Bersama Keluarga

Sesampainya di rumah setelah manggung di Habis Gelap Terbitlah Tawa, saya langsung duduk di pinggir tempat tidurnya Dipo. Anak pertama kami yang 8 mei tahun ini akan berumur 6 tahun. Saya merasa sangat sangat bersalah. Bukan karena saya harus kerja dan meninggalkan dia, itu sih sudah cukup sering.

Kemarin, ada sebuah kejadian yang membekas di benak saya.

Setelah menjemput saya mengajar Airborn, saya diantar sekeluarga ke Balai Kartini. Istri dan 2 anak kami. Lengkap. Saya harus bersiap dari jam 4 sore karena musti sound check, dll.

Nusa Indah Theatre, tempat acara dilangsungkan, adalah teater berkapasitas sekitar 1100 kursi. Baru saja dilengkap dengan lighting dan sound system terbaru dan panggungnyapun baru diperluas. Ketika saya ke sana sebelumnya untuk survey, fasilitas baru itu belum ada. Maka saya tertegun melihat penambahan di Nusa Indah Theatre tersebut. Ternyata, sore itu bukan hanya saya yang terkesima.

Saya mencoba mikrofon, mencoba alur pembukaan saya dari lampu mati, musik bermain, follow spot menghajar saya, lalu berlari menujuu panggung dari arah penonton. Dari atas panggung, saya lihat Dipo duduk di kursi penonton dengan wajahyang terlihat sangat tertarik dengan pemandangan yang dia lihat. Saya datangi dan bertanya, “Dipo mau naik ke atas panggung?”

“Sama Ayah..” katanya sambil merangkul tangan saya dengan suara yang dibaluti madu.

Di panggung dia tampak sedikit canggung. Cengar cengir sambil ngajak panitian yang lagi duduk di baris depan ngobrol. Saya minta dia menunggu di atas panggung, sementara saya mondar mandir melatih pembukaan saya.

Setiap kali saya lari dan sampai di panggung, Dipo selalu merangkul atau menggandeng tangan saya.

I think he was having fun.

Setelah selesai semua persiapan, mereka beranjak balik ke rumah. Saya mengantar mereka sampai parkiran dan melepas mereka pulang. Ketika masuk mobil, Dipo ternyata marah marah. Wajahnya terlihat sangat kecewa dan hampir menangis.

“Aku boleh kerja untuk Ayah ga?”

“Kerja untuk Ayah?” tanya saya

“Iya aku mau kerja untuk Ayah..”

“Nanti aja ya nak, kamu belajar dulu yang pintar. Nanti kalau udah besar, kamu kerja untuk Ayah”

“Tapi aku ga mau pulang, aku mau sama Ayah aja skarang”

“Nggak bisa nak” jawab saya “Nanti ga ada yang ngurus kamu. Mama kan harus pulang sama adek Shira..”

Wajahnya semakin kecewa, kemudian dengan nada hampir nangis Dipo teriak..

“But I wanna see you. I wanna learn from you. I wanna be like you!”

……

Saya tertegun. Tidak bisa langsung menjawab.

Mamanya menenangkan Dipo dengan halus dan menjelaskan bahwa saat itu bukan waktu yang tepat, mungkin lain kali

Saya kemudian berkata “Thank you so much Dipo. Tapi sekarang, Dipo harus pulang. Dipo musti siap siap, belajar dulu, baca dan tulis, nanti kita kerja sama sama, and you can be like me. If you want to”

Dipo menjawab “Okay”

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke mainannya dan seketika senyumnya kembali.

Mobil pergi meninggalkan saya, dan ucapan Dipo tadi menempel di benak saya sepanjang sisa hari tersebut.

Saya sebenarnya tidak berharap Dipo untuk harus mengikuti jalan karir saya, tapi kalau dia mau, itu pilihan yang bisa dia ambil. Tapi mendengar Dipo mengucapkan kalimat tadi membuat saya merasa, bahwa pencapaian saya adalah pencapaian orang orang yang saya sayangi. Perhaps he’s proud of me. That makes me very very happy. I understand now.

I have to be great.

I have to be awesome.

I have to succeed.

I have to progress.

Setiap langkah maju yang saya ambil, adalah langkah bersama dengan keluarga saya.

Kami Wongsoyudan, takdir kami adalah untuk berjuang.

Kini, saya memulai perjuangan baru.

Mesakke Bangsaku adalah nama pertunjukan spesial terbaru saya dan saya akan kembali tur, keliling Indonesia.

Perjalanan tur Mesakke Bangsaku ini seperti biasanya, akan berakhir di Jakarta. 

21 Desember 2013

Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Malam itu, Dipo akan saya ajak. Malam itu, saya akan bersama keluarga.

blogpost

 

 

 

 

 

 

15 thoughts on “Bersama Keluarga”

  1. Pagi ini saya dibuat terharu dengan membaca tulisan mas Pandji.
    Smoga berkat Tuhan selalu hadir bersama mas Pandji sekeluarga, dan keinginan Dipo bs segera terwujud. 😀

  2. aiih.. Dipo mirip mamanya banget yaaa..
    Katanya anak cowok akan lebih ganteng dan menawan kalo lebih mirip mamanya dibanding lebih mirip papanya.. hehehe…

    *unyel2 my 10mo boy supaya makin mirip akuuuh.. hehehehe…

  3. Aiiiih, Dipo is such a sweet son. Seneng liat keluarga yang kompak kayak gini.. Good luck buat pertunjukan Mesakke Bangsaku nya ya bang! tur-nya sampe ke Semarang nggak ya?

  4. what incredible dipo. pinter banget, umur segitu dah ngerti klo kerjaan ayahnya “spesial”…
    eia bang,, pertunjukan Mesakke Bangsaku sampe ke Makassar gak bang??
    pengen banget banget nonton niii

  5. Nangis dong gw bacanyaa T.T
    Semoga Dipo bisa mencapai cita-citanya.
    Dan semoga suatu saat nanti, gw akan dibanggakan seperti itu oleh anak gw. Amniinn..

  6. Om panjdi Kalo beli dvd film hope dimana ya…?
    Film nya udh lama sih tp saya belum nonton,,,,
    Semoga masih ad Yg jual ya…
    Terimaksih…

  7. tetsan air mata cukup menggambarkan bagaimana isi tulisan di atas
    ga ada yang lebih membanggakan ketika seorang anak ingin menjadi seperti ayahnya (asal bapaknya bener)
    GOD BLESS YOUR FAMILY

  8. Oh.. ini Dipo yang ngecak pinggang di tengah orang ngaji samil bilang ‘This place smell disgusting..’ :p

  9. Dipoooooooooooooooooooooo :’)
    Beneran keluar air mata pas baca ini. Dipo baru umur segitu tapi pemikirannya sudah sampai kesana. Salut sama Dipo. Semoga Dipo bener-bener bisa menjadi kebanggaan mas Pandji dan mba Gamila amin 🙂
    Btw, aku bakal nonton Mesakke Bangsaku yang Bekasi kalo ga yang Jakarta 😀

  10. ga nyangka anak sekecil Dipo udah ngerti ttg kabanggaan akan ayahnya. He’ll become an awesome man, i’m sure.

  11. Baca ini rasanya ada yg nyangkut di tenggorokan,sakit.
    “But I wanna see you. I wanna learn from you. I wanna be like you!” Terharu bgt bacanya. Buah ngga akan jatuh jauh dari pohonnya. Dipo begitu karna didikan om pandji juga. Nice!

  12. Sudah cukup lama baca post ini, dan selalu keingetan. Hari ini bela-belain cari post ini karna diotak selalu kepikiran “kayaknya pernah ada post soal dipo yg mau dateng deh”.
    Sedikit sedih melihat betapa hebatnya Mesakke Bangsaku kemarin dan sudah semangat banget datang karna tau akan liat ekspresi Dipo setelah nonton pertunjukkan luar biasa itu pasti unpredictable. Sayangnya dia gajadi datang, mungkin lain kali. :’)
    Salam om untuk Dipo, memang kadang orang nggak cuma harus tau bagaimana orang tua bangga sama anaknya, tapi bagaimana sebenarnya anak jg punya cara sendiri selalu banggain orangtuanya itu juga penting 🙂

Comments are closed.