramah larangan memilih pemimpin kafir. Isu lama utk melawan Ahok dan ini jujur aja makin menggerus simpatik orang. Kalau memang mau sopan dan berkelas persis seperti gayanya Anies saya pikir mereka harus menjauhi hal-hal seperti itu supaya reaksi orang ketika melihat berita dgn judul click bait akan mau memproses terlebih dahulu seperti yg dilakukan Pandji. Itu aja sih ganjelan saya.
Anies yg bilang jadikan pilkada ini menyenangkan, fun..
Daripada ngabisin energi panjang lebar menjelaskan macam-macam boring details yg too much political correctnes, lbh baik play along. Balas candaan dg candaan, nggak perlu defensif.
Ada poin penting dalam artikel ini untuk dikaji tim sukses Anies-Sandi: Bahwa informasi yang instan, menarik, kontennya padat tapi singkat, cenderung lebih mudah dan lebih masuk ke benak masyarakat, termasuk masyarakat pemilih.
Artinya apa?
Ini Pekerjaan Rumah yang kudu digarap.
Bagaimana Tim Sukses Anies-Sandi perlu membentuk tim cyber khusus untuk mensosialisasikan data dan fakta yanh benar untuk mengantisipasi atau mengatasi (Preventif dan Kuratif) Isu yang berkembang dan mereduksi sosok Anies – Sandi.
Cepat tanggap, pandai membaca pergerakan informasi yang berjalan dari detik ke detik, dan membuat reaksi yang jitu untuk mengantisipasi / mengatasinya.
Bentuk meme, video singkat, komik strip misalnya, yang dikemas menarik dengan konten yang bagus (tepat, padat, diplomatis dalam menjawab isu) akan menjadi cara yang efektif.
Gue ngga bilang tulisan panjang seperti ini ga efektif. Tapi kalau kembali pada pembacaan “kondisi real di masyarakat yg lebih mudah menelan informasi instan” maka tulisan panjang spt ini tetap perlu menjadi backup rujukan yang juga bisa disosialisasikan dalam bentuk-bentuk informasi singkat padat menarik yang lebih mudah dicerna masyarakat dg kondisi spt itu.
Jadi jangan hanya sekadar mempertanyakan dan “memprihatinkan” kondisi masyarakat yang mudah menelan informasi dengan serampangan. Tapi pahami kondisi itu, dan manfaatkan.
Mengeluhkan, memprihatinkan sebuah kondisi adalah satu hal. Tapi membaca kondisi itu kemudian menerapkan cara yang tepat (sesuai dengan kondisinya) akan menjadi hal lain yang lebih cerdas dan bermanfaat.
Gue pikir pola berpikir seperti ini justru sesuai dengan standar pola pikir orang kek Anies dan Pandji.
Sepakat?
Mas panji, klo mendukung mbok jangan membabi buta. Tolong lihat fakta dan data. Untuk menjawab kemanisan Anies dalam berkampanye, saya pikir sudah saatnya Pakar Mantan hadir untuk mengingatkan semua warga Jakarta agar tidak terpedaya dengan kecerdasan Anies. Selamat datang di artikel (rencananya) berseri “Anies Semanis Mantan Pacar.”
Soal sungai bersih di Jakarta ini sangat menarik. Dengan modal kecerdasan berbicara, Mas Mantan bisa membuat berita baru dan viral. Sehingga belakangan namanya jadi pusat perhatian dan netizen membicarakannya. Mas Mantan bisa dibilang sukses karena kini banyak orang membicarkannya.
“Proyek JEDI (Jakarta Emergency Dredgung Initiative) diinisiasi oleh Fauzi Bowo pada tahun 2008 melalui negosiasi pinjaman dengan Bank Dunia. Pelaksanaan proyek tidak bisa dilaksanakan karena terganjal dua peraturan pemerintah tentang pinjaman. Proyek baru bisa dimulai pada bulan Maret 2012 setelah pemerintah pusat menerbitkan dua peraturan pemerintah terkait pinjaman Bank Dunia,” kata Mas Mantan.
Sementara Pandji Pragiwaksono yang kini sudah seperti asisten Mas Mantan juga hadir dengan penjelasan sok punya data, tentu saja untuk mendukung Anies.
Di sinilah Pakar Mantan harus hadir menjelaskan dan mengurangi kemanisan dalam kemasan pernyataan Mas Mantan. Mari kita mulai.
Pernyataan Mas Mantan yang menjadi kontroversial adalah sebagai berikut:
“Sebagai contoh, sekarang sungai-sungai bersih bukan? Programnya dirancang tahun 2009 oleh Pak Fauzi Bowo, lalu dilaksanakan di akhir pemerintahan Pak Fauzi Bowo. Lalu dilanjutkan oleh bapak Jokowi. Lalu 2 tahun terakhir ini diteruskan oleh Pak Basuki,” kata Anies di Rukan Jatinegara, Jumat (30/9/2016).
Anies boleh menjelaskan dengan santun, Pandji silahkan berkelit dengan link data-data media. Tapi mari Pakar Mantan jelaskan di mana titik licik teori kemanantanannya.
Silahkan baca lagi pernyataan Anies saat di Rukan Jatinegara, perhatikan bagian “lalu dilaksanakan di akhir pemerintahan Pak Fauzi Bowo” saya ulangi “lalu dilaksanakan di akhir pemerintahan Pak Fauzi Bowo.” Ini masalahnya Mas! Sampean juahat kok.
Kenyataannya proyek JEDI dimulai oleh Jokowi di pemerintahan Jokowi-Ahok. Bukan Foke. Sekali lagi bukan Foke. Jokowi yang meresmikan dan memulai proyek JEDI. Jokowi juga yang menekan tombol sirine sebagai simbolisasi peletakan batu pertama (groundbreaking) di Waduk Melati, Tanah Abang pada hari Rabu 11 Desember 2013. Bukan pada 2012 seperti kata Mas Mantan.
Jangankan Ahok, Google pun yang bukan milik Pemprov DKI protes kalau sungai bersih disebut berkat Foke. Entah bagaimana perasaan Jokowi mendengar pernyataan mantan Menterinya yang kelewat cerdas terkait sungai di Jakarta.
Memang untuk memahami strategi manis namun licik Mas Mantan perlu pengetahuan menyeluruh tentang psikologi kemantanan. Dengan pernyataan Mas Mantan dan penjelasan cerdasnya, sebenarnya bertujuan untuk meninggikan peran Foke, sehingga otomatis mengurangi peran Jokowi Ahok. Lihatlah bagaimana Anies begitu ngotot menyebut sungai bersih adalah program Foke dan dilaksanakan oleh Foke.
Padahal kenyataannya Foke adalah Gubernur yang gagal melaksanakan proyek JEDI. Sejak 2009 sampai 2012, proyek JEDI mangkrak. Lalu kenapa Mas Mantan menyebut sungai Jakarta bersih karena Foke si Gubernur gagal? Ini mirip kamu yang kini berkecukupan dan menikah, lalu adik mantanmu mengklaim bahwa itu semua berkat sang mantan yang dulu membantunya untuk masuk bekerja di perusahaan besar. Padahal justru mantanmu lah yang meminta putus karena kamu tak kunjung dapat kerjaan. Nah, bayangin aja rasanya Mas, sakiiiiit.
Kemudian soal penjelasan bahwa proyek JEDI mangkrak karena kendala peraturan pemerintah pusat. Peratutan baru keluar pada 2011 bahwa pinjaman Bank Dunia tidak perlu persetujuan Menkeu.
Sampai di sini anda mau maklum? Lalu berpikir bahwa sebenarnya Foke sudah mau melaksanakan namun terganjal peraturan? Hehe
Sebenarnya soal masalah dan ganjalan adalah sesuatu yang biasa saja. Dengan masalah dan ganjalan tersebut seorang pimpinan harus mencarikan jalan keluar. Contoh, pembangunan infrastruktur di Jakarta kurang dana? Tinggal minta para pengusaha membayar kontribusi daerah. Itu yang dilakukan Ahok.
Ganjalan Bank Dunia ini sebenarnya juga dialami oleh Jokowi Ahok. Bank Dunia sangat lambat mencairkan dana pinjaman. Alasannya terkait kepercayaan. Mereka meminta syarat macam-macam. Salah satu syarat tidak masuk akalnya adalah no objection letter. Tidak ada keberatan dari pihak manapun terkait proyek JEDI. Ini kaitannya dengan penggusuran dan ganti rugi.
“Kalau emang masih rumit, kita bisa pakai APBD. Saya nggak mau diatur-atur terlalu banyak kayak gitu, mau pinjem saja kok rumit begitu,” kata Jokowi yang saat itu jadi Gubernur DKI.
Ahok yang saat itu jadi Wagub juga menyampaikan pernyataan keras “jadi kiya musti tegaskan, kalian mau bantu kami, di negara kamu kok cepat? Mereka bilang negara kamu beda, lambat. Buktinya swasta kita bisa cepat, berarti kamu sengaja kan? Nah, kita akan tolak kalau begitu. Pak Jokowi sudah perintahkan tolak kalau begini caranya,” tegas Ahok.
Barulah setelah itu dana cair, pelaksanaan tender dan bisa dikerjakan. Dalam peresmiannya, Jokowi mengatakan “JEDI ini proses, perencanaan dan lainnya sudah berjalan dari lima tahun yang lalu. Kalau saya tidak dimulai dari nol lagi, tidak mungkin dimulai. Kami hanya inginnya dimulai dan diteruskan, kalau soal duit itu kami ada,” kata Jokowi.
Pinjaman proyek JEDI ini memang terbilang sangat kecil. 135 juta dollar atau sekitar 1.5 triliun rupiah. Sementara Pemprov DKI punya APBD 50 triliun rupiah pada 2013 lalu. Jadi wajar kalau Jokowi dan Ahok geram lalu mengancam akan membatalkan pinjaman ke Bank Dunia jika syaratnya masih macam-macam.
Apa yang dilakukan Jokowi dan Ahok, adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Foke. Jadi kalau Mas Mantan dan chiledersnya menjelaskan soal ganjalan dan aturan, ini adalah tanda bahwa Mas Mantan persis seperti Pak Mantan. Banyak alasan untuk mangkrak. Tapi kalau dijalankan atau rampung, malah disebut hanya melanjutkan.
Terakhir, Mas Mantan ini memang sangat cerdas. Mantan rektor. Wajar kalau bahasanya tertata rapi, menyejukkan dan sempurna. Ini biasa dan normal di kalangan akademisi atau dosen-dosen di kampus. Semua begitu. Tapi biasanya itu hanya teori. Dosen wirausaha misalnya, kadang malah tak pernah berwirausaha dan kalau mencobapun jadi gagal total.
Begitulah kura-kura.
Ha good point 🙂
Halo mas Pandji. Tulisannya bagus, tapi soal kontrak politik Tanah Merah saya ngga setuju, melegalkan yang sudah menempati lahan selama 20 tahun untuk dapat SHM? Bisa chaos negara ini. Merelokasi warga yang secara ilegal menempati suatu lahan adalah jalan yang paling logis dan manusiawi kalo menurut saya. Coba pertimbangkan lagi kontrak politik tersebut, jangan semata untuk meraih suara. Salam #nasionalisme
Daripada ngomongin politik, lebih keren mas Panji goyang anaconda atau bikin standup fest, mungkin itu lebih keren.
Just not clarying the fact that your Governor wannabe not worthy, have nothing to be proud of out of the box program.
http://seword.com/politik/anies-baswedan-semanis-mantan-pacar-eps-sungai/
Selamat pagi mas pandji, saya sangat senang membaca tulisan mas pandji sangat berisi dan sesuai dengan data dan fakta.
Tapi coba mas pandji telaah lagi statement pak anies “jakarta butuh pemimpin manusiawi” saya pribadi melihat beberapa statement dari pak anies menyudutkan ahok.
Apakah kebijakan yang ahok lakukan untuk warga jakarta tidak manusiawi??
Kembali lagi soal statement sungai bersih karena foke, yang saya tangkap adalah pak anies tidak mau mengakui kalau di era ahok lah sungai dijakarta layak dipandang. (mungkin saya terlalu terburu buru dalam mengmbil kesimpulan)
Mas pandji kita sesama lulusan satu almamater,saya berharap anda menulis kritis juga. Saya kirim tautan untuk anda baca,jadi jgn asal suka terus gak kritis sayang almamater di belakang anda malu tahu….
Hi, tulisan yang baik dan bagus. Lanjutkan program yang bagus dan jangan lakukan program/kebijakan lama yang ga bagus. Becak, legalisasi kampung ilegal.
Terimakasih
mas pandji kl mas anies tdk seperti ditulis mas pandji gmn kita warga jakarta selama 5thn. Kl pak Ahok sdh terbukti baik karakter maupun kinerja, sy akan lebih percaya bu Susi jd Gub DKI drpd pak Anies krn karakter dan kinerja bu Susi cocok buat Jakarta.
5thn bkn waktu yg pendek bila salah memilih, mas pandji paling mnt maaf kl mas Anies tdk sesuai dgn tulisan mas, tp kami gmn warga Jakarta 5thn bila tdk sesuai harapan kami, pak Ahok sdh buat standard yg tinggi 2thn ini. Jgn memberi kami janji mas kami butuh tulisan yg sdh terbukti, jakarta butuh yg jelas2 krn cukup sdh tahunan dpt yg tdk jelas arah jakarta mau dibawa.
Ibarat juri ditanya penilaian hasil masakan seorang cheff,, berkata
” ini nasi gorengnya enak karena beras yang disediakan panitia memang diambil dari petani yang sangat pandai dalam menanam padi sehingga menghasilkan beras berkualitas, dam dibutuhkan kerja yang berkesinambungan untuk menjado nasi goreng seperti ini”
Jawaban yang tidak nyambung,,, retorika yang berputar putar hanya karena tidak jantan untuk mengakui bahwa EKSEKUSI sang cheff itu lah yang membuat nasi gorengnya juara, dibanding masakan cheff sebelumnya yang CUMA DILIATIN gitu aja berasnya, sehingga gak jadi apa apa.
Terlalu naif (bahasa halusnya) kalau tidak sadar dan, atau, malah, terlalu jahat kalau memang sengaja menutup mata, bahkan terlalu pengecut untuk mengakui keberhasilan seorang cheff mengeksekusi beras tersebut menjadi nasi goreng seperti itu.
Mari dilihat bung, kesinambungan yg dimaksud itu pada ranah kebijakan publik bukannya masak memasak dan tanam padi, okelah kalau dipakai perbandingan dengan cheff yg bikin nasi goreng, nasi goreng yg mampu diramu cheff dgn baik akan jadi percuma jika cheff yg baru langsung merombak keseluruhan resep dari cheff yg lama apalagi cheff yg cuma ngelihatin beras/resep (emang ada cheff yg kaya gitu??), inilah kesinambungan yg dimaksud dan tentu absurd kalau perbandingan nya cheff dgn petani krn jelas kedua profesi berbeda tugasnya begitu juga gubernur. Cheff memasak, petani menanam dan menghasilkan beras serta gubernur melaksanakan kebijakan.
Ketika baru selesai makan saat lunch time, pelayan datang sambil berkata “boleh saya angkat?” bergegas mengangkat piring2 dan gelas kotor. Kemudian keluar ucapan pamungkas “ada tambahan lain?”. Tampaknya semua pengunjung resto paham kemana maksud ucapan ini, bahwa kl tak ada order lagi harap segera pergi agar seatnya available bagi pengunjung lain.
Ucapan tsb santun bahkan tidak ada unsur mengusirnya, bahkan gesture pelayan pun tetap sopan, tapi sikonnya membuat orang membaca yg tersirat.
Demikian halnya dengan ucapan mas Anies, kalau saja sikonnya bukan pilkada dan mas Anies bukan salah satu kandidat mungkin reaksinya akan beda. Jadi imo ini bukan soal dibaca pelan2. Ini ttg apa yg tersirat. Ini kan pilkada rasa pilpres dan mas Anies sdh punya citra sebagai orang baik yg saling mendukung orang baik. Wajar kalau banyak yg kecewa dan gusar karenanta. Reaktif memang, tapi itu yg sering terjadi.
Oleh karena itu rasanya tak perlu reaktif pula menanggapinya. Jadikan masukan untuk ke depannya. Mas Anies perlu repositioning agar bisa lbh diterima.
Mantab tulisannya bang sangat mencerahkan, memang masyarakat sekarang “kebanyakan” menjadi fanboy/fangirl di masing2 kubu, terus terang saya kasihan tidak banyaknya pihak masyarakat yang netral, apalagi di Facebook disitu banyak banget yang mencaci karena statment pak Anies tentang sungai di Jakarta sana… 😀
Keren, Mas, tulisannya. Tapi saya tetep memilih Pak Basuki 😀
Intinya cuma satu: eksekusi…. ada masalah 2 tahun didiamkan gak akan jadi apa-apa…..
Kalo setiap orang bisa dulu mencerna setiap berita dengan melihat latar belakang dari kebenaran sebuah berita, maka yang anti terhadap ahok akan langsung hilang 80%, selama ini hampir semua berita2 negatif atas ahok adalah memelintir kata2 yang diucapkan maupun tindakan yang dilakukan oleh Ahok dan langsung dijadikan berita, tanpa menjelaskan kronologi2 ataupun alasan atas kejadian itu. anda nggak usah googling sampai kemana2, cukup setiap hari membuka youtube dan melihat video wawancara informal pak Ahok dengan wartawan, semua jawaban atas keadaan DKI akan terlihat jelas disana, bagaimana kesan arogan dan kerasnya pak ahok terbantah semua di sana, anda bisa melihat bagaimana sopannya dan tulusnya seorang pejabat daerah melayani semua keluhan warganya sejak awal menjabat wagub sampai sekarang, mungkin kalo seandainya pak anies ataupun mas pandji mau melakukan ini, sebenarnya nggak ada alasan bagi orang baik seperti pak anies untuk maju menantang pak Ahok. alasan orang maju di pemilihan cuma ada 2. 1 karena faktor ego dan hasrat akan kuasa. 2 karena faktor pejabat sekarang kerja nggak benar. kalo alasan anies adalah yang ke-2, maka juga jangan salahkan mayoritas orang lain yang menyalahkan anda, karena anda sendiri juga melakukan kesalahan yang sama, tapi jika alasan untuk maju adalah yang pertama, maka semua adalah omong kosong, tujuan akhir hanya menjatuhkan lawan aja. sebenarnya mau menilai pak anies sangat gampang, tunjukin aja prestasi2 apa yang beliau lakukan saat menjabat menteri? apakah ada birokrasi pendidikan yang dibenahi? korupsi di bidang pendidikan yang dibongkar? pejabat kementerian bermasalah yang dipecat? atau kurikulum bermasalah yang diperbaiki? ( ini yang menjadi kekecewaan terbesar bagi mayoritas rakyat indonesia atas kinerja pak anies, udah tahu kurikulum bermasalah, 2 tahun nggak kunjung ada penyelesaiannya ) jadi bukan mengomentari dan menilai hasil2 kerja orang lain yang bukan menjadi bagian darinya.
Tanya dong kesan pegawai kemendikbud soal Pak Anis waktu msh jadi Menteri hehehe
accord !
Hallo mas Panji. Bagus tulisannya, komprehensif, tapi sorry, I beg to differ ya.
Analoginya begini, jika di suatu seminar, ada nara sumber menjawab pertanyaan dengan muter-muter ngomongin fakta-fakta yang TIDAK berhubungan langsung dengan inti pertanyaan, nyebelin gak?
Analogi lain, kalau dalam tulisan ilmiah, kita dituntut untuk mampu menjawab research question secara lugas dan to the point, letakkan argumen utama dengan penekanan di awal paragraf, bukannya tersembunyi ditaruh di pojokan atau nyempil di tengah2.
Pak Anies Baswedan yang akademisi pasti tau betul “aturan” ini.
Nah, apalagi dalam konteks cagub menjawab pertanyaan wartawan tentang bersih nya sungai2 di Jakarta di jaman Ahok. Tuntutan kadar kelugasan dan to-the-point tentu lebih tinggi lagi.
Yang ada, Anies malah muter-muter jawab, diawali dengan planning Foke dst dst dengan sedikit menyelipkan “dikerjakan dengan baik oleh Pak Basuki”. Padahal, anak SD pun tau, gubernur/kepala daerah mana sih yang nggak punya program bersih2 sungai? Bahkan seorang Aher pun pasti punya rencana/program bersih2 sungai. Tapi mana kepala daerah yang mampu mengeksekusi program2 tsb? Segelintir saja.
Sorry to say, kalau di seminar, model jawaban seperti ini cuma dikeluarkan oleh nara sumber yang “oon”. Kalau menulis karya ilmiah, paragraf muter2 seperti ini akan dicoret habis oleh pembimbing.
Apakah Anies mendadak “oon”? Tidak. Yang betul, Anies ngeles, ogah-ogahan mengakui prestasi nyata Ahok mengeksekusi pembersihan sungai2 di Jakarta. It’s obvious, Anies tidak bisa menutupi “ngeles” nya, baik dengan klarifikasi di media2 maupun melalui argumen mas Panji yang begitu panjang di atas. Selipan kalimat “dikerjakan dengan baik oleh Pak Basuki” itu sangat nyata terkesan dipaksakan.
Lalu kalau para wartawan menulis headline “kata Anies: sungai Jakarta bersih berkat rancangan Foke”, ya nggak salah wartawannya. Jangan pula dibilang bahwa omongan Anies diplintir. Yang salah ya Anies, kenapa ngomongnya muter-muter dan ngeles. Lugas saja puji Ahok. Selesai. Muter-muter dan ngeles2 won’t help your electability.
Mas Panji, ini saran saya untuk Mas Anies, sebagai sesama akademisi yang pernah foto selfie sama beliau di suatu kota di Australia 🙂
Satu, kalau Mas Anies ingin merebut simpati median voter, berhentilah berbicara muter-muter. Median voter di Jakarta lebih menyukai pejabat publik yang berbicara lugas dan spontan.
Dua, Mas Anies jelas tidak punya comparative advantage di bidang infrastruktur/pembangunan fisik. Karya-karya nyata Ahok di bidang itu sudah tidak terbantahkan. Maka, tidak usah mencoba bertarung di situ. Apalagi ngeles ogah-ogahan mengakui keberhasilan Ahok di infrastruktur. It’s damaging, for your reputation and electability. Akui saja secara lugas prestasi Ahok tsb, justru mas Anies akan mendapat simpati dari para pemilih rasional.
Tiga, Mas Anies terus tonjolkan comparatif advantage yang gak dipunyai Ahok. Dibantu mas Panji dan jubir2 dumay lain, Insya ALlah ini akan lebih elegan dan bisa mendongkrak elektabilitas mas Anies.
Ok, selamat berkampanye sehat, cerdas dan elegan.
Sayangnya analoginya gak tepat krn ini bukan seminar ilmiah, ini kontestasi politik dgn adu strategi dan gagasan tanpa menyedutkan. Dan mana pernyataan pak Anies yg menyudutkan pak Basuki soal kali bersih? boleh-boleh saja sih jika anda menafsirkan secara subjektif kalimat “dikerjakan dengan baik oleh Pak Basuki” itu terkesan dipaksakan walau menurut saya justru itu bentuk tak menyudutkan dalam berkampanye oleh pak Anies malahan wujud apresiasi.
Soal kali bersih krn foke itu sih emang plintiran wartawan, pak Anies hanya bilang kali bersih itu ujung dari pangkal sebuah program yg bernama JEDI di era foke lalu diteruskan jokowi hingga terakhir dikerjakan dgn baik oleh pak Basuki, bisa dilihat mana kata yg menyudutkan?
Maka jadi sangat relevan jika pak Anies mengusung gagasan pembangunan lebih daripada infrastruktur tp manusianya, mentalnya, keinginan utk ikut memiliki masalah dan sama” menyelsaikan tanpa mengurangi porsi tanggung jawab pemerintah.
Tidak akan ‘damaged’ suatu image/reputasi hanya gara-gara berbeda pandangan politik. Damaged tidak nya reputasi seseorang justru ditentukan lewat bagaimana dia bersikap, berucap dan berkata-kata di depan publik.
Setuju dengan Radityo dan tidak setuju dengan Meilanie.
Program JEDI ini mau gak mau diteruskan oleh gubernur setelah Foke dan ada tuntutan dari World Bank bahwa program ini harus diselesaikan dalam waktu sekian tahun dan kebetulan jatuh di masa kepemimpinan Ahok.
Ada sedikit pertanyaan di awal di sebutkan bahwa pak basuki dan mas anies itu berteman ya, klo memang berteman kenapa mas anis tidak mendukung pak basuki aja menjadi gubernur kok malah sekarang menjadi lawan?(ingin tahu alasannya langsung dari orang yg dekat dengan mas anis soalnya klo dari media suka dipelintir)
Saya korban click bait nya mas Pandji. Ijin share mas
http://tekno.kompas.com/read/2012/01/11/03090275/tanah.merah.daerah.bebas.warga https://www.merdeka.com/jakarta/pertamina-terima-pembentukan-rtrw-warga-tanah-merah.html
http://www.beritasatu.com/megapolitan/81543-akhirnya-warga-tanah-merah-bisa-dapat-ktp-dki.html
yah mungkin Bro Pandji jg bs cari-cari info soal Tanah Merah dulu sebelum komen tidak ada yang salah dengan kontrak yang ditawarkan. Semua juga tahu, yang dimaksud dalam kontrak itu secara tersirat ya kampung di Tanah Merah itu, kop nya saja sudah tertulis Tanah Merah bersatu. Jadi ini Anies dibohongi warga atau Anies bohongi warga? karena tak mungkin me legalkannya, itu punya Pertamina. Jokowi saja tidak bisa melegalkannya sewaktu jadi Gubenur, cuma bantu bikin KTP saja.
Smart!!!
Andai banyak rakyat Indonesia punya daya kaji seperti mas Pandji, tidak akan sebodoh ini bangsa dipermainkan dan kehilangan jati yang sesungguhnya.
Bro Pandji, ini ada tanggapan dari tetangga sebelah. Nama ente disebut2 di situ.
http://seword.com/politik/anies-baswedan-semanis-mantan-pacar-eps-sungai/
Anda tau apa yg melebihi kecepatan cahaya? Yaitu berita (hoax) Di medsos yg disebar org “bodoh” tanpa dikonfirmasi dl.
Kekuasaan memang mengiurkan mampu menyilaukan siapa saja, ada yg bersandiwara bahkan berdusta.
Tembok cina bukan dibangun di zaman dinasti Ming…
lebih baik memilih calon pemimpin yang benar2 sudah memiliki “jam terbang” ataupun memiliki track record daripada memilih pemimpin yang hanya sekedar “mencoba” karena bagi saya pemerintahan bukanlah sebagai “kelinci percobaan”
IMO, pak Anies sudah salah langkah dan merupakan satu kesalahan besar untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta apalagi dilihat darimana ia diusung
saya pernah ingat apa yang dikatakan pak Anies langsung saat ia diwawancarai di Kompas TV, bahwa setelah selesai menjadi menteri, ia hanya aktif dalam kegiatan sosial. tidak ada sama sekali niatan untuk berpolitik
dan juga saat menjadi timsukses Jokowi-JK, ia mengatakan bahwa Prabowo adalah MAFIA! tapi pada saat press conference, ia mengaku KHILAF menyebut Prabowo sebagai MAFIA!
dari 2 point ini saja udah bisa dipastikan bagaimana sosok Anies Baswedan yang sesungguhnya!
from HERO to ZERO! yang dulu dikagumi, sekarang dicaci! itulah pak Anies Baswedan
Pak Basuki pengalaman gubernur krg lebih 24 bulan, Pak Anies di kemendikbud sekitar 21 bulan? itu sudah nunjukin kedua calon punya jam terbang yg gk beda jauh dan karenanya maju pilgub jelas bukan utk coba2. Malahan yg mencolok jam terbangnya adlh Ibu Sylvi yg sudah 8 tahun lebih mengelola birokrat di posisi strategis (walkot jakpus & depbidpar DKI) yg jauh lebih bagus soal jam terbang dari calon-calon lain termasuk petahana.
Press conference? kapan bilang pak Anies itu khilaf? yg ngomong gitu kan si mardani ali sera seakan-akan pak Anies mengaku khilaf pdahal pak Anies gk berkomentar apapun soal itu,, saat tidak jadi menteri memang pak Anies ranah kegiatannya itu ke publik/sosial dan betul tidak ada niatan ke politik praktis, tp kemudian pak Anies ditawari ingat! Ditawari! utk ikut ngurusi uang pajak lewat pilgub dan pak Anies bilang (di program ims net tv) jika dianggap solusi maka beliau bersedia dan keputusan telah diambil, pak Anies konsisten dgn komitmen nya utk ikut turun tangan mengelola uang pajak.
Sedianya pak Anies jelas tahu ketika beliau mutusin ikut pilgub sama ketika ngikutin konvensi demokrat dulu, hujatan kritik bakal setia menerpanya persis seperti apa yg terjadi sekarang ini. Ada pilihan yg baik utk pak Anies utk menunggu pilpres 2019 sambil mengerjakan kegiatan publik/sosial sambil memperbaik citra plus embel-embel “dizolimi” jokowi jelas modal bagus utk pilpres, namun pak Anies pilih konsisten dgn ucapannya “ikut turun tangan mengelola uang pajak” dan kini dibuktikannya ketika tawaran itu datang lewat pilgub biarpun hujatan itu setia datang menyapa, krn pejuang gak menghindar hanya krn dikritik, pejuang ya Hadapi!
gubernur 24bln vs kemendikbud 21bln jam terbang gak beda jauh? dari sini aja udah salah tanggap. jelas2 ini pemilihan gubernur. persamaan jam terbang apa ini?
oke, mending kita sama kan saja bekerja di pemerintahan..ahok, bupati, dpr, gubernur..anies?
tapi disini kita sedang memilih gubernur,kalau memang kita ngomong soal jam terbang, 21 bulan di kemendikbud, terus yang satu lagi 24 bulan jadi gubernur, manakah yg lebih berpengalaman dan mempunyai jam terbang?
Memang kelebihan petahana dalam pilkada adalah jam terbang dan hasil kerjanya, setuju jika jam terbang/track record di pemerintahan itu penting hanya yg jadi soal apa hanya itulah faktor utama kriteria ideal seorang pemimpin daerah? kalau hanya track record saja maka yg paling pantas jelas bu sylvi walau hanya cawagub namun dengan pengalaman lebih dr 8 tahun hanya beliau lah yg paling tau soal birokrasi DKI drpda yg lain.
Maka jadi penting disini utk melihat faktor” penentu lain, DKI butuh pemimpin yg lebih dari sekedar bekerja, seorang Hamka pernah berkata kalau kerja sekedar bekerja maka kera juga bekerja. DKI butuh pemimpin yg lebih dari sekedar bekerja tapi Menggerakkan! dan saya lihat sosok ini ada pada pak Anies.
Mengapa? banyak sekali bukti diantaranya ketika di 1992 ketua senat UGM membentuk tim riset utk melawan sistem korup BPPC di era orba yg mana ketua senat yg menggerakkan itu adalah pak Anies. Preseden tsb sekaligus jd gambaran nyata jika ada yg berucap kalau pak Anies tidak berani dan tegas maka tidak mungkin kejadian di tahun 1992 itu terjadi.
Menggerakkan itu melampaui keberanian yg cara mengekspresikannya tidaklah kasar dan merendahkan. Semangat utk ikut memiliki masalah dan terlibat di dalamnya tanpa mengurangi porsi tanggung jawab pemerintah menjadi hal yg sangat rasional utk DKI. Karena sehebat apapun gubernurnya niscaya tak akan mampu menyelesaikan semua masalah DKI yg sangat kompleks.
kena deh….
😁😁😁
Sebenernya kasian yg nelen mentah mentah. Kan gak enak seret juga..
itu sangat betul, tapi untuk membersihkan sungai/kali perlu adanya pengusuran bangunan liar untuk memperlebar sungai dan kali. Akan tetapi kesalahan fatal, Pak Anies adalah menanda-tangani perjanjian dengan forum Tanah Merah, yang salah satu isinya adalah warga Tanah Abang bisa klaim tanah negara menjadi tanah ber-SHM, tanpa ada proses pelelangan tanah. Sedangkan Pak Anies dan Pak Uno, menolak adanya pengusuran bangunan liar, tanah negara di pinggiran sungai/kali.
Nah sekarang, bilamana Pak Anies jadi gub, apakah bisa meneruskan program JEDI yang sudah Ahok lakukan saat ini dengan pengusuran bangunan liar di pinggiran kali ? atau malahan akan menjadikan program JEDI itu berubah haluan menjadi program SITH dan berubah menjadi Darth Vader ? 🙂
.
Alhamdulilah msh ada yg mengingatkan saya agar “Verifikasi dulu sebelum berbagi”….smoga teman” yg lain juga merasakan dan bs berjalan bersama secara damai dan tentram…yuk kita dukung Pilkada tanpa ada rasa dengki..
jadi kesimpulannya sungai bersih, prestasi siapa?
Prestasi World Bank.
Share ah..
Mantap ini bacaannya
Saya setuju sekali
Ga da gunanya kita yang di bawah saling menghujat, mendukung boleh tapi jangan terlalu deskridit lah
Saya suka dengan semua calon, yang saya ga suka antek2nya yg berlebihan.
Damai itu lebih seru
cara berpikir seperti mas Pandji inilah yang mestinya patut juga kita tiru. dengan berpikir seperti ini kita tak buru-buru menjustifikasi seseorang hanya karena sumber yang tidak jelas menuliskannya.
Biasanya agak malas baca tulisan yang terlalu panjang dan suka kurang konsen kalau sudah kelamaan baca. Tapi baca tulisannya mas Pandji, sangat mudah untuk dicerna. Memang seharusnya seperti itu. Tidak ada ego dari masing-masing cagub untuk tidak mau meneruskan program yang lama.
Bro Pandji, apakah bisa menjelaskan pikiran liar saya tentang alasan Pak Anies diberhentikan dari jabatan Mendikbud, seandainya Pak Anies baik, hebat dan berprestasi salah satunya menyelamatkan uang negara, seharusnya Pak Anies diberi penghargaan dan tetap sebagai Mendikbud, karena Pak Presiden tdk akan memberhentikan jabatan seseorang tanpa alasan yg jelas apalagi kalo berprestasi, atau karena alasan seperti judul diatas, Pak Anies diberhentikan, mohon pencerahannya, terimakasih.
Pandji, kamu juga perlu cermat mengamati respon yg beredar, tidak terburu-buru bilang ‘ngamuk’ karena banyak yg sangat cerdas. Misalnya dari Denny Siregar, yg justru membuat meme ‘Terima kasih Fauzi Bowo atas rancangannya’. Saya tidak yakin maksud kamu ‘Google sedikit saja’ itu benar-benar sedikit karena hasil di atas itu sangat banyak. Artinya kamu sendiri berusaha men-drive pembaca atau malah berbohong (dengan bilang sedikit).
Buat sebagian orang, boleh jadi sebagian besar orang, Pilkada DKI adalah hiburan karena mereka tidak ikut memilih. Namun mereka punya kepentingan, seperti saya yg kerja di DKI. Saya hanya mengamini kata mantan Gubernur 2 periode, Sutiyoso, yg bilang DKI Jakarta itu keras dan patut dipimpin oleh orang keras atau sedikit gila seperti Ahok. Bukan tokoh inspiratif seperti Anies dengan program Indonesia mengajar. Lu kira preman mempan dikasih kata-kata mutiara? Saya setiap hari kerja ke kantor lewat Stasiun Tanah Abang. Itu ojek pangkalan, dirazia polisi, ditongkrongin dishub setiap hari, masih saja liar. Nah model pemimpin lembek seperti Anies ya bakal digarong habis oleh para begundal.
Kalau memang apa yg sdh dilakukan oleh BTP / Ahok sudah baik, mengapa tidak diberikan kesempatan untuk melanjutkan PR2nya untuk 1 periode berikutnya? Kecuali kl yang dikerjakan saat ini tidak baik dan perlu diperbaiki.
Semoga jadi renungan.
Mantap ulasannya lae.seandainya semua org di dunia maya ini,bs berdebat dgn cara seperti anda,bkn cuma sekedar men share berita dan komentar tanpa verifikasi terlebih dahulu
Terus kenapa manggil anis bukan pak Anis? Dan yang kedua, kenapa Pak Basuki d bandingkan dengan Pak Anis? Apa karena Pak Sandiago tidak bisa dicari bagusnya?
http://seword.com/politik/anies-baswedan-semanis-mantan-pacar-eps-sungai/
Ada yang perlu dicek deh.. Sy rasa mas anies memang sengaja membuat isu tersebut untuk mengecilkan peran ahok.. Tp sayang sekali dengan mudah dicounter back oleh ahok.. Pemimpin yg cerdas bisa mencari solusi, masa2 gara2 dana dr world bank ga turun lalu sungai ditelantarkan??? Apa tidak bisa mencari alternatif lain. Jika memang ada niat dan tekad foke pasti bisa dapat bantuan atau pinjaman alternatif seperti yg dilakukan oleh ahok, yang sangat banyak pembangunan nya tidak tergantung pada apbd.
Coba mas panji jgn Buru2 dulu memihak pak anies.. Cepat sih bole tp dengan data yg akurat ya..
tetap semangat mas panji, memang melawan kebathilan itu butuh perjuangan
Tunjangan Guru Anggaran Kemendikbud yg ditransfer ke Pemda. sekali lagi dana APBN. Begitu terbaca ada yang salah atau kebohongan, gk perlu diteruskan, karena kita sudah tau isinya kira2 apa maksudnya.
Ga tau kenapa ya..saya ga pernah suka dengan Panji ini, bagi saya doi ini adalah orang yang paling palsu dan garing (menurut pendapat saya), saya melihat mas Panji inu ibarat seseorang yg sangat berusaha keras untuk terlihat intelektual dan tampil beda dengan mangambil isu2 yg tidak biasa, seperti legalisasi ganja dll..dan ntah kenapa tidak ada substansinya disana..dan maaf, membuat sesuatu yg seharusnya keren menjadi…mm..basi dan tidak menarik, saya tidak melihat dia sebagai seorang yg jujur pada dirinya yg selalu bersikap pretensius (?)..ya bagi saya doi ini garing dan tak ada keren2nya secara pola pikir.
Semua orang boleh berencana, dari jaman kuda gigit emas udah begitu, semua orang membuat wacana bahkan kadang menjadikannya sebagai alat utk kepentingan pribadi atau kelompok, wajar itu..disemua negara yg bersifat demokrasi ya begitu..menjalankan program2 sebelumnya yg dianggap baik..tapi implementasinya? tidak semua orang yg berdedikasi menjalankannya..dari sisi itulah yg harus dilihat, jgn muter kemana2..jadi kakin keliatan u ga kerennya. Ibarat kata jika ada seseorang yg pengen hidungnya mancung dan satu2nya cara ya operasi tapi ga dilaku2in malah ada dokter yg blg udah coba ini dan itu dgn tujuan nguras duit si pesek..pdhl ya langsung aja operasi, dan semua orang tau itu. Ingat itu..implementasi, karena wacana dan rencana hanyalah pepesan kosong.
Ada pernyataan “klarifikasi dulu baru berbagi”, tapi bisa saja dibalik “berbagi dulu agar diklarifikasi”. Orang akan menilai setelah membaca yang dibagikan, termasuk black campaign yg bukan saja tidak butuh klarifikasi, namun memang dibagi agar menghancurkan yang benar jadi tidak benar. Bagi saya, ketika kita berbagi, ada maksud untuk mereka ikut memikirkan kalau itu memang benar, dan mendoakan, jangan2 itu berita hoax. Orang lebih suka berdiskusi setelah berbagi, daripada dibaca sendiri tidak bisa memahami. Jadi jangan baper ketika berita tersebar, padahal belum tentu benar. Tinggal di counter back, sehingga kesimpulan bisa diambil secara adil. Tinggal yang baca pelan atau cepat yang memutuskan, mau percaya yang mana. Sekali orang dicurigai, sulit mempercayai apa yang dikatakannya, walau kata2nya memang benar adanya. Kasian memang, tapi itu kenyataan yg hrs dihadapi. Karena itu, pikir dulu sebelum menyampaikan berita, supaya tidak disalah mengerti dan jadi polemik berkepanjangan.
Apa yang saya tulis di atas, pasti juga akan ada reaksi positif dan negatif. Maklum, krn kita tidak bisa menyenangkan semua orang, terutama haters.
Saya cuma mengamati poin PS terakhir saja.
Kurang sepakat kalau alasan memanggil “Ahok” dengan “Pak Basuki” ialah karena itu adalah nama baik yang diberikan orang tuanya.
Saya cukup yakin bahwa “Ahok” adalah nama baik yang diberikan orang tua. Kedengeran ga enak dan asing? Berarti kuping kita masih rasis ( bukan orangnya lho… kupingnya aja)
Justru “Basuki” itu yang mestinya kedengeran aneh… lha wong Cina Belitung kok namanya Basuki… ga ada yang lebih aneh kecuali mungkin Mas-Mas Jawa totok di pedalaman Wonogiri yang menyandang nama “Bonar”….
Kalo boleh ikut nimbrung. saya kira untuk saat ini DKI JKT masih perlu petahana dulu deh. mengingat masih banyaknya pencari koin dalam karung beras masih terlalu banyak dan tidak segan untuk berbuat nekat. emang program-program dari jaman behola itu bagus-bagus “rancangannya” namun eksekusi atas jalannya program itu masih tetep butuh seorang Ahok yang sudah kita ketahui terlalu “berani” melawan garong jakarta. mas anies entar aja kalo jakarta udah jadi kota santun baru bisa masuk he..he..he…
Apa yang salah dengan nama Tionghoa “Ahok”? hanya karena dia puny anama Melayu bukan berarti nama “Ahok” menjadi jelek. Basuki sendiri menyebut dirinya “Ahok” mengapa Anies dan Panji yang pusing? Saya ga menyangka seorang Anies dan Pandji mulai masuk kepada isu-isu rasial walau sekedar dibungkus sebagai catatan kaki….but please you are telling people that Chinese names are not good!
Tapi kembali kepada inti permasalahan, soal Anies menyebut Foke, kita lihat juga konteksnya. Kalau dimulai dengan statement positip “Basuki yang mengerjakan, walau Foke yang memulai” saya pikir tidak akan ribut. Tapi yang terjadi AB menggunakan statement negatif duluan. Tujuannya apa? tentu saja menjatuhkan pihak lawan.
Tujuan utama dari politik adalah mencapai kemenangan. Maka siapapun akan menggunakan berbagai taktik untuk menjatuhkan lawan. AB sudah masuk dalam hal tersebut, begitu juga Ahok dengan menyebut Sandiaga sebagai pengemplang pajak. Kalau ini mau dilihat sebagai pertarungan politik, ya monggo saja…. kita menonton.
Sekarang tinggal Pandji memutuskan apakah ingin ikut dalam pertarungan politik itu (dengan konsekuensi harus berpihak pada satu kubu) atau cukup menjadi penonton saja.
Jonru sudah mengambil langkah mundur, sekarang tinggal Pandji yang memutuskan.
ada benernya juga sih pendapat anda,
kl mmg tujuanya memuji ahok, kenapa Anies tdk sebut saja begitu,
Sungai bersih di Jakarta karena kerja keras Ahok yg dimulai oleh Foke dan dilanjutkan Jokowi hingga Ahok.
Saya sendiri jujur saja saat membaca statement AB sangat jelas tendensinya mmg AB sebagai lawan ahok enggan untuk secara terang2an memuji keberhasilan Ahok.
Begitu banyak yg komplain baru deh dia mnjelaskan maksudnya bla bla bla 😀
Kalau dalam konteks pertarungan politik, itu sah-sah saja. Lihat saja Donald Trump vs Hillary Clinton dalam setiap pernyataan. Makanya saya menantang Pandji, apakah memang sudah bulat tekadnya utk masuk dalam pertarungan politik itu? Jangan dibungkus dengan pernyataan-pernyataan banci “ini demi persatuan” atau “memajukan anak bangsa” etc, bla…bla..
Silakan dengan tegas nyatakan bahwa Pandi ikut dalam pertarungan politik Pilkada DKI (artinya akan memihak satu kubu), dan silakan berbacot-bacotan dengan segala statement yang dipandang menyerang kubunya.
Dari statement yang semula bernuansa netral (seperti tulisan di atas), yakin lah saat masa kampanye dan menjelang hari penusukan, statement Pandji akan terseret pada hal-hal yang dahulu (bahkan) dia tertawakan.
Saat nanti Gerindra bciara soal Taufik dan Sanusi, Pandji akan berada di belakangnya untuk membuat statetment tandingan. Saat PKS menyatakan tidak boleh memilih pemimpin kafir, maka Pandi akan mencari pembenaran dengan kalimat pembuka “Sebenarnya saya tidak setuju, tetapi melihat mayoritas penduduk Jakarta adalah…bla…bla…bla..” …dan ditutup dengan kalimat “….mungkin 5 tahun ke depan saya akan dukung apapun agamanya, tapi untuk situasi sekarang ini….ehmmmm…. saya kira belum ya”…. Politik boss…
Menurut saya, Pandji masih ada waktu untuk menyatakan mundur. Jika Jonru saja bisa lakukan, masa orang selevel Pandji masih malu-malu….
Mas Panji,
Saya setuju dengan hampir semua poin yang mas tunjukkan. Sekedar informasi yang mungkin bisa menambah sudut pandang tentang anggaran pendidikan, Pemda memiliki kelebihan dana karena jumlah dana yang dibagikan kepada guru-guru, khususnya di daerah yang memiliki banyak “raja-raja kecil” malah meminta upeti kepada para guru. Dana yang diterimapun biasanya sampai dalam periode yang cukup lama dan jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan jam kerja aktif mereka dan dengan dana yang diterima guru-guru yang berada di kota madya atau ibu kota propinsi.
Mungkin di bagian ini yang membuat guru di beberapa daerah merasa kecewa karena tadinya mereka menganggap bahwa dengan Pak Anis berada di kursi mentri maka kesejahteraan mereka bisa lebih baik.
Ulasan yg sangat menarik mas pandji..memang sangat ironi sekali jika melihat sekarang informasi bs didapat dengan mudah dan kapan saja, namun tidak dimanfaatkan dengan baik..mungkin ini tipikal masyarakat sekarang yg hanya baca judulnya saja tanpa baca isi beritanya..saya yakin dengan judul artikel mas pandji ini mungkin banyak orang yg akan menyebarluaskan tanpa membaca isinya terlebih dahulu..
Anies temannya dan ahok jagoanya
Kebiasaan buruk orang kita (orang Indonesia) yang suka bergosip. Dapat berita langsung sebarkan, tanpa di cek dulu kebenarannya. Makanya tekanan sosial hidup di Indonesia itu tinggi sekali…
Menurut saya yang terkadang perlu saling menjaga itu pertama memang masyarakatnya yg harus tidak bodoh dalam menerima informasi. Kedua karena terkadang tim sukses dari masing2 calon terlalu lebay dalam membuat suhu politik memanas, ditambah media yg juga terkadang ikut jadi “kompor” dengan memlintir berita 🙂
Makasih bang Pandji, tulisannya selalu buat saya untuk berpikir. Setuju dengan verifikasi, sebelum berbagi. Banyak orang yang ingin menjadi pertama(x) dalam berbagi informasi, jadi kadang ga verifikasi dulu.
Jadi pengen dengar apa pendapat Pandji ttg statemen Anies Baswedan yg terbaru atas tudingan Ahok telah melecehkan Al Quran:
http://www.portalpiyungan.com/2016/10/tanggapan-anies-baswedan-terhadap.html?m=1
Apakah Anies sekarang benar-benar jahat?
bukan jahat, pak Anies jarang maen ke FP Anies-Uno aja.. jd beliau mgkn gak tau relawannya banyak banget yg maen isu SARA tapi malah ikutan politisir ucapan Ahok
http://www.infomenia.net/2016/10/tamparan-keras-dosen-ui-kepada-anies.html?m=1
Setuju banget, proses verifikasi berita itu penting.
Lagi pula selama data sekunder aja belum tentu hasilnya objektif dan valid.
Kecuali punya data primer.
http://news.detik.com/berita/d-3319036/ini-solusi-macet-jakarta-dari-ahok-anies-dan-agus-siapa-lebih-baik?utm_source=News&utm_medium=Desktop&utm_campaign=ShareFacebook
Ahok selalu bilang, kalau ada yg lebih bagus dari Ahok Djarot, jgn pilih Ahok.
Menurut Saya, secara program sudah lebih jelas. Dalam keberanian eksekusi program jg sudah jelas, dalam hal menantang para maling jg sudah jelas.
Anis orang yg tidak baik? Bukan, tetapi mungkin untuk hal eksekutif Ahok-Djarot lebih cocok.
Anis cocok di dunia pendidikan (dosen), Sandi pengusaha. Sehingga krn hal ini dalam konteks pilkada, ya Ahok-Djarot lebih tepat.
Terkait masalah kecil, FB yg bersihin sungai, macam2 dan segala hal lain, ga perlu ditanggapi terlalu serius lah, atau dibesar2kan. Terlalu kecil utk dijadikan bahan pembanding, anggap aja itu silap lidah. Lihat visi misi dan hasil kerjanya saja.
Mas Pandji, mengapa Mas Anies dan Timnya harus jelek2in kandidat lain dalam kampanyenya?
Mengapa tidak memperlakukan Pilkada DKI seperti lombar lari, dimana masing2 pelari berlomba di jalurnya masing-masing? Jangan dilihat sebagai adu gulat yang harus smack down lawannya sampai lumat…
Saya doakan Mas Anies agar menjadi negarawan, tidak sekedar politikus yang mengincar kursi jabatan.
inilah politik, klo ga siap dihujat, jgn masuk politik. terdengar ektrim emang, seekstrim maen bola ga mau kejedot. tapi ingat, inilah politik di indonesia, dimana semua orang menggunakan celah apapun (ya.. apapun itu) untuk menghabisi lawan2nya. ga ada yg aneh. sekalipun sy tau program itu programnya foke, seharusnya tidak pas klo hal tersebut disampaikan, karena opini mayoritas masyakat skrg adalah, itu semua program ahok (ya.. walopun salah) tapi itulah yg dipahami oleh mayoritas masyarakat.
jangan minta orang untuk mencerna, dimana mereka tidak tahu bagaimana cara untuk mencerna. karna itu kuncinya menurut saya, pelajari “medan”nya dan pahami masyarakat kita (yang tidak suka mencerna), lalu manfaatkan semua itu dengan baik.
Iseng aja sih nanya.. kalo surat ditujukan ke kemenkeu gitu etis ngga kalo dipublish buat kepentingan politik. Terus kok mas pandji bisa dapet suratnya?
satu visi yang paling mendasar dari semua dasar, yang menyebabkan pak Ahok mau masuk politik adalah. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT. DAN PAK AHOK RELA MATI UNTUK INI.
Sampai saat ini, gak ada satu pun Politikus yang berani berkata seperti ini. Berani memimpin upacara, berani dalam segala hal. MEMBELA KEBENARAN. INTEGRITAS YANG TAK TERBANTAHKAN.
KARAKTER PAK AHOK SAMPAI SAAT INI BELUM ADA YANG MENANDINGI.
BERANI MATI UNTUK BANGSA DAN NEGARA INDONESIA.
kita bisa lihat video youtube, bagaimana ibu yg sakit ginjal, gak ada yg notice, si ibu juga gak bilang, ibu cuman tawarin jualan kue, eh pak ahok yg nanya, ibu sakit? ibu nya bilang, iya saya sakit. and so on lah, bisa di cari di youtube. Apakah ini sandiwara? kaya nya sih susah yah buat sandiwara kaya gini. Pak AHOK MEMPUNYAI HATI YANG MURNI UNTUK RAKYAT.
yah itu saja.
semoga panji bisa melihat dengan mata hati.
God Bless
Astaganaga, kok di kolom komentar jadi pada debat karena muncul ahoker menyudutkan Pak Anies. Plisss, kalau ahoker mau mengangkat nama kadidat kalian, lebih baik bicarakan prestasi saja daripada black campaign. Ahoker cukup rusuhi medsos saja, jangan rusuhi webnya Pandji.
Indikasi bahwa Anies Baswedan yang hi-educated belum cocok untuk menjadi gubernur DKI yg mayoritas otaknya (maaf) “cetek” dan cenderung emosional.
Komunikasi akan sulit terjalin.
Apakah benar orang baik diadu dengan orang baik, hasilnya, adalah orang yang TERbaik ?
yang baik dari Ahok belum tentu ada di Anies dan sebaliknya
Kalo Ahok sangat galak terhadap maling2 di DPRD, apakah Anies menjadi lebih galak ??
Jadi yang benar orang baik diadu dengan orang baik, supaya orang jahat tetap bisa korup
Semangat mas Pandji 🙂
Salam bersama
Setuju banget dengan hal ini. Sebaiknya teliti dl sebelum menyebarkan suatu berita.
Sy sangat sependapat dgn anda, kebijakan2 dan program yg baik drpd pendahulu, seharusnya dan selayaknya untuk dilanjutkan. Buat para pendukung calon kepala daerah dmn pun jg, belajar untuk mendukung dgn cara yg sehat dan adil. Jangan asal dukung aja, calon kepala daerahnya blg apa, langsung dianggap sebagai kebenaran.
Dan tulisan ini jg mungkin berlaku untuk http://pandji.com/alasan-jokowi-copot-anies-baswedan-dari-mendikbud/
Thx
Apa mungkin orang dengan jualan yang sama memuji dagangan orang lain di depan pelanggannya , apa masuk di akal ? Semua itu kan dikatakan dalam kampanye, jadi maksud baiknya sangat sangat dipertanyakan. Maksudnya yang sesungguhnya tidak ada seorangpun yang tahu termasuk mas Panji (Ini cuma pembelaan Timses atau ketipu), hanya Tuhan dan Anies mungkin yang tahu.
Gw baca gw setuju utk cek tapi sejarah sepak terjang makin mengingatkan INI demokrasi ngak ada mufakat gaya pelintiran DPR milih president Dan ketua DPR langsung bebas Dan rahasia silakan Jalan ditempuh pencitraan x ada hasil wkwkwk kalau kalah atau menang namamu tercatat dipihak siapa politik atau konsisten
Saya memanggil Ahok dengan nama Pak Basuki karena ajakan Mas Anies. Memang baik sih, tp klo ujung2nya nusuk dari belakang sama aja 😀
https://m.youtube.com/watch?v=BDuDx9q-lt4
menonton ini, saya jadi tidak yakin Pak Anies yang Mas Pandji maksud adalah orang yang sama. “2 dah tau lah ya”. Santun? Sudahlah, tidak usah aneh-aneh, Ahok is fine enough and Basuki is not better. Tapi ini, menyebut nama saja tidak sudi? Hehe tidak usah sok-sok mengubah nama panggilan for the sake of kesantunan deh.
saya orang yang tidak pernah memperdulikan politik maupun pemilihan seorang pemimpin, sampai pemilihan presiden kemarin saya ikut memilih, alhamdulilah pilihan saya untuk pak Jokowi menjadi presiden RI tidak salah.
saat ini pun saya ingin sekali untuk bisa memilih pak Ahok, tetapi sayang ktp saya tidak memungkinkan untk melakukan pemilihan tersebut.
saya yakin dengan apa yang ingin saya pilih, karena saya sudah melihat rekam jejak mereka, dan mereka terus konsisten dengan apa yang sudah mereka kerjakan.
memilih itu jangan hanya dari tampilan apalagi suara-suara manis, karena nanti saatnya terbukti apa yang dijanjikan tidak terbukti, menyesal belakangan akan tidak ada artinya sama sekali.
Heran, kenapa semua pendukung Pak Basuki di kolom komentar bilangnya ketika jaman Pak Basuki semuanya menjadi lebih baik, hellooow kasus sumber waras ama kongkalikong reklamasi jakarta gmn? Ingat ya, menggunakan uang negara utk memperkaya golongan sendiri jg termasuk dalam kriteria korupsi.
Jakarta itu bukan hanya milik kaum upper dan middle class yg cukup dgn infrastruktur oke maka masalah berkurang, angka kesenjangan sosial di jakarta itu semakin tinggi ketika jaman Pak Basuki. Googling lah biar paham. Pendukung Pak Basuki kebanyakan adalah kaum yg hidup nyaman tdk tau bagaimana sulitnya jd yg termarginalkan, itulah sebabnya gw rasa Panji beralih ke Pak Anies, karena Pak Anies programnya menitikberatkan pada keadilan sosial.
Orang-orang banyak yang negatif thinking dan suuzon, percayalah masih banyak orang baik yang akan memimpin dunia. Semoga hasilnya merupakan yang terbaik
Program Andalan OK OCE – Omong Kosong Ora CEtho
Pilih Yang sudah jelas program, visi dan misinya, keberfihakan kepada rakyat dan yang pasti hasil kerjanya, Jika pilih yang masih sekedar teori dan janji2 indah….Jauh dan sangat tidak masuk akal sehat………kecuali jika sudah GILA…
Panji ternyata seorang public figure yang cuman bisa menyudutkan orang lain toh?
Ada pembahasan dari blog anda ini disini https://seword.com/politik/pandji-menulis-saya-dibayar-anies-ini-ulasannya/
Mohon dibaca dan ditanggapi!
Woooiii… ditonton jutaan orang di Indonesia brooow! Dalam acara debat putaran I, Anis yang bilang:”penyerapan dana anggaran di DKI (*Gub Ahok) hanya 60%” Dan hal ini dianggap oleh Anis sbg RAPORT MERAH. SARAN saya ke ANDA: selain jangan BURU2″ adalah: JANGAN NGELES!!! BE HONEST itu lebih baik. JADI JUDUL ANDA BENAR
Memang jahat apabila sampai pakai strategi mengarahkan / mendiamkan pendukungnya tdk menshalatkan pendukung lawan politiknya yang meninggal dunia..
Terlalu nafsu menjadi gubernur..tp ga pnya pengalaman….hoax
mantap… perlu kejujuran dan argumentasi yang rasional dan obyektif… semoga pemimpin ajakarta terpilih amanah dan santun kepada sejarah…