Ada yang mau komentar?
Ada yang mau komplen?
Ada yang penasaran mengapa gue memilih untuk golput?
Sebelum gue mulai, gue mau ngasi tau bahwa gue sudah terdaftar.
Jadi gue melakukan hal hal yang perlu dilakukan untk menjadi pemilih yang valid.
Tapi gue berkeputusan untuk golput.
Mengapa?
Pertama tama, gue kecewa karena calon gubernur kita tidak bisa menemukan cara untuk berkampanye tanpa mengotori kota yang dia sumpah akan dia rapihkan.
Mereka menyuarakan keberadaan mereka dengan mengotori kaki kaki fly over, menempeli tembok tembok bangunan, merusak pohon dengan mengotorinya, poster, flyers, dimana mana.
Ini dilematis sekali, mereka menyerukan Jakarta untuk memilih mereka, berjanji akan merapihkan kota Jakarta, dengan cara mengotori kota Jakarta.
Perbuatan mereka bertolak belakang dengan perkataan mereka!
Kalau dalam konteks kecil saja gagal, bagaimana kalau sudah jadi Gubernur?
Gue tahu bahwa ini bukan kerjaan mereka langsung tapi orang yang menjadi pelaksana dibawah mereka, tapi ini justru membawa gue ke alasan ke 2.
Kalau mereka tidak bisa memimpin orang yang jelas jelas bekerja untuk mereka, bagaimana mereka mau memimpin belasan juta rakyat kota Jakarta yang tidak semua bekerja untuk mereka, bahkan mungkin tidak menyukai mereka!
Yang bertanggung jawab akan materi promosi dan penempelannya pasti bekerja di bawah calon gubernur masing masing.
Kenapa anak buahnya sendiri bisa melakukan pengotoran kota?
3 hari yang lalu gue baca koran dan isinya, kampanye kedua kubu selama masa kampanye telah melakukan lebih dari 1000 pelanggaran lalu lintas termasuk didalamnya menerobos lampu merah, naik motor bertiga, naik motor ga pake helm, naik naik atap bis kota, motor masuk jalur cepat, dll.
Ini adalah anak anak buah mereka, simpatisan mereka, para calon gubernur.
Dan calon gubernur kita ini tidak bisa mengatur anak anak buah mereka sendiri yang sudah jelas jelas memilih mereka dan akan menuruti apapun kemauan calon gubuernur pilihan mereka!
Yet they stil made over 1000 violation!!!
Ini belum termasuk kampanye hari terakhir yang terjadi Jumat kemarin.
Seluruh kota macet total.
Sementara hari ini (Sabtu 4 agustus) gue baca koran mereka berjanji akan mengurangi kemacetan!
Apa mereka kurang paham perbedaan dari kata “mengurangi” dan “menambahkan”?
Karena apa yang terjadi kemarin adalah penambahan alasan kemacetan!
Kenapa mereka ga bilang
“Hey simpatisanku yang akan memilihku apapun yang terjadi, ini hari terakhir kita, mari kita lakukan dengan baik. Ga usah kampanye, kita fokus di lokasi kita saat ini saja (Fauzi di Soemantri Kuningan, Adang di Parkir Timur) kita bikin karnaval dan kita ramaikan tempat ini. Kita ajak semua orang yang mendukung kita untuk datang kesini. Jangan bikin macet, jangan bikin ramai jalanan, jangan buang emisi gas buang yang berlebihan, jangan memanaskan bumi kita, ingat global warming”
Kenapa tidak?
Alasan ke 3.
Gue sangat takut dengan dukungan partai partai politik kepada tiap calon gubernur.
Dukungan itu adalah piutang.
Hutang dukungan harus dibayarkan oleh Gubernur ketika menjawab nanti.
Seberapa besar Gubernur ini bisa menjamin bahwa keputusan dan tindak tanduknya itu akan pasti bersih dari “tumpangan” orang lain atau partai lain?
Gubernur harus independen, ga boleh ditumpangi kebutuhan partai.
Gue ga mau memilih Gubernur yang punya utang budi sama partai politik.
Alasan ke 4 adalah ketidak mampuan mereka dalam menerangkan dengan pasti bagaimana cara mereka akan meraih tujuan mereka.
Mudah sekali untuk bilang MENURUNKAN ANGKA KEMISKINAN, MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN, MENANGGULANGI BANJIR.
Semua orang bisa bicara seperti itu tapi tidak semua orang tahu caranya.
Kalau mereka memang tahu, seharusnya tunjukkan bahwa mereka tahu.
Junichiro Koizumi ketika masih menjabat sebagai PM Jepang pernah bilang, mudah untuk menentukan tujuan, tapi yang susah dan justru penting adalah melakukan langkahnya.
Gue baca setiap hari janji janji dan program mereka di koran Tempo.
Ternyata (kalau elo baca maka elo pasti akan sadari juga) apa yang mereka janjikan itu kurang lebihnya serupa.
Pertanyaan gue, kalau memang tujuan dan cara mencapainya sama, lalu apa bedanya gue pilih Fauzi Bowo atau Adang Darajatun?
Apa bedanya kalau gue tidak pilih mereka?
Toh salah satu akan jadi Gubernur dan itu tidak apa apa. Karena keduanya sama sama punya cara yang sama dalam menanggulangi banjir, mengurangi kemacetan, dll.
Apakah perbedaannya ada pada kemampuan melakukan eksekusi?
Kubu Foke akan bilang “Kami lebih mampu dalam mengeksekusi janji kami, karena kami sudah berpengalaman”
Kubu Adang juga akan membalas dan berdalih sama.
Faktanya:
- JAKARTA YANG TAMBAH MACET GARA GARA KAMPANYE
- KERUGIAN WAKTU YANG DIDERITA MEREKA YANG KENA MACET.
- KERUGIAN MATERI BERUPA UANG UTK BELI BENSIN YANG TERBUANG KENA MACET
- KERUGIAN BERUPA GAS EMISI BUANG YANG MENGOTORI UDARA KOTA JAKARTA DAN MENAMBAH EFEK GLOBAL WARMING
- KEGAGALAN MEREKA DALAM MEMIMPIN SIMPATISANNYA SENDIRI YANG BERAKIBAT KEPADA:
- PENGOTORAN KOTA JAKARTA DENGAN POSTER DAN FLYER YANG MENEMPEL DI TEMBOK DAN DINDING.
- PELANGGARAN LALU LINTAS OLEH PENDUKUNG MASING MASING
Membuktikan bahwa kedua kubu sama sama LEMAH dalam eksekusi.
Kampanye adalah masa untuk mempromosikan diri dan memberikan kesan kepada rakyat Jakarta.
Kesan buruk adalah yang menempel di gue.
Salah gue kalau mereka tidak bisa meyakinkan gue untuk memilih mereka?
Gue selalu berusaha untuk jadi orang yang konsekuen.
Kalau gue pilih A, maka gue akan tetap memilih A. Apapun yang terjadi, gue akan dukung A.
Gue pilih SBY, gue dukung beliau terus. Apapun kata orang, apapun kata media, gue tetap pegang omongan gue, dan gue dukung beliau.
Tapi gue ga bisa melakukan hal yang sama dengan 2 kandidat Guberur ini.
Mereka mengecewakan gue.
Gue ga mau memilih gubernur A dan kecewa belakangan dan menarik dukungan gue.
Karena itu gue memilih untuk tidak mendukung keduanya.
Kalau ada yang memaksa gue untuk tetap ikut mencoblos dan berlawanan dengan nurani dan perkataan gue, maka gue berarti akan berbohong.
Ada yang mau nanggung dosanya?