“BACK TO WHERE I CAME FROM” (day 3) L.A.W.

This is the final day.

 

Hari ini segalanya jadi buru buru.

Mungkin karena ingin buru buru merasakan semuanya.

Makan disemua tempat.

Ingin belanja

Ingin beli oleh oleh.

 

Gue sih nggak.

 

Gue ngikut aja.

 

Gue udah seneng bisa sama keluarga 3 hari berturut turut dan ditambah Sabtu dan Minggu nanti jadi semakin senang hati gue.

Gue udah dapet Kanye

Gue udah dapet CD

Gue ga dapet sepatu.

Cukuplah.

 

Kami memulai hari dengan berjalan lagi menyusuri Orchard.

Kali ini tujuannya adalah Robinson (nyokap gue ingin kesana katanya)

 

Berjalanlah kami…

 

Disini Dipo nakalnya beraksi…

Sebelumnya, mari gue kasi tau julukan gue dan Gamila untuk Dipo:

 

Dipo the Explorer

Rooney

Little Spartan

Indiana Jones

 

Semua julukan itu adalah karena dia anaknya ngotot banget

Sukanya bertualang.. jalan jalan sendiri ke tempat tempat yang belum dia jelajahin.

Kerjanya juga manjat manjat.

 

Nah ketika di Orchard, salah satu hobinya muncul…

Dorong kereta bayi.

 

Jadi dia yang dorong dan gue yang ngarahin…

 

Ngotot banget ga bisa dibilangin. Disuruh naik dan duduk diatas kereta malah ketawa tawa… seakan ngegodain bapaknya yang masih canggung membedakan galak dan disiplin.

 

Ada kalanya kami stop di satu tempat untuk nyari oleh oleh…

 

Berhubung gue ga nyari apa apa dan membiarkan para ibu ibu beli oleh oleh, jadi gue nyantai aja sambil baca koran gratis yang membahas tentang konser Kanye.

 

Ketika kami jalan lagi ada sebuah pemandangan yang lucu untuk dijadikan objek foto….

 

Hehehehehehehehe

 

Lanjut berjalan lagi, di depan Little John ada lagi mainan mobil mobilan…

 

Adem dah Dipo disana….

 

Setelah selesai ke Robinson, kami meluncur menuju MERLION PARK.

Taukan? Patung Singa setengah duyung…
Lucunya, MERLION ini resmi jadi simbol Singapore pada tahun 1979.

Tahun kelahiran gue.

Funny Coincidence.

 

Yahh itulah pokoknya.. dari titik yang sama kita bisa liat ESPLANADE.

Sebuah gedung.. euh… entah gedung apa. Kalau nggak salah sejenis Opera House kalau di Australia.

 

Gamila yang tau.

Btw, andalan Gamila sepanjang perjalanan adalah sebuah buku yang sudah kami beli di jakarta ”Lonely Planet” Singapore.

 

Gamila sudah baca baca beberapa hari sebelum berangkat dan ketika di Singapore udah kayak tour guide.

She’s great in memorizing stuffs.

She’s great in reading maps.

 

Anyway….

 

Katanya belum ke Singapore kalau ga kesitu…

 

Yaaa, kayak belum ke Bandung kalau belum ke REF Basketball Clothing di GOR C-tra Arena, Cikutra.

 

Hehehehe

 

Setelah dari sana, berhubung sudah lapar, maka kami menuju sebuah restoran yang sifatnya historis buat gue….

 

Salah satu unsur dari Singapore yang tidak pernah hilang dari hidup gue selain tulisan Singapore pada KTP gue, adalah sebuah makanan bernama CHEE POW KAI.

 

Ibu gue paling tidak  setahun sekali masak makanan ini dan gue SUKAAAAA sekali.

 

Nah, kami kemarin menuju sebuah restoran tempat nyokap gue makan Chee Pow Kai ini untuk pertama kali…

Namanya Union Farm.

Sudah berdiri 50 tahun.

 

Sebenarnya yang dimaksud dengan Chee Pow Kai adalah ayam yang sudah dibumbui khusus, dibungkus dengan kertas minyak, dan di goreng dengan kertasnya langsung…

Pas makan, kertasnya dibuka dan ayamnya dimakanin…

Biasanya, makannya sama bihun yang warnanya rada pucat kayak belum mateng tapi kalau dimakan rasanya enak banget.

 

Berhubung kecapekan, di restoran sederhana itu, Dipo tidur ditemenin sama Elmo.

 

Dari sana, baru kami jalan lagi menuju rumah lama kami…

GREEN LEAF AVENUE.

 

Dari jalan utama Holland Road, belok ke kiri… dan gue memasuki sebuah area perumahan dengan nama Green Leaf. Ada Green Leaf Grove, Green Leaf Road, Green Leaf apapun lah.. termasuk… Green Leaf Avenue.

 

Nyokap gue lupa nomor rumahnya, bokap gue bilang kalau nggak 17 mungkin 73….

 

Rumah disana nggak ada yang sampe nomor 73 maka sasaran kami menuju rumah nomor 17…

 

Ternyata…

 

This is it.

 

This was my home.

 

Gue inget banget pagar kawat ini….

 

Disamping gue ada anak Jepang… selalu ngajak gue ngobrol dengan bahasa jepang dari dalam halaman rumahnya… entah dia ngomong apa…

 

Im here finally…

 

Di dalam yang punya rumah kebingungan ngeliatin orang foto foto di rumah dia. Hehehehe….

 

Im happy.

 

Finally on the final day, i am finally BACK TO WHERE I CAME FROM.

This place hold a lot of memories.

Memories when I was a kid

Now im with my kid.

 

Mission accomplished.

 

Im ready to go home.

 

Sekarang setelah semua berlalu, gue semakin merasa, sejujurnya, tidak ada yang sangat spesial dari tempat ini.

Mungkin dulu.

Sekarang biasa aja.

Orang udah ga belanja lagi disini nampaknya karena terlihat bahwa semua yang mereka tawarkan sudah ada di Jakarta.

Yang ga ada , mungkin akan ada dalam waktu dekat.

 

Sisanya, mereka sama kayak kita, Cuma aja lebih bagus.

 

Nah masalah lebih bagus ini penting menurut gue.

 

Ini masalah rasa. Masalah hati. Masalah hal hal yang akan selalu nempel dibenak orang orang…

 

Menurut gue Jakarta punya potensi luar biasa untuk mengalahkan Singapore.

Maybe we will oneday.

 

Infrastruktur harus siap termasuk busway (yes, i said busway) monorail, subway, whatever that shyt.

Trotoar yang bagus.

 

Kata mertua gue, di negri kita, yang harusnya jadi trotar dijadikan bagian dari bangunan sehingga nilai jual bangunan atau propertinya jadi lebih tinggi…

 

Akhirnya trotoar kita sempit sempit.

 

Jaman sekarang bule pasti lebih doyan ke Kemang untuk belanja dan jalan jalan…

Dari restoran, budaya, furniture, lukisan, cafe, semuanya ada DAN lebih murah pasti.

Cuman aja, gue kasian ketika melihat mereka jalan dengan repot.

 

Trotoarnya suka bikin repot gitu.

 

Nggak ramah pejalan kaki.

 

Nggak ramah keluarga karena keluarga ga bisa bawa baby stroller.

 

Nggak ramah pengguna kursi roda (bahkan cenderung diskriminatif menurut gue) karena dimana mana di Jakarta ga ada ramp.

 

Bayangin kalau elo pengguna kursi roda dan elo pengen mandiri jalan keliling Jakarta. Gimana caranya elo naik busway?

 

Di singapore gue liat semua orang bisa kemana mana dengan enak.

 

Walaupun memang ada beberapa tempat yang ga ada ramp tapi masih lebih banyak tersedia daripada Jakarta.

 

Gini aja deh. Coba bandingin SEMUA MALL atau sejenisnya di Jakarta… kemudian elo pergi ke Mal Kelapa Gading (bukan mau promosi ya) bayangkan kalau elo bawa nenek elo yang udah tua, baby stroller atau pengguna kursi roda.

 

Mana yang enak?

 

Sedikir provokasi dari gue diakhir L.A.W. ini…

 

Gue sih optimis.

Selama masih ada orang yang merasa penting untuk bersuara dan kritis terhadap hal hal yang perlu diperbaiki, Jakarta, Indonesia akan bisa mengalahkan Singapore sebagai destinasi belanja.

 

Ditambah kita punya Budaya.

 

Orang Singapore aja bahasa resminya entah apa.

Mereka ngomong pake Singlish yg aneh, atau melayu atau india…

 

Gimana caranya mereka bersatu kalau mereka ga punya alat pemersatu seperti bahasa persatuan?

 

Bottom line, dengan jumlah penduduk seperti mereka, luas negara seperti mereka, harusnya mereka bisa lebih baik dari yang kemarin gue liat…

 

Kendatipun begitu.

 

Gue masih sangat sangat senang ke Singapore.

Akhirnya, gue berlibur juga