“Imagine there’s no heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people living for today”
Argumen John Lennon sebenarnya adalah, sebuah realita yang susah dipungkiri.
Agama sering kali jadi dasar perseteruan bahkan peperangan. Masing masing merasa paling benar. Penguat alasan berperang, adalah keinginan untuk masuk surga dan menghindari api neraka.
Menurut pengamatan saya, hal ini, ditambah dengan argumentasi lain yang pada akhirnya jadi alasan beberapa teman memilih untuk jadi atheist.
Untuk orang yang beragama dan berkeyakinan seperti mayoritas pengisi planet Bumi, orang orang yang tidak percaya Tuhan itu aneh. Bagi mereka yang tidak percaya Tuhan, mayoritas isi Bumi itu aneh.
Sebelum kita berjalan lebih jauh, mari saya terangkan 2 hal yang seringkali tertukar, saya berusaha untuk menerangkan sesederhana mungkin:
Atheisme: Tidak percaya akan adanya Tuhan
Agnostic:
Berikut adalah definisi dari seorang pembaca fandi Aditya yg meralat tulisan terdahuulu saya tenang definisi Agnostic (thanks Fandy)
Agnostik yang tepat adalah orang yang skeptis terhadap tuhan (dan agama tentunya) tapi tidak menepis kemungkinan adanya tuhan. Kalau diberikan bukti yang kuat tentang adanya tuhan, bisa jadi dia akan percaya tuhan. Tanpa bukti, seorang agnostik akan terus mempertanyakan tuhan dan agama. Esensinya adalah seorang agnostik “tidak mau asal percaya.”
Di kehidupan sehari-hari seorang agnostik akan menyerupai seorang ateis, karena dia “belum” percaya tuhan dan agama. Kemungkinan besar dia tidak beribadah (tentunya) dan juga tidak percaya doa.
Ditambah definisi dari pembaca juga, Adrian Pradana (thanks adri)
ag·nos·tik n orang yg berpandangan bahwa kebenaran tertinggi (msl Tuhan) tidak dapat diketahui dan mungkin tidak akan dapat diketahui
—-
saya pernah baca buku filsafat, cara membedakan orang atheis, theis, dengan agnostik untuk kasus cara turunnya wahyu ke Musa yang melihat semak terbakar lalu ada suara-suara, berikut tanggapan dari ketiga orang tadi
theis : ini wahyu dari Tuhan! (sambil bersujud memuja kebesaran Tuhan)
agnostik : cari tape recorder yang siapa tahu jadi sumber suara, trus cari – cari korek ama minyak di sekitar semak yang terbakar, apa ada orang yang membakar itu sebelumnya.
atheis : langsung ngeloyor pergi
***
Orang yang Ateis tidak percaya sama sekali dengan Tuhan. Bagi mereka, Tuhan itu tidak ada. Sebuah rekayasa umat manusia yang mendambakan sesuatu yang lebih besar dari dirinya
Posting ini, adalah hasil obrolan dengan 2 orang Atheis ketika kami berbincang di Provocative Proactive Radio Show di Hard Rock FM. Sofie, adalah admin dari facebook group “Asosiasi Atheis Indonesia” dan Sindhu , seorang mahasiswa filsafat dari Universitas Indonesia.
Saya memang, belakangan ini penasaran dengan Atheisme, saya punya sebuah bit stand-up yang membahas Atheisme, berangkat dari kejadian penganiayaan Alexander Aan, pegawai negri yang mengaku Atheis di Facebook lalu dipukuli di kantor.
Saya sendiri bingung kenapa ada orang yang merasa sebal, benci, kesal dan bahkan sampai kepada menganiaya orang yang Atheis.
Itu kan pilihan dia.
Kenapa orang orang itu harus kesal?
Kenapa harus memukuli?
Rata rata bilang, mereka kuatir kalau orang orang Atheis ini akan menyebarkan pemikiran mereka dan membuat orang lain jadi Atheis. Ada juga yang bilang bahwa orang Atheis ini jangan dikasi panggung untuk bicara karena “Masyarakat Indonesia masih banyak yang labil dan mudah terpengaruh”
……
Krik krik…
Ya itu mah salah iman mereka sehingga mereka labil dan mudah terpengaruh.
Kalau pede dengan imannya, maka harusnya tidak kuatir akan terpengaruh
Kalau takut anggota keluarga kita terpengaruh, ya berarti focus kita pada penebalan iman anggota keluarga kita. Bukan malah menggebuki orang yang atheis.
Seperti halnya FPI yang siang siang menggerebek warung makan dengan alasan “Minta agar yang puasa dihormati “
Lah orang yang puasa mah kalau kuat imannya mah ga masalah kalo ada yang makan didepannya. Kalau masih goyah sama orang yang lagi makan, ya silakan perkuat imannya.
Saya sendiri 3 tahun di sekolah katolik terbiasa liat orang makan di depan saya ketika saya puasa. Saya tidak terganggu sama sekali.
Hakeem Olajuwon puasa tetap main basket kok walaupun yang lain pada minum Gatorade.
Ga ada tuh Olajuwon nendang nendangin dispenser Gatorade di lapangan.
Memang, masyarakat Indonesia harus benar benar belajar menyikapi perbedaan
Bhinneka Tunggal Ika itu kan maknanya berbeda beda tapi tetap (ber)satu.
Berbeda beda bisa dalam suku, ras, golongan, agama dan termasuk tidak beragama.
Dalam rangka mencoba memahami, maka saya ngobrol dengan Sofie dan Sindhu soal menjadi Atheis.
Sindhu jadi atheis baru 2 tahun, kuliah Filsafatnya mengajarkan salah satunya mengenai Atheisme. Dia tertarik dan merasa menemukan jawaban jawaban atas rasa gundah dan penasarannya. Sementara Sofie mengaku dari SMP sudah atheis. Keluarganya cukup terbuka dan pertanyaan pertanyaan kritis Sofie mengarahkannya kepada Atheisme
Saya bertanya kepada mereka, kalau begitu apakah Agama dan Tuhan di mata mereka.
Keduanya menjawab bahwa agama adalah bagian dari sejarah dan merupakan bagian dari ragamnya budaya yang ada di dunia. Titik.
Tuhan di mata mereka adalah sebuah rekayasa yang diciptakan manusia sendiri atas dasar 2 hal. Pertama, manusia cenderung memuja hal hal yang tidak dipahami. Dulu manusia menyembah matahari, lalu pohon lalu kini Tuhan yang lebih abstrak sehingga lebih “sempurna”. Alasan kedua adalah bahwa manusia menciptakan Tuhan sebagai kontrol sosial.
Lalu saya tanya kepada mereka, lalu bagaimana mereka menyikapi permasalahan hidup dan menyikapi hal hal diluar kemampuan mereka. Mereka menjawab (kurang lebihnya) yang pasti tidak meminta kepada sesuatu yang mengawang awing, bahwa semua permasalahan ada solusi yang nyata dan membumi.
Mereka sendiri bertanya apa pendapat saya akan orang atheis, saya menjawab, biasa saja
Dan memang orang atheis dibenak saya biasa saja.
Saya belajar untuk melihat apapun perbedaan yang ada sebagai ragamnnya umat manusia
Saya melihat orang buta, orang atheis, orang yang kakinya buntung, orang gay, sama saja seperti saya melihat orang ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang rambutnya kriting, ada yang botak, dll.
Bagi saya, semua itu hanyalah perbedaan manusia yang sangat bisa dimaklumi.
Saya tidak melihat mereka sebagai sesuatu yang aneh.
Mungkin dasar pemikiran ini pula yang membuat mereka terbuka kepada saya dalam ngobrol.
Saya juga tanya mereka soal Alexander Aan tadi, menurut Sofie harusnya yang menganiaya juga dijerat pasal karena jelas penganiayaan adalah pelanggaran. Sementara mengungkapkan pendapat bukanlah sebuah pelanggaran. Mengapa Alex dijerat pasal penghinaan agama. Saya tanyakan hal ini on air kepada seorang teman yang juga pengacara, Taufik Basari. Dia membenarkan bahwa harusnya orang orang yang menganiaya ditangkap dan dapat diproses secara hukum dan bahwa sebenarnya, hukum Indonesia tidak bisa menangkap orang yang atas pemikirannya. Artinya dalam hal ini, Alex harusnya tidak bisa dihukum 5 tahun penjara atas dasar penghinaan agama.
Alex juga terjerat pasal “pemasuan identitas” karena di KTP tertulis Islam padahal Atheis.
Bagi saya ini lucu, lha wong Negara tidak menerima atheisme. Gimana caranya dia mau mengaku di KTP?
Apalagi kalau bikin e-KTP tidak ada pilihan “Atheis” atau minimalnya seperti yang tersedia kalau kita bikin KTP biasa: “Kepercayaan lain”
Orang orang seperti Sofie dan Sindhu secara teknis tidak diterima oleh Negara. Negara tidak mengakui adanya mereka. Lebih sedih lagi, Indonesia tidak mengakui mereka yang berkeyakinan diluar yang diterima Negara: Hindu, Buddha, Konghucu, Katolik, Kristen, Islam. Padahal seperti yang kita tahu, di Indonesia ada banyak sekali keyakinan tradisional.
Contohnya, masyarakat Mentawai punya keyakinan sejak lama yang tidak diterima Negara. Mereka juga percaya akan Tuhan yang banyak. Bayangkan, masyarakat seperti ini banyak di Indonesia. Sedih sekali kalau Negara tidak mengakui keberadaan mereka. Lalu mereka warga Negara apa?
Sofie sempat mempertanyakan soal Pancasila kepada saya. Dia bertanya bagaimana dengan sila pertama “Ketuhanan yang maha Esa” dan konsistensinya kepada Hindu yang memiliki banyak dewa dan dewi. Saya terangkan bahwa “Ketuhanan yang maha Esa” itu banyak disalah artikan. Kalimat tadi bukan berarti percaya dengan 1 Tuhan. Kalimat tadi menerangkan bahwa setiap orang harus punya 1 buah konsep ketuhanan. Alias , harus punya sebuah agama / kepercayaan.
Tulisannya “Ketuhanan” bukan “Tuhan” dan bukan pula “Keagamaan”. Indonesia menyadari bahwa setiap orang punya konsep Ketuhanan masing masing dan Indonesia menginginkan masyarakatnya percaya dengan sebuah keyakinan. Itulah mengapa Hindu bisa diterima, namun inilah juga mengapa Atheisme tidak diterima di Indonesia.
Di akhir wawancara, saya tadinya berusaha untuk menemukan orang yang bisa kontra dengan mereka tapi bisa berdebat dgn sehat, bukan debat kusir dan terpenting, tanpa bawa bawa dalil agama.
(LHO? Kenapa tanpa bawa Agama?)
Ya, karena mereka tidak percaya agama. Percuma bawa bawa dalil agama wong mereka tidak percaya kok. Seperti berusaha mematikan api yang terpicu dari listrik dengan menggunakan air. Nggak ngaruh. Yang musti dilakukan adalah mematikan sumber listriknya.
Tapi ternyata susah mencari orang yang bisa seperti itu, sayapun susah untuk mendebat mereka karena pada dasarnya saya tidak punya masalah dengan mereka. Akhirnya, saya memutuskan untuk memutar balik keadaan. Saya minta mereka berdua, untuk meyakinkan saya, bahwa Tuhan itu tidak ada.
Usul ini, diterima dengan baik oleh Sofie dan Sindhu.
Mereka membuka dengan pertanyaan
“Mengapa agama elo Islam?”
Saya tahu arah pertanyaan itu, pertanyaan itu berusaha menyadarkan saya bahwa agama yang saya pilih diturunkan dari orang tua saya dan kalau orang tua saya beragama Hindu kemungkinan besar saya akan beragama Hindu, itu menandakan, tidak ada iman dan keyakinan dalam pilihan saya karena itu semua by default.
Saya menjawab “Karena setelah saya pelajari agama lain (sekolah di SMA katolik membuka wawasan saya akan agama Katolik & Kristen) cara berkomunikasi dengan Tuhan yang ditawarkan dengan Islam sesuai dengan yang saya suka”
Saya melihat agama sebagai ragam jenis cara berkomunikasi dengan Tuhan. Saya bahkan percaya bahwa kita semua berdoa kepada Tuhan yang sama sebenarnya (Allah SWT) dan siapapun nama yang umat manusia sebut dalam doanya, yang menjawab adalah Tuhan yang sama. Kalau Dia berkehendak.
Banyaknya agama adalah pilihan akan banyaknya cara berkomunikasi dan berinteraksi dan hidup atas ajaran Tuhan. Di antara semua yang ada, saya menyukai cara Islam. Saya tahu ada banyak sekali, ratusan bahkan mungkin ribuan agama & kepercayaan di muka bumi ini, walaupun ada yang menyembah kaleng dan tomat dan matahari, namun saya percaya sesungguhnya hanya 1 yang mendengarkan dan kalau berkehendak, mengabulkan: Allah SWT.
Mereka tanya “kenapa sukanya Islam?”. Saya jawab “karena di sekolah katolik saya belajar banyak agama (bahkan kelas 1 di Gonzaga ga ada pelajaran agama, adanya pelajaran Etika) dan saya suka dengan caranya Islam. “ Ini selera seleraan, sama seperti mengapa ada yang suka jazz ada yang suka rock ada yang suka hiphop. Selera.
Lalu mereka bertanya lagi,
“Apakah anda percaya Tuhan dan apa bukti keberadaan Tuhan?”
Saya jawab saya percaya Tuhan dan saya tidak perlu bukti lain karena saya merasakan kehadiran Tuhan.
Ditanya lagi oleh mereka “Bagaimana anda bisa tahu Tuhan itu ada, apakah anda bisa melihat, pernah ketemu?” . Saya jawab “Saya tidak pernah melihat udara tapi saya tahu udara itu ada” dan saya juga tidak pernah melihat wujud cinta, tapi ketika saya melihat istri dan kedua anak saya, saya yakin cinta itu ada. Argumentasi saya sama.
“Udara itu bisa dibuktikan keberadaannya dengan sains. Tuhan tidak bisa”. Itu adalah karena sains kita belum sampai kesana dan bahkan mungkin tidak akan sampai ke sana. “Lalu buktinya apa?” tanya mereka “Masak percaya begitu saja tanpa ada bukti?” mereka bertanya itu dengan dasar bahwa kitab suci juga rekaan manusia. Saya jawab “Terlalu sering dalam hidup saya, terjadi sesuatu yang lebih dari sekedar kebetulan. Kalau kebetulan, ini terlalu ekstrim kebetulannya. Saya meyakinkan itu bukan kebetulan dan bahwa itu adalah campur tangan Tuhan”
Mereka bertanya apa kejadian itu. Saya jawab, “Banyak banget. Contohnya, gue pengen banget punya anak ke 2. Gue berusaha terus menerus tapi tidak ada hasil apa apa. Lalu gue berdoa dengan amat khusyuk, meminta, berserah diri, dan pada masa itu, Gamila hamil.” Sofie bertanya “Tapi hamil karena kalian bercinta kan? Kalau tidak bercinta mana mungkin hamil kan?” . Saya jawab, dari dulu juga saya bercinta tapi tidak jadi apa apa, namun setelah meminta, langsung hamil. Makanya saya bilang, its too much of a coincidence. Kejadian seperti ini banyak sekali terjadi dalam hidup saya. Karenanya saya merasakan sekali kehadiran Tuhan”
Mereka lalu bertanya, “Okay, elo percaya Tuhan karena doanya dikabulkan. Bagaimana dengan doa orang miskin yang kelaparan di banyak sekali daerah di dunia, bolehkah mereka tidak percaya Tuhan? Apakah Tuhan tidak mau mengabulkan doa mereka? Mengapa Tuhan pilih kasih? Mengapa justru orang yang teramat sangat butuh bantuan tidak dikabulkan doanya, mengapa orang seperti anda (mungkin maksudnya yang hidup lebih enak dan tidak mendesak kebutuhannya) malah dikabulkan? Memangnya anda lebih baik daripada mereka?”
Saya jawab, “Di mata saya, Tuhan memberi keadaan keadaan seperti ini sebagai sebuah ujian bagi saya. Saya harusnya merupakan jawaban dari doa mereka. Bahwa Tuhan akan menjawab doa umatnya lewat tangan dan kaki umatnya yang lain. Doa orang orang kelaparan itu, harusnya dijawab oleh saya. Karena Tuhan memberi tahu saya akan keadaan mereka.”
Seringkali, ketika saya berbicara di depan umum tentang kanker pada anak, saya selalu menutup dengan kalimat “Kita semua percaya Tuhan kan? Artinya kita semua percaya semua dalam hidup kita adalah karena kuasa Tuhan?” Semua penonton mengangguk “Maka berarti, dengan kesepakatan tadi maka kita sama sama sepakat hari ini Tuhan menginginkan anda tahu tentang keadaan anak anak pasien kanker ini. Pertanyaan saya untuk anda, kalau anda tahu Tuhan yang memberi tahu ini kepada anda, maka… apa yang akan anda lakukan?”
Artinya, kalau mereka yang kemiskinan, dan hampir mati kelaparan sudah berdoa kepada Tuhan tapi keadaan mereka tidak berubah, maka bukan salah Tuhan. Tapi salah saya yang SADAR akan keadaan itu tapi tidak berbuat apa apa.
Mereka bertanya kembali “Mengapa ada Neraka yang jahanam dan mengapa Tuhan senang menghukum kalau memang katanya Tuhan Maha Baik?”
Saya menjawab, konsep Neraka yang kebanyakan orang percayai, itu terdistorsi oleh buku anak anak yang menggambarkan neraka itu sebagai tempat di mana lidah akan dipotong, kulit akan disayat, mata akan dicongkel. Sementara keyakinan saya, Neraka tidak seperti demikian. Sebagaimana menurut saya, Surga bukanlah tempat di mana sungai sungai coklat mengalir (itu mah di Jakarta ada, namanya Kali Ciliwung. Coklat cenderung hijau, hehehe)
Bahwa Neraka adalah tempat kesalahan kesalahan kita ditebus adalah benar namun bahwa isinya penuh siksa yang mengerikan adalah akibat penuturan yang ditulis untuk disesuaikan dengan kondisi dan jaman tempat surat dan ayat tersebut diturunkan
“Lalu mengapa harus ada hukuman? Kenapa yang salah manusia? Kan Tuhan maka kuasa termasuk kuasa untuk membuat manusia tidak berbuat kesalahan?”
Disinilah saya menganggap Tuhan adalah pemimpin terhebat di muka jagad raya.
Dari yang saya tahu, pemimpin yang baik tidak menyuruh anak buahnya. Pemimpin yang baik mengkondisikan sedemikian rupa, sehingga anak buahnya tahu apa yang benar untuk dilakukan. Anak buah tersebut akan melakukannya atas kesadaran penuh dan bukan karena keterpaksaan disuruh suruh.
Kalau misalnya anda seorang pemimpin dan anda ingin anak buah anda menyapu, maka pemimpin baik tidak akan menyuruh. Tapi dia mengajak anda berbincang dan bertanya serangkaian pertanyaan seperti “Sudah berapa lama tinggal di sini?
“Enaknya tinggal di sini kalau kondisi rumahnya bagaimana?”
“Oiya? Anda senang kalau rumahnya bersih? Saat ini rumahnya bersih atau kotor?”
“Kalau anda sadar kotor, maka sebaiknya musti diapain biar bersih?”
“Kalau menyapu akan membuat rumah ini bersih sementara cuman anda yang tingga di sini, maka harusnya gimana biar rumah ini bersih?”
Si anak buah akan menjawab dengan mulutnya sendiri “harusnya saya sendiri yang sapu rumah ini biar bersih dan saya nyaman tinggal di sini…”
Pemimpin yang baik akan mengungkap fakta sebanyak banyaknya, memberikan pilihan seluas luasnya, dan dengan kemampuannya, membuat anak buahnya sadar.
Itulah yang Tuhan berikan kepada kita. Fakta, kejadian, kenyataan, pilihan ditunjukan semua kepada kita. Dan kita disuruh untuk memilih.
Saya percaya, kalau ada 1 hal yang diserahkan kepada diri kita, adalah pengambilan keputusan.
Sisanya, dibawah kuasa Tuhan. Ambillah keputusan lalu kita hanya perlu untuk menjalankan. Kalau terasa berat, jalani terus karena Tuhan sudah berjanji tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan kita sendiri.
“Lalu mengapa harus ada hukuman?”
Untuk orang yang sadar akan pilihan yang benar tapi tidak menjalankan, maka itu bukan hukuman. Itu konsekuensi.
Saya rasa, cara paling mudah untuk memahami adalah seperti ini.
Anggaplah, anda punya anak.
Okay, itu poin pertama: Anda punya anak.
Lalu anda tentunya tidak akan mau anak anda meninggal.
Poin pertama, anda punya anak
Poin kedua, anda tidak mau anak anda meninggal.
Nah sekarang situasinya:
Kalau anda punya anak, lalu anak anda suka ngencingin colokan listrik lalu memasukkan jari ke colokan yang basah itu, maka pasti anda akan menahan anak tersebut lalu menerangkan apa yang akan terjadi atas kelakuannya.
Anda terangkan sejelas jelasnya, anda berikan contoh contoh kejadian serupa, lalu anda yakin anak anda mengerti. Kemudian anak anda melakukan hal yang sama karena badung. Alias karena sadar dia salah tapi dia tetap mau melakukannya.
Apa yang anda lakukan?
Ingat bahwa ini anak anda dan anda tidak mau anak anda celaka apalagi meninggal.
Maka pilihannya adalah menghukum anak tersebut.
Agar anak tersebut jera.
Hukuman itu sama sekali tidak berarti kita benci, justru adalah karena kita sangat mencintai anak kita. Bukanlah takdir orang tua untuk mengubur anaknya.
Toh setelah hukuman tersebut, kita akan tetap mencintai anak kita.
Begitulah, neraka di mata saya.
Ini baru ilustrasi kalau anaknya satu, sekarang bayangkan anda adalah orang tua dengan jumlah anak 7 miliar (jumlah populasi manusia di Bumi)
Bayangkan memimpin dengan baik anak anak sebanyak itu.
Itulah mengapa Tuhan adalah pemimpin terbaik yang oleh kita umatnya tidak akan bisa dipahami.
Karena banyak yang tidak paham, maka banyak yang enggan untuk menurut dan enggan untuk percaya.
Di benak orang orang yang tidak percaya, saya pasti tampak bodoh dan naïf.
Lucunya dibenak kita yang beragama, mereka yang tidak percaya Tuhan adalah bodoh dan naïf.
Lalu kita musti bagaimana?
Gampang.
Kita harus menerima.
Kita harus terbuka.
Terbuka artinya, kita mungkin tidak setuju dengan opini dan pilihan mereka, tapi kita bisa memahami.
Bahwa perbedaan bukan hanya merupakan pilihan, tapi juga keadaan yang diciptakan Tuhan
Bukan urusan kita membuat seisi Bumi jadi seragam.
Tugas kita adalah hidup, nyaman, damai, bahagia dengan perbedaan tersebut.
Biarlah, ada orang orang yang tidak percaya Tuhan. Tapi mari kita yang percaya akan kuasa Tuhan, yang membantu menjamin, merekapun bisa hidup dengan nyaman dan tenteram, bersama
Menarik tulisannya. Memang sulit terkadang bagi masyarakat untuk menerima atheis. Faktor sejarah ada pengaruhnya. Atheis sering dikaitkan dengan komunis (ingat waktu kejadian 30 september 65), dan mungkin bagi sebagian orang takut jika atheis ini berkembang menjadi komunis.
Terkait dengan kepercayaan lain (tradisi) sejauh ini tidak ada masalah. Kepercayaan kepercayaan itu ada yang menjadi tradisi (kejawen, adat2 jawa, dsb) tetapi ada pula yang menjadi agama sendiri ( contoh agama marapu di sumba yang menyembah roh leluhur). Kepercayaan lokal tersebut tetap berkembang meski tidak secara resmi diakui negara. Negara tidak ikut campur dengan kepercayaan lokal karena dianggap sebagai budaya atau warisan leluhur. Berbeda dengan atheis, akibat warisan dari orde baru paham ini dianggap berbahaya. Sehingga orang yang ingin hidup di indonesia harus punya agama meski dia tidak percaya Tuhan. Akibatnya banyak diantara kita yang mengaku beragama tetapi pada prakteknya tidak melakukan tata cara agama yang dianut apalagi berdoa.
Saya sendiri setuju dengan pernyataan terakhir tulisan yang mas buat. Percaya atau tidak percaya Tuhan, berbeda agama, tidak bisa dijadikan alasan untuk saling membenci. Meski berbeda, kita bisa hidup berdampingan kok. Karena kita hidup di bawah langit dan di atas tanah yang sama. Semoga mereka yang berpikiran sempit dapat memahami itu semua.
Klo saya pribadi sih gak masalah dengan orang yang atheis, cuma…
kadang-kadang suka risih sama ateist yg suka merendahkan theist, bahwa theist itu gak kritis, asal telen, dll. Dan mereka merasa bahwa mereka itu kritis, pemikir, dan “sudah mencari jawaban atas kegundahan mereka”
Btw, jawaban Mas Pandji tentang cinta itu kyknya kurang valid deh. Cinta kan kata sifat, jadi gak emg gak bisa diliat, sama aja dengan sakit, sedih yg gak ada wujudnya.
Coba deh kasih contoh benda yg kita tau ada, tapi gak bisa diliat dan dibuktikan..pasti org atheistnya langsung convert..
Tapi kyknya gak ada deh benda kyk gitu ya
saya setuju dengan JS1897 tentang terkadang orang ateist memandang theist seperti orang bodoh bahkan orang tertentu cenderung melecehkan.
btw, bang titip pertanyaan kalo suatu saat ketemu lagi dengan mereka (atheist).
bagaimana mereka bisa menjelaskan bahwa di tahun 600 sekian Masehi ada yang sanggup menjelaskan tentang proses perkembangan janin manusia didalam kandungan dengan tepat, tentang adanya sungai dibawah laut dan banyak fenomena lain yang mustahil pada saat itu seorang buta huruf bisa menjelaskannya didalam al quran kalau tidak diberi tahu oleh TUHANnya.
@adhit said:
“saya setuju dengan JS1897 tentang terkadang orang ateist memandang theist seperti orang bodoh bahkan orang tertentu cenderung melecehkan.”
—–
Saya rasa hal yang sama juga terjadi pada Atheist yang dianggap rendah bagi beberapa Theist… Maksud gue seperti, “Lo bakal masuk neraka…” etc 🙂
*************
“bagaimana mereka bisa menjelaskan bahwa di tahun 600 sekian Masehi ada yang sanggup menjelaskan tentang proses perkembangan janin manusia didalam kandungan dengan tepat, tentang adanya sungai dibawah laut dan banyak fenomena lain yang mustahil pada saat itu seorang buta huruf bisa menjelaskannya didalam al quran kalau tidak diberi tahu oleh TUHANnya.”
——
Dan bagaimana anda menjelaskan mengenai tepatnya perhitungan nubuatan Messianik mendetail (2300 petang dan pagi) yang digenapi oleh Yesus; ada di Daniel 9 dalam Alkitab??
Atau, nubuatan Messianik yang lainnya…???
Atau, bagaimana anda menjelaskan tentang kenyataan bahwa paham reinkarnasi ternyata lebih masuk akal (secara sains) di banding paham tentang adanya kehidupan setelah kematian…???
*******
Semua hal kecil di atas yang bikin gue bingung, bikin gue bertanya….
“Kenapa di setiap agama/kepercayaan terdapat ‘sedikit’ kebenaran..??”
“Apa semuanya benar…??”
“Kalau hanya ada satu yang benar, yang mana…??”
“Kalau saya bilang agama saya yang benar, itu kan menurut saya. Jadi, relatif dong..?? Tergantung elo nya, lo agama apa ya pasti agama lo yang lo anggap bener…”
@adhit, Try to check this stuff please:
http://skeptic-mind.blogspot.com/2011/07/embryology-miracle-in-quran-destroyed.html
The very same thing also happen when a Christian try to convince someone that the Holy Bible is a rational stuff…. 🙂 So, don’t feel like you’re the underestimated-one…
Saya agnostic, semenjak beberapa tahun lalu, aslinya saya Islam dr orang tua.
Saya gak memungkiri adanya kemungkinan Tuhan, karena saya sendiri merasakan kalo terlalu banyak hal yg tidak bisa dijelaskan terjadi di hidup saya sama seperti Tuhan itu sendiri. Jadi saya menunggu mendapatkan cukup bukti untuk mempercayai Tuhan (lagi).
Btw, JS1987 itu Juventtini ya,haha
cari tau sama orang tau bro biar tau, jgn cari tau sendiri ntar ga ketemu jawabanya malah sesat 😀
coba belajar islam melalui tarekat (tarekat naqsabandi / qadiriyah )
Ulasannya sangat menarik sekali dan sangat membuka wawasan dan pemaham saya,terima kasih..
coba atheist jelaskan tentang rasa sakit, bisa tidak diuktikan dengan sains, bisa tidak diukur berapa perbedaan rasa sakit ketika dipukul dan terjatuh, wujud dari rasa sakit itu seperti apa, besar, tinggi, dan lain lainnya ? Saya rasa perumpaan Tuhan itu seperti itu 🙂
Rian said:
“coba atheist jelaskan tentang rasa sakit, bisa tidak diuktikan dengan sains, bisa tidak diukur berapa perbedaan rasa sakit ketika dipukul dan terjatuh, wujud dari rasa sakit itu seperti apa, besar, tinggi, dan lain lainnya ? Saya rasa perumpaan Tuhan itu seperti itu”
——
Untuk membuktikan sesuatu itu nyata, fakta, eksistensinya memang benar-benar ada; bukan dengan cara dapat dilihat atau tidak… Melainkan ada atau tidaknya pengaruh/dampak hal tersebut pada kita…
Kalau hanya menganalogikan yang namanya “Tuhan” dengan rasa sakit, ya tentu tidak mungkin… Anda bisa merasakan yang namanya sakit, itu saja sudah menjadi bukti kalau sakit itu sendiri ada… 🙂
Pertanyaan, “Apa Anda bisa merasakan adanya Tuhan???”
Kalau bisa, seperti apa rasanya?? Apa seperti guncangan batin dadakan yang seakan membuat kita ingin menangis, seperti hal yang ditunjukkan oleh orang-orang yang katanya menerima Hidayah (atau kalau umat Kristen menyebutnya Roh Kudus)???
Itu sama saja seperti lo nonton Titanic terus lo tersentuh yang buntut-buntutnya lo pengen nangis… 🙂
posting yang manarik. terimkasih. bisa jadi bahan untuk buat posting yang serupa….
Saya agnostik. If there is a personal god, Dia akan mengumpulkan kita semua, merangkul kita dan berkata “I’m responsible for my creation”. If the god is impersonal (I call it The Source) , then there is no judgment, tidak mengelompokkan manusia menjadi dua, yaitu yang worthy dan unworthy.
Penggambaran keresahan seorang agnostik tdk sesederhana itu. Ritual yg dilakukan berulang-ulang dg gerakan ucapan yg sama dg aksen yg asing krn gk ngerti, asing krn dari kecil sampai besar dia gk pernah menggunakan bahasa itu, sambil terus berpikir mengapa allah selalu minta disembah dan jika tidak neraka ancamannya. Selain itu ajaran yg hrs dilakukan dan tidak boleh dilakukan diancam dg neraka, nabi minta terus didoakan menjadi ahli surga dan pAnggilan ibadah dg ributramai dalam 5 kali lebih sehari bersahut-sahutan dari segala penjuru, blm lagi mengharuskan menghilangkan nyawa orang-2 kafir… Mengerikan…. Dlsb. Itulah a.l penyebab seorang jadi agnostik. Last but not least, keadaan itu menjadikan nuraninya menolak, nuraninya tdk menerimanya. Dia akhirnya pasrah pada Tuhannya, dia percaya Tuhannya tidak sesempit itu, percaya Tuhan tdk meninggalkannya dan dia berusaha terus berbuat kebajikan, tdk menzolimi sesama dan mahlukNya, Tuhan tidak akan mengabaikan hal-2 bajik yg dilakukannya.
Assalamualaikum..
Allah itu tidak sama, tidak serupa dengan ciptaan-Nya. Ia juga tidak terikat ruang dan waktu. Kita hanya bisa memberi contoh dengan hal2 yg kita tahu. Hal2 yang kita tahu adalah hal2 yg terikat ruang dan waktu. Jadi ya nggak bakalan ketemu contoh yang persis sama untuk membuktikan wujud Tuhan atau keberadaan Tuhan itu seperti apa.
Setuju dg mas Pandji, merasakan kehadiran Tuhan pada setiap kejadian hidup kita itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa Ia ada. Karena Tuhan memberi akal pada manusia untuk berpikir…
Wassalamualaikum
Saya belum pernah secara khusus mempelajari agama selain islam. Namun saya merasa kebutuhan saya akan bertuhan sudah lebih dari tercukupi dengan islam. Menurut saya, kita bertuhan dengan cara yang paling sesuai dengan keadaan kita. Indahnya bertuhan sesuai keadaan saya adalah tidak semua hal perlu ada jawabannya, namun saya yakin hal itu ada, karena saya percaya dengan masa depan. Masa depan itu sebuah misteri yang tidak ada jawaban pastinya.
Saya setuju dengan mas panji soal konsekuensi, karena masa depan juga menuntut konsekuensi. Apa yang kita lakukan hari ini akan menimbulkan konsekuensi untuk kita dikemudian hari. Dan Tuhan saya dengan tegas mengatakan bahwa saya tak perlu terlalu berat memikirkan masa depan yang penuh misteri, cukup menyerahkan semua hal kepada-Nya.
Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Jika salah satu kita tidak percaya Tuhan, silahkan saja sebab itu keyakinanmu sendiri. Dan mungkin dengan cara lain, Tuhan akan berkata kepadanya dengan cara unique dan tak terduga dan diluar akal pikiran kita. Tuhan akan menunjukkan bahwa Tuhan itu ada kepadanya. Amin……..
ulasan yang bagus mas pandji….. dapet banyak info nih…. oh ya, saya jadi tahu kalau ada orang atheist di indonesia semenjak saya ketemu page di facebook bernama ANDA BERTANYA ATEIS MENJAWAB, baru tahu ternyata atheist exist di indonesia:)
“Kalau ada satu hal yang diserahkan kepada kita, adalah pengambilan keputusan.”
‘Free will’ doesn’t exist. Keputusan yang kita buat hari ini, saat ini, ditentukan oleh keadaan di sekitar kita pada saat itu. Misal ada dua orang, A dan B. Si A tinggal di daerah makmur berkecukupan, si B tinggal di daerah konflik berkekurangan. Jika si B melakukan kejahatan (mencuri, dsb) itu karena dia memang sudah terpaksa banget, sehingga standarnya jadi nggak sama dengan si A. Dengan kata lain, si B mungkin saja sudah mencapai tahap ‘tidak punya pilihan’. Jadi apakah tuhan sudah memberi cukup ‘ruang’ bagi si B untuk memilih dan mengambil keputusan?
@rian: saya atheist. Tuhan anda disamakan dengan rasa sakit? Saya merasa aneh saja mendengar tuhan anda hanya bisa dirasakan tetapi tidak bisa dilihat secara fisik. Katanya sih sempurna dan mahakuasa. Tapi tidak punya bukti fisik. Thanks.
I love it,..
Pikiran sampai kapanpun gak bisa menembus alam Ketuhanan, pikiran memiliki keterbatasan yang meminta pengakuan dan pembuktian logis untuk percaya. Ibarat kendaraan, pikiran hanya bisa mengantarkan ‘kerinduan’ sampai di satu titik bahwa ‘keberadaan’ itu ada dan nyata. Namun untuk masuk ke dalamnya, pikiran harus ditinggalkan. Ketuhanan tidak bisa dianalisis lebih dalam oleh pikiran meskipun hukum kehidupan selalu berkaitan dgn sebab akibat, yg menurut saya menjadi landasan Atheisme.
Atheisme itu menurut saya, satu dari sekian fase yang dilewati oleh sebagian orang untuk mencari tahu jati diri yang sesungguhnya, terus melangkah dan mencari.
Percaya atau tidak dengan Tuhan, ngalamin dulu deh :), pembuktian ada bagi setiap orang.. dan yg terbuka kesadarannya akan ditunjukkan jalan.
Setuju. Tidak mungkin ada cerita jika tidak ada perjalanan.
Akal sangat terbatas untuk mencapai ilmu ketuhanan.
Tinggalkan dulu keakuanmu, maka kau akan menemui “AKU” yang sesungguhnya.
Masya ALLAH… keren bngt mas… luar biasaaa…..
biar lebih manthap ilmunya… mas bisa belajar ma ust adian husaini…. buku2 beliau luar biasa bngt.. cocok ma mas…
Barakallahu fikum….
Belajar sains maka akan mengenal tuhan. Lihat galaxy yg kita tempati, ada milyaran bintang, milyaran planet, dan bahkan jumlah galaxy yg ada di alam semesta lebih dari trilyunan bahkan tak terhingga. Satu pertanyaan saja, apakah mungkin semesta yg begitu luas dan banyaknya ini bisa berjalan dengan rapi, berputar saling mengelilingi tanpa bertabrakan tanpa campur tangan sesuatu yg “lebih besar “
Galing said:
” … Satu pertanyaan saja, apakah mungkin semesta yg begitu luas dan banyaknya ini bisa berjalan dengan rapi, berputar saling mengelilingi tanpa bertabrakan tanpa campur tangan sesuatu yg “lebih besar “ … ”
——-
Betul itu bro. Akhir-akhir ini saya mencoba untuk meyakinkan diri saya akan keberadaan avatar Aang di suatu tempat yang tak tercapai hanya melalui logika. Saya yakin dari sanalah avatar Aang mengatur kehidupan kita.
Mau percaya adanya tuhan atau tidak percaya, itu hak masing-masing.
Yang terpenting dan yang harus kita sadari adalah kita hidup, kita bernyawa, kita bernafas, kita mendapatkan rizki, ada bumi, ada langit, ada bintang dan ada alam semesta.
Jika tidak ada yang membuat, lalu siapa?
Tks
Bukan masalah benar atau salah, bukan percaya atau tidak.
Tapi bagi saya agama adalah tuntunan cara yang bisa membuat anda nyaman jika anda tahu bahwa anda akan mati besok.
Baca Convertation with God-nya NeaLe DonaLd WaLsch deh,.
Banyak pencerahan dari sana :’)
saya sendiri adalah seorang atheist, saya setuju dengan konsep mas pandji. Indonesia, unity in deversity
mau atheis kek.. mau beragama..
selama masi nginjak bumi, udehh diem sama diem . tau sama tau yaaa..
jangan sok ngajarin , jangan sok debatttt…
itu ma dari prinsip dasar udh pada beda.
yang beragama, kuat di teori agama dia, ambil “Undang-undang dasar” dari kitab suci dia. apapun katanya, yg penting berdasarkan kitab suchi
yang ateis kuat di filosofi, prinsip, semua bergantung sama logika. cenderung “sangat kuat” soal pendirian.
ibarat orang cina ngomong sama orang india. yg satu bahasa cina huruf cina. yang satu bahasa tamil huruf tamil.. sama2 gak ngerti tapi debatt.
saya pernah bikin trit debat di salah satu forum online, saya nanya apakah ada yang salah dengan atheis sehingga atheis begitu ditakuti, dikucilkan, dsb?
sgt banyak yang menjawab, “kan udah ada di sila pertama”. lalu saya jawab lagi “lalu, apa isi dari sila kelima”
intinya banyak orang salah mengenai inti dari sila pertama dalam pancasila, bukan berarti setiap masyarakat harus mempercayai tuhan, tapi setiap masyarakat harus punya keyakinan, yah saya pikir seperti itu artinya…
saya bahagia kalo suatu saat saya gak perlu sembunyi dari keatheisan saya,
indonesia, unity in deversity
Saya bersama anda searing Atheist.
Cuma saya sudah bukan WNI lagi, jadi sekarang sudah merdeka lahir batin dari tirani ideology yg namanya pancasila itu, dan kebodohan2 yg terus menerus dilestarikan oleh agama.
Agama menurut saya:
1. sumber pemecah belah, malapetaka
2. racun dalam hidup berperi kemanusian – bila seorang waras dapat memenggal kepala orang lain, hanya agama yg bisa meracuni seorang waras.
3. nga ada yg bagusnya dari konsep yg namanya agama itu, semua agama nga bener.
😀 hidup dalam damai….
saya agnostic..
saya percaya ketidaktauan atas hal2 tertentu yg supranatural seperti ttg adanya tuhan, Surga, neraka dsb adalah kodrati.sementara banyak gagasan agama yg ingin menjelaskan hal2 tsb, saya kira pilihan hati kaum agnostic yg memilih tetap dalam ketidaktauan krn gagasan2 dimaksud tidak bisa dibuktikan kebenarannya, adalah hal yg jujur.
sementara itu kami menghormati setiap insan yg percaya gagasan2 agama.
salam damai
apakah sebutan orang yang tak mempercayai agama tapi ia tetap mempercayai Tuhan?
kr angapannya agama cuma ajaran / pedomannya untuk mngenal Tuhan, namun klo di tanya dia beragama apa dia tak mengakui agama apapun, dia cuma percaya kalau Tuhan itu ada…
paham apakah itu?
Namanya Deist, dan saya salah satunya. Saya percaya Tuhan karena saya menyadari eksistensi saya, hidup yang saya jalani, alam dan sekelilingnya. Dan mungkin yang seperti pandji katakan banyak hal terjadi yang diluar akal a.k.a it’s too much of a coincidence.
Tapi saya tidak percaya agama. Saya tidak percaya tuhan yang personal. Saya tidak percaya ada makhluk di luar sana yang mendengar 7 miliar orang berkata (atau berdoa) secara bersamaan. Menciptakan keburukan agar yang mendapat kebaikan bersyukur dan menciptakan kebaikan agar yang malang punya harapan. Kalo kita ga kerja ya ga dapat duit, itu aja intinya.
FYI ada groupnya di facebook kalo ga salah namanya world union of deist.
Maaf namanya deisme, penganutnya deist
Iya. Gue juga. Gue percaya keberadaan Tuhan. Tapi gue ngga percaya sama agama. Menurut gue juga Tuhan itu pemersatu karena dibuat oleh yang Maha sempurna, sedangkan agama itu pemecahbelah karena ketidaksempurnaan manusia. Dan gue baru tau kalo ini namanya deisme. Thanks
hmm atheisme, thanks for the info broda pandji 😀
Bagaimana bisa kita mencari tau atau bukti akan adanya Dia Yang Maha Kuasa, dengan cara logika kita sendiri. Karna yang Maha Menciptakan logika manusia itu kan Tuhan.
Otomatis barang ciptaan itu tidak bisa melampaui yang menciptakan.
Kalau keberadaan dan wujud Tuhan bisa digambarkan dengan logika, berarti sama saja posisi Tuhan dan makhluk ciptaannya.
Itu sebab para atheis tidak mempercayai tuhan karena mereka membandingkan hanya dengan sebatas logika mereka sendiri.
Tugas kita hanya bisa saling menghargai bukan saling menjatuhkan
Wahai hamba-Ku: Aku yg bersamamu bukanlah utk diceritakan, namun ia hanya utk dinyatakan jelas dalam rasamu, hingga kenyataannya melebihi dari apa yg terlihat terang oleh penglihatanmu, sbg bukti yg tiada dapat lagi membutuhkan keterangan lainnya. Maka sesunggunya tiada kekekalan dalam mata kepalamu memandang-Ku melainkan apa yg dipandangnya hanya menjadi tanda bagimu. Sedangkan hati dan rasamu dapat menyingkap bukti kenyataan-Ku yg jelas berkekalan kemanapun wajahmu dipalingkan
(Ilham Sirr – tuangku syaikh M. Ali Hanafiah – mursyid tarekat qadiriyah hanafiah)
Saya hanya ingin bertanya bagaimana membuktikan sesuatu yg tidak ada? A bilang tuhan itu ada, tapi b tidak percaya. Kenapa beban pembuktiannya berpindah kepada b? Bukankah seharusnya a sebagai pembuat claim di awal? Extraordinary claims needs extraordinary evidence. Tapi yg sering terjadi malah pembuktian terbalik. Dan menurut saya itu tidak logis.
suka cara menyampaikan tulisan dengan se objektif mungkin. hehehe.
Coba bang liat yutub dr zakir naik yakin jawaban dr pertanyaan2 diatas kejawab dan keimanan nambah ishaallah.
Izin repost dengan perubahan ya mas.
Saya Islam..
Tugas kami hanya menyampaikan bahwa Tuhan yg Sebenarnya adalah Allah yg maha Esa, terserah Anda mau percaya atau tidak..
Yg perlu saya tekankan disini adalah “kalau anda tidak percaya dengan ke-Esaan Allah, silahkan MATI”..
Harus mati?? Alasannya apa? Darimana pemeikiran begitu??
Tuhan itu ada. saya yakin itu. masalahnya kebanyakan manusia ‘kepinteran’ mengilustrasikannya sehingga muncul banyak kepercayaan dan agama di bumi ini. Tuhan yg saya yakin ga sekepo itu yg nuntut disembah. bisa mencintai sekaligus menghukum. macem dongeng aja. Logika manusia ga bakalan nyampe buat mikirin tuhan.
kalau di tanya apa agama ku? saya ga percaya agama, karna itu ga lebih dr ibarat dongeng buatan manusia. tp saya percaya keberadaan tuhan / supreme being / great architect of the universe / atau apapun nama sebutan lainnya
Mantaap. suka cara menyampaikan tulisan dengan se objektif mungkin. Joss
Hai Gan, thanks sudah sharing… cukup menarik buat saya. Kalau boleh berterus terang, saat ini saya sedang mengalami pergumulan dengan “kepercayaan” saya. Kalau ditanya kapan terakhir saya beribadah, saya juga tidak ingat… mungkin sudah lebih dari 4 atau 5 tahun lalu??
Saya sewaktu kecil hingga awal remaja belajar di sekolah Islam, saya banyak belajar sejarah islam, fiqih islam, bahasa arab dll… dan bisa dibilang bahwa saya cukup religius sewaktu itu (saya bahkan hampir memutuskan untuk berhijab sewaktu SMP). Namun, walau saya mendapat doktrinasi tentang agama sejak kecil, pikiran saya selalu mempertanyakan banyak hal… kenapa seperti ini? kenapa seperti itu? dan setiap saya mempertanyakan sesuatu ke guru2 saya sewaktu sekolah dulu, saya tidak pernah merasa puas dengan jawaban yang diberikan. Seiring berjalannya waktu, saya mulai mempelajari banyak hal, saya sangat suka membaca dan mencari tahu dari berbagai sumber, sebut saja dari internet, diskusi dengan teman, atau buku-buku seperti injil, ajaran agama buddha, zoroaster, sejarah beberapa agama di dunia dari jaman kuno hingga saat ini, buku – buku tentang ateisme (Spt Dawkins, Hitchens,Harris, Ray, etc), buku Science dari Carl Sagan, Hawking, Darwin, etc… hingga buku dari aktivis wanita seperti Ayaan Hirsi Ali, dan masih banyak lagi dan terlalu panjang kalau saya sebutkan satu – persatu, mereka lengkap ada di rak buku saya. Semakin saya membaca dan mempelajari sesuatu, semakin saya menyadari bahwa saya sebenarnya tidak tahu apa-apa…
Kalau dipelajari lebih jauh ada banyak kemiripan kisah satu agama dengan agama lainnya… Maaf, kalau saya pakai contoh Islam (karena saya dulu memeluk Islam) seperti beberapa kisah di Al Quran, yang selain mirip dengan kisah di injil dan taurat, Ternyata ajaran Islam agak mirip juga dengan ajaran Zoroaster (sebut saja tentang Jembatan Cinvat, atau cara orang2 Zoroaster dalam memilih waktu beribadah, yaitu ketika matahari terbit, tengah hari dan terbenam, dan orang Zoroaster juga selalu membersihkan diri sebelum beribadah yaitu membasuh kaki, tangan dsb).
Kesimpulan saya saat ini, Saya beranggapan mungkin tuhan ada, namun saya tidak percaya sama sekali dengan agama. Pendapat saya pribadi, agama adalah buatan tangan manusia, dan saya amat sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan apabila agama adalah hasil budaya. Agama diperlukan oleh manusia sebagai sumber harapan, pelarian, tempat mengeluh/ curhat terutama bila ada masalah, dan hal itu dapat memberikan rasa aman dan tentram, seperti Karl Marx bilang ” Die religion… ist das Opium des Volkes” – Agama adalah candu masyarakat.
Agama mengajarkan kebaikan, itu benar, namun jangan dilupakan bahwa ajaran yang ada di dalam agama juga mengajarkan kebencian atau hal – hal yang tidak baik. Seperti cotoh dalam Islam, bila tidak seiman maka harus dimusuhi, perangi dan bunuh/ penggal (silahkan baca sendiri terjemahan Surat At Taubah atau Al Anfal). Apabila agama memang berasal dari Tuhan, bukankah tuhan menyayangi semua ciptaannya? tapi kenapa harus dibunuh? Saya dulu beragama “Islam” karena orang tua saya “Islam”, saya lahir dari keluarga Islam dan oleh karenanya saya menjadi Islam. Mungkin, kalau keluarga saya “Kristen”, sudah pasti saya akan memeluk agama “Kristen”, dan seterusnya (tinggal diganti agama apa yang mau disebut, dan coba anda pikirkan)… Nah, pertanyaan saya, karena saya memeluk agama yang berbeda apakah saya sangat diperbolehkan untuk dibunuh? Apa benar itu yang diperintahkan tuhan? bukannya seperti orang – orang katakan, agama itu SEMPURNA dan mengajarkan kebaikan? Dan yang perlu juga diketahui, agama di dunia sampai saat ini ada banyaaakkk sekali, Bukan hanya Agama Abrahamik, namun ada lebih dari seribu agama!! baik yang masih ada, maupun yang sudah punah. Jadi mana yang benar? Jujur saya tidak tahu, karena semua agama bilang mereka paling benar dan sempurna, bila ditanya kenapa saya harus “yakin”? mereka akan jawab karena itu tertulis dalam kitab suci, dan itu tidak boleh diganggu gugat atau dikritik karena kitab suci berasal dari tuhan (tapi Tuhan siapa? dan dari agama yang mana?).
Moral dan perbuatan baik juga tidak selalu harus dikaitkan dengan agama. Tidak ada hubungan berbuat baik dengan agama. Baik dan Jahat adalah sifat dasar manusia (hanya mana yang lebih dominan), manusia bisa berbuat baik dan bisa berbuat jahat tanpa atau dengan agama / tanpa atau dengan percaya tuhan. Namun lucunya, kebanyakan orang beragama selalu merasa dirinya lebih bermoral, unggul dan baik. Orang tanpa agama dianggap hina dan seperti hewan (padahal hewan juga mahluk hidup yang harus disayangi, dan saya tidak pernah mau menganggap hewan itu hina). Buat saya pribadi, berbuat baik dan bermoral adalah suatu kewajiban, saya tidak ingin berbuat jahat karena saya tahu apabila saya dijahati seseorang rasanya akan sakit. Saya berbuat baik, bukan mengharapkan pahala ataupun surga… tapi untuk kebahagiaan sesama mahluk hidup.
Satu lagi, bila saya melihat alam segala sesuatunya indah (yang saya maksud “alam” di sini bukan hanya tentang hutan, gunung dsb, namun lebih luas dari itu, yaitu seluruh alam semesta dan isinya)… Manusia dan alam harus hidup selaras dan saling berdamai… tapi sayangnya banyak orang lupa akan hal itu, banyak orang hanya menganggap alam ada karena memang harus ada… tapi mereka lupa menjaganya…
Mohon maaf kalau tulisan saya dianggap menyinggung, saya terima kalau orang – orang theist akan anggap saya apapun, mohon maaf juga kalau komennya panjang sekali 🙂 Thanks
akhirnya ada yg nyadar juga Islam njiplak Zoroaster, asmaul husna 99 nama Allah itu mengadopsi 101 nama Ahura Mazda, ibadah 5 waktu juga mengadopsi ibadah 5 waktu zoroasternamanya Geh, jembatan siratal mustaqim sampe timbangan amal baik juga mengambil dari zoroaster, lalu darimana nabi muhammad bisa mengadopsi ritual dan ajaran zoroaster sedangkan dia ada di arab dan zoroaster itu di persia, simple, dari Salman Al Farisi ( Salman Orang Persia) dia orang terdekat nabi
Jangan lupa bahwa kisah Isra Mi’raj dalam Islam juga adalah jiplakan dari zoroaster! Kisah nabi Nuh yang ada di agama abramik (kristen, islam, yahudi, katolik) juga adalah jiplakan dari kisah nukh seorang pelayan dewa sungai nil, kisah nya bisa anda lihat di salah satu piramida dimesir!
Intinya, beragama adalah pilihan. Susah jika menebang pohon dengan pisau, gak nyambung. Berbicara tentang tuhan, harus jelas acuannya. Jika sekedar nalar yg dipakai, dan menduga-duga, ya gak nyambung. Atheis kurang jeli dalam mmahami iman. Pikirnya iman skedar menduga. Pikirnya percaya tuhan hanya kira kira belaka.
Lebih baik jadi atheis yang humanis & bermoral daripada jadi theis yang tidak berprikemanusiaan dan merendahkan manusia, Jikapun Tuhan MahaPencipta memang ada juga akan memilih golongan pertama, dan Dia akan maklum.
Sebuah tamparan untuk saya setelah membaca tulisan ini, bahwa seharusnya memang kita yang memeluk agama harus lebih cerdas dan berfikiran terbuka di zaman sekarang. Point penting adalah setiap orang dari berbagai golongan semakin cerdas, akibatnya percabangan hasil pemikiran semakin banyak dan meluas, dan satu hal yang ditimbulkan pasti semua suka akan kebebasan di awang2 pemikiran. Ya,, begitu kenyataan hidup di indonesia sekarang yang sebenarnya negara barat sana udah lama mngalami hal ini,, lu itu jangan bangga cuy dengan pemikiran yng meluas,, amerika udah dr zaman dulu kyk gini, lah elu baru2
sekarang muncul pemikiran2 gini. Alhasil ya amerika skrg udah mulai bosen dngan gaya sekulernya dan mulai kembali melirik agama yang terbaik, sedangkan kita mau mulai membebaskan fikiran??
Respect buat kak Pandji dengan tulisanny yang memancing orang2 untuk lebih cerdas lagi di zaman sekarang ini,, good job Kak (y)
Kalau Tuhan itu sudah bisa dilihat sekarang, bisa agan2 semua saksikan sekarang, ya gak ada lagi ujiannya,, hidup anda melihat Tuhan sama kayak melihat Raja yang anda pasti akan berusaha cari muka kepada Beliau,, namun karena semua di uji,, adil sekali Tuhan,, yang Atheis diuji dengan keimanannya, yang Agnostic diuji juga dengan imannya,, sedangkan yang beragama diuji dengan harta, benda, wanita, kedudukan, sifat, norma, aturan, anak, dan yang paling pasti kesetiaanya dengan Tuhan. So kita semua dalam ujian yang berbeda2,, semoga kalian semua bisa sukses untuk ujiannya masing2, begitupun buat saya, Aamiin..
” kalo saya sih simple”
manusia bisa berdiri dengan ke dua kakinya, dan mempunyai organ2 yang sangat canggih, ada otak alat untuk berfikir, ada jantung alat pemompa darah ada ginjal alat penetral racun dll,, dan manusia sendiri blum bisa menciptakan satu peralatan tersebut,,
so
semua kecanggihan dalam organ manusia tidak mungkin tanpa ada yang merancang dan menciptakan agar berfungsi dengan baik,, tidak mungkin teknologi serumit itu tercipta dengan sendirinya,,, mustahil,,,
itu baru manusia,, blum lagi mahluk2 lain dan yang ada pada alam semesta,,, semua diciptakan bukan tercipta,,
dan perancang dan pencipta itulah yang disebut TUHAN,
karena tidak ada mahluk yang dapat meyetarainya
@joefanani, kalo menurut saya pemikiran tersebut bukan simpel tapi lebih mengarah kpd menggampangkan, karena kalo menurut pendapat para pakar dibidang nya, (pernah baca di sumber yg kredibel, dan sekarang banyak tersebar di internet) proses terbentuknya organ2 dalam manusia yg kompleks tsb tidak sesimpel yg kita (anda) kira, proses tersebut berlangsung selama jutaan tahun, melalu proses yg disebut evolusi, mutasi dll, dari organ yg lebih sederhana, ini ada cabang ilmu tersendiri lho, jadi kalo pertanyaannya seperti itu jawabanya adalah waktu, diperlukan waktu yg sangaaat panjang untuk membentuk suatu organisme bertulang belakang dan mempunyai fungsi otak yg dominan dari organisme ber sel satu, . yg sekarang masih menjadi perdebatan dari para ahli adalah dari mana kehidupan itu? Dari angkasa? Banyak teori yg menjelaskan namun belum banyak bukti yg mendukung,. Thank you..
Pemikiran yang cerdas dan terbuka, seorang muslim yang belajar di sekolah kristen, Mas Pandji, salam kenal.
Tulisan Feb 2012, baru saya baca Jan 2017, hampir 5 tahun berlalu, namun masih asik buat dibaca.
Saya Muslim, karena orang tua saya juga Muslim, saya selalu disuruh ngaji (baca:belajar agama), saya suka males, terpaksa saya nurut, awalnya, tapi kemudian dari ngaji ini pemikiran saya terbuka, ternyata dalam Islam tidak ada paksaan untuk mau atau tidak memeluk Islam, saya berhak bertanya dan mempertanyakan sesuatu, banyak keraguan saya yg terjawabm