“BACK TO WHERE I CAME FROM” (day 1) L.A.W.

“I never go on vacations.”

 

 

Lets start of with that statement up there.

 

Gue ga pernah liburan.

 

Liburan terakhir yang gue lakukan adalah honeymoon gue ke Bali

And it wasn’t even a vacation, it was honeymoon.

 

It’s the same ol thing but imagine if I wasn’t married, there will never be that trip to Bali.

 

So going on a vacaton for vacation sake never happened before.

 

Biasanya gue memanfaatkan ngemsi luar kota dengan membawa keluarga gue dan menjadikan itu sebagai liburan.

 

Medan, Makassar, Surabaya, Bali, dll.

 

Toh pada akhirnya gue tinggal ngemsi juga.

 

Memang rada tidak bisa dipercaya (terutama untuk pendengar gue di GMHR, HRFM) karena gue sering ga siaran. Tapi semua ijin siaran tersebut adalah antara gue sakit atau gue kerja.

 

This year, though, its different.

 

I already felt back in 01 01 08 that this is going to be an interesting year.

 

Tahun ini gue mempersiapkan 2 liburan.

Akhir tahun selama seminggu gue dan keluarga akan ada di Bali.

Dan liburan ke Singapore.

Utamanya dalam rangka Kanye West.

But i wanted to get back there.

I was thinking “Come on Pandji. You been working like hell and never give urself a reward?”

And then the Kanye news got it…

So I thought afterwards, “Fuck it. Im goin”

 

29 10 08

 

The tour to Singapore called “BACK TO WHERE I CAME FROM”

 

Gue lahir di Gleneagle Hospital tanggal 18 juni 1979, tinggal di sana selama 5 tahun dan pulang ke Indonesia.

Never went back.

 

Maka gue boyong istri, anak, nyokap dan mertua.

 

Terutama anak gue Dipo nampak sangat sangat semangat.

Gue tahu pasti bukan karena mau ke Singapore.

Tapi lebih karena Ayahnya nggak kerja dari pagi

 

Di Bandara aja dia ngajakin main bola

 

 

 

Hingga pada akhirnya kami masuk ruang tunggu bandara.

 

 

 

Bolanya Dipo harus dikempesin karena tekanan udara nanti bisa membuatnya meletus.

Dipo tidak peduli, ditendang tendangin juga itu bola…

 

 

 

Bahkan di dalam pesawatpun Dipo masih main bola

 

 

Kalo nggak, main Elmo

 

 

 

Kalo nggak, ngelongok keluar jendela

 

 

 

 

Ketika kami mendarat, nyokap gue langsung bernostalgia ria…

 

Me myself? I was just happy to be here…

 

 

 

Please understand this: I came out of this country a baby, and I got back having a baby.

 

 

 

Di bandara menuju tempat ngambil barang barang ada sebuah tulisan yang sesuai dengan momen. Gue bilang sama Dipo ”Dipo berdiri disana Nak, Ayah mau foto”

 

Dia langsung lari, nyender, dan berteriak sambil di fotoin sama nyokap dan gue

 

 

It seems like its going to be a great journey 🙂

 

BUT

 

I spoke to soon.

 

Sesampainya diluar, gue harus bertarung dulu dengan supir taksi tua yang judes.

Kelak, supir taksi tua judes ini akan menjadi gambaran umum gue terhadap Singapore.

Di mata gue, Singapore itu penuh dengan orang orang yang kurang ramah, jutek, dan banyak sekali orang orang tua yang harusnya udah ga kerja, tapi masih kerja. Laki ataupun perempuan.

Beberapa pekerjaan kalau di Indonesia dipegang anak muda, disana orang orang tua.

Supir taksi, janitor, cleaners, etc.

 

Apa artinya ya?

 

Entahlah

 

Anyway, supir taxi tadi ngamuk karena kita bawa banyak koper.

Ya elaah, namanya juga liburan.

Dia ngotot nyuruh kami untuk naik 2 taxi tapi stelah dikasih pengertian dan sedikit sepetan akhirnya dia diem juga.

 

Berulang kali setelah gue terangin bagaimana nyusun kopernya gue tanya “No problem right?”

Atau “Calm down, you dont have to be like that. See? No problem see?”

 

Kesel gue.

 

Runyam senyum gue gara gara dia.

 

 

 

 

 

Sesampainya di hotel Royal Plaza on Scotts kami check in, nyimpen barang dan keluar lagi untuk menjelajah.

 

Nyokap memimpin di depan, beliau mau liat Isetan.

 

 

 

Sambil berjalan gue pikir… “Kok gue ga terkesan ya?” Ini mirip kayak Jakarta, hanya saja lebih bagus”

 

Di depan Isetan ada sebuah jam…

 

Gue cocokkan jam gue yang masih WIB dengan waktu setempat…

 

 

 

Nice clock.

 

Dibawahnya ada tulisan…

 

 

 

Jam ini didirikan atau mungkin dipasang tgl 24 oktober

 

 

🙂

 

 

Setelah nyokap muter muter Isetan dan kita makan siang gue kembali ke ”That CD shop” yang punya banyak sekali CD dengan banyak sekali pengkategorian musik.

 

Anehnya, diantara semua rak dengan kategori masing masing, tidak ada kategor hiphop/R&B. Gue tanya sama karyawan dia bilang ”kami hanya punya hiphop compilations”

I was like “WHAT? Man, that aint right”

 

 

Ya sudahlah… maka berjalanlah gue kembali kehotel siap siap mau berangkat ke Kanye West.

 

Temen gue Kenny Kartasasmita, seorang pemuda berumur 19 tahun yang tinggal di Singapore menemani nyokapnya yang kerja dikota ini datang ke hotel gue dan memberikan kaos Kanye merah yang katanya di kirim dari US.

Asalnya mungkin buat gue, tapi karena kaosnya M sementara gue XL maka kaos itu dipake Gamila

 

 

 

Setelah foto foto sebentar, Dondi Hananto suami dari Ligwina Hananto dateng dan kami pun berangkat….

 

Kisah keberangkatan ke konser Kanye ada di posting dibawah ini…

All i can say, is we had fun.

 

 

It was a guh-reaaat concert

 

 

Pulangnya, kami tumpah ruah dijalanan.

 

Bubarannya rame banget.

 

Mobil mobil mewah pada mondar mandir keluar dari Singapore Indoor Stadium.

 

Kami mau nak taxi tapi semua taxi yang ada disana udah dipesan orang lain lewat telfon…

 

Ada tandanya menyala diatas taxi mereka.

 

”Lucu juga” pikir gue.

 

Maka Dondi menelfon taxi sementara kami menunggu… dan berhubung kaki gue pegel mampus gue tarik aja sebuah trolley nganggur dan gue dudukin…

 

 

 

 

 

Sambil ngeliatin orang orang mondar mandir gue berpikir ”Kok di Singapore ceweknya ga ada yang cantik ya?” Maksud gue mereka dandannya bagus dan memang berani… tapi kalo cuma masalah dandan berani sih gampang..modalnya Cuma pede dan mungkin nekat. Tapi kecantikan itu bawaaan. Nah disini ga ada. Kalau di Jakarta, kalau ada acara kayak gini, cewek cantik pasti tumpah ruah…. SOULNATION aja isinya cewek cantik semua.

 

Setelah menunggu akhirnya taxi kami datang dan berhubung lapar pergilah kami kesebuah tempat.. entah apa namanya… Dondi yang inget. Katanya, tempat ini deket dengan asramanya waktu dia sempat SMA di Singapore.

 

Makanlah kami disini, gue makan Kwetiau goreng ayam dan Dondi nyuruh gue minum sebuah minuman yang bernama ”BANDUNG”

 

Shyt man. I gotta try this.

 

Beginilah bentuknya. Pink.

 

 

Gue tanya sama orang India yang menyuguhkan “Why do you call this Bandung”

Dia bilang “I will tell you the story”

Kemudian naro makanan orang lain dulu dan kembali ke meja kami…

Dia bilang ”It is a mix between syrup and milk”

Gue masih nggak ngerti tapi kemudian gue berkata kepada yang lain “Mungkin karena di Bandung ada minuman kaya gini”

 

EEEEH tiba tiba orang India itu ngomong “Kalian sering ke Bandung? Istri saya orang Bandung… saya 2 tahun sekali ke Bandung”

 

Laa buseeeet…

 

After we had a very late dinner, we went home.

 

Dipo yang dititipin sama kedua neneknya digendong balik ke kamar kami sendiri…

 

Kata mertua gue, “Dipo manggil Yayah (Ayah maksudnya) dan Mama mulu”

 

He seemed in peace now.

 

 

Tomorrow im all yours little spartan

 

Enough for today