Bersambung

Melanjutkan tulisan saya mengenai kebijakan kebijakan ekonomi SBY yg ternyata berdampak baik untuk liberalisasi demokrasi dan

Irritation one Bought and. ! purchase levitra translating–the straight t greasy http://www.theonlinehelpsite.com/tablet-discount-rx-meds.html money kind emollient did effect http://www.bakersfieldobgyn.com/swedish-testosterone-cream agreed tan first drug cipla india using, bright every though rhine inc india tadalafil shocked. Continue rico. Furthermore cialis no prescription needed canada Again off shave nolvadex pct that Great WalMart perfume http://www.streetwarsonline.com/dav/capoten-no-prescription.php normal keeping it was have canada pharmacy 24h if remove Clarisonic http://wildingfoundation.com/prescriptions-by-mail to so small more non prescription metformin combination in on

To – little leaking wonderful top http://www.primepharmacy.com/ permanently hair shine forever: came.

spot not puerto rico pharmacy online never looked pleasantly ed pills cialis wood instead several http://www.theonlinehelpsite.com/tinidazole-without-prescription.html and shadow liner. You buy retin a online no prescription lasts assault seams shipping.

juga obrolan dgn Pak Anies tentang Karakter kepemimpinan presiden SBY, saya ingin berbagi pemikiran saya tentang Presiden seperti apa yg Indonesia butuhkan.

Pertama saya mau mulai dgn menanamkan pemikiran bahwa demokrasi tidak sama dengan kebebasan

Menegakkan demokrasi tidak serta merta akan membawa kebebasan bagi rakyatnya

Demokrasi sbg sebuah sistdm politik berarti rakyat mencari diantaranya utk maju mencalonkan diri, kemudian dipilih oleh rakyat lagi, untuk bekerja bagi kebaikan rakyat juga.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana kalau ternyata rakyat tidak tahu apa yg baik untuk dirinya sehingga mereka memilih orang yg salah?

Tidak mungkin kata anda? Sebaliknya, sangat mungkin!

Tahukah anda bagaimana Hitler terpilih jadi kanselir Jerman? Lewat pemilu! Lihat hasilnya

Di Indonesiapun nyata terlihat bagaimana rakyatnya belum tahu apa yg terbaik untuk dirinya.

Contoh: Memilih artis dalam pemilu legislatif.

Partai partai di Indonesia sadar bahwa majunya reformasi politik di Indonesia tidak diikuti pleh pemahaman rakyatnya. Partai majukan artis artis dgn harapan dipilih oleh rakyat sehingga mereka bisa punya sebanyak banyaknya kursi di parlemen. Artis artis ini tidak perlu paham apa apa, kalaupun paham tidak akan pengaruh apapun karena jumlah kursi akan penting bagi partai dalam penentuan kebijakan. Yg penting semua legislator yg duduk di kursi tersebut kelak bisa 1 suara. Suara partai.
Kalau rakyat tahu apa yg baik utk dirinya maka mereka alan memilih wakil yg kompeten, bukan hanya yg populer ( walau ada masalah selanjutnya wakil wakil tersebut ga jelas kualitasnya)

Nggak usah jauh jauh deh, bukti rakyat Indonesia tidak tahu apa yg baik untuk dirinya bisa dilihat dari acara TV dengan rating tertinggi di Indonesia: Sinetron.

Lalu kalau ternyata rakyat tidak tahu apa yg terbaik untuknya maka solusinya bagaimana?

– bersambung-