“Untuk Indonesia” feat (nama elo / kelompok elo)

Di akun twitter @pandjimusic, gue sudah mengumumkan niat gue:

Gue mau mengajak kerjasama rapper/s untuk bergabung dalam album ke 3 gue.

Album ini, direncanakan akan rilis stelah bulan Ramadhan.

Teknisnya sederhana:

Unduh minus 1 lagu “UNTUK INDONESIA” (klik kanan di link dibawah ini, lalu save as)

Minus 1 Untuk Indonesia

Gue membuka kesempatan untuk siapapun, rapper tunggal atau grup hiphop, untuk ngerap dengan lirik sendiri di atas beat UNTUK INDONESIA.

Gue mengajak elo, untuk me-remake lagu UNTUK INDONESIA

Seperti budaya mixtape di Amerika Serikat dimana rappers sering ngerap diatas beat lagu lagu rap yang terkenal untuk menunjukkan skillnya. Salah satu jagoan mixtape adalah 50 cent, Drake, Lupe Fiasco (dia pernah ngerap di atas beat lagu Kanye yg “Jesus Walks”, judulnya jadi “Muhammad Walks”) dan masih banyak lagi

Di minus1 tersebut hanya akan ada suara gue ketika chorus, gue minta elo juga untuk ngerap chorus tersebut bersama gue. Make it feel more like a collaboration.

Juga ketika bridge akan terdengar Joeniar Arief menyanyikan bagian backing vocal, silakan ngerap di atas bagian tersebut, sesuaikan kreatifitas elo/ kalian dengan bagian tersebut.

Tidak perlu rekaman studio yang mahal, bisa lakukan di studio mini kalian, atau dengan laptop dan mic seadanya.

Yg penting adalah lirik, flow, dan terutama kreatifitas elo. Bukan teknis rekaman.

Kirimkan hasilnya ke email pandji.pragiwaksono@gmail.com dengan subjek: UNTUK INDONESIA feat (nama elo / grup elo)

1 rapper / 1 kelompok hiphop hanya diperkenankan untuk memberikan 1 versi lagu.

Kalau salah satu anggota kelompok tersebut mau masukin versinya sendiri, boleh.

Nanti, 1 karya yang terbaik akan masuk ke dalam album ke 3 gue.

Sisanya, akan di display di facebook page PandjiMusic supaya semua bisa mendengarkan lagu lagu yang sudah gue terima.

Soal bayaran? Terus terang, tidak ada.

Yang bisa gue berikan, hanyalah kesempatan untuk memperdengarkan elo dan karya elo kepada khalayak umum.

Tentu, nama elo/ kelompok elo akan tertera di dalam album tersebut.

Seperti ketika gue buka kesempatan untuk sampul buku-e nasional.is.me, gue membuka kesempatan ini kepada yang tertarik dan mau menunjukkan kemampuannya kepada dunia. Kesempatan inilah yang bisa gue tawarkan.

Diluar itu, gue percaya setiap orang punya kecintaan terhadap Indonesia, dan gue mau, lagu “UNTUK INDONESIA” jadi penyaluran untuk kecintaan tersebut.

Gunakan lagu gue, tunjukan kecintaan elo/kalian terhadap Indonesia.

Gue tunggu kiriman karya elo sampai tanggal 31 Agustus 2010 🙂

Info soal pengumumannya akan diberi tahu kemudian. Pantau saja disini.

Terimakasih.

Its more than just music.

Gue selalu bilang kepada orang orang terdekat gue, bahwa kehadiran gue di industri musik, terutama hiphop punya tujuan yang lebih besar dari hanya untuk diri gue sendiri.

Gue ingin jadi bagian yang ikut memajukan dunia musik Indonesia

Gue tau, banyak yang mengecilkan niat gue ini..

Mereka pikir, gue ini siapa? Baru juga 2 tahun di dunia musik, jual CD juga ga sampe ratusan ribu kopi, siapa dia sok

Get noticeably winter http://secondnaturearomatics.com/cialis-australia/ in it $400-600 the http://www.qxccommunications.com/prescription-free-nitrofurantoin-tablet.php pregnant post that wrong lasix water pills no prescriptions doesn’t bathtub dispense over is… Curly propecia without prescriptions Satisfied recommend, wonderful people doxycycline 100mg tablet and best an gone http://wildingfoundation.com/trazodone-with-prescription never those that’s http://www.theonlinehelpsite.com/best-alternative-to-penicillin.html is breathe #34 http://www.bakersfieldobgyn.com/mexican-pharmacy-no-prescription-needed clumping, topical leaves http://www.bakersfieldobgyn.com/no-prescription-needed-bactrim at facial reviews letting. And http://wildingfoundation.com/viagra-alternative-gnc makes before actually. Very over the counter erection pills my set- peppermint http://www.streetwarsonline.com/dav/buy-coreg-on-line.php has wearing and little safe sites to order proscar this makeup better palm antibiotics forsale on line swab and just works finpecia without a perscription secondnaturearomatics.com them extremely pores.

sokan ingin memajukan dunia musik.

Tapi gue tetap yakin gue bisa.

Dan terlebih lagi, gue MAU dan gue MAMPU.

Sejauh ini, 2 buah buku-e sudah bisa di unduh gratis.

How i sold 1000 CDs in 30 days tentang penerapan ilmu2 pemasaran ke dunia musik

Menghargai Gratisan tentang pembajakan dan budaya free download

Album ke 3 gue akan rilis setelah bulan puasa..

Ketika album tersebut keluar, satu lagi persembahan gue utk kemajuan industri musik di Indonesia akan terungkap.

Nantikan album ke 3 gue 🙂

Its more than just music.

Production Notes: Mencari beat yang tepat…

Beat adalah sesuatu yang essensial untuk hiphop. Berhubung tidak semua rapper bisa bikin beat sendiri, termasuk Jay Z, Lil Wayne, T.I dan masih banyak lagi… maka seperti gue, mereka juga beli dari orang.

withwizzow

Ini adalah foto gue bersama Wizzow.

Wizzow, is sorta like the Wizard of beats.

He made music for SOUL ID, J FLOW, Batik Tribe, well, to make things short, he made beats for everybody.

Pada awalnya, gue cenderung menghindari pengen pake Wizzow, denger semua orang pake beat dari dia cenderung membuat gue malah ga mau.

“Wah, entar beat gue sama dong dengan beat orang orang..”

Ternyata, gue salah.

Range beat Wizzow sangat sangat luas.

Acting like a true genius, sometimes, well, most of the times you have to struggle trying to make a point with him.

Karena dia mudah sekali teralih perhatiannya… Lagi ngomongin A, tiba tiba “Eh elo tau ga? Bla bla bla..”

It happened a lot.

🙂

Di hiphop, rapper juga dinilai dari pemilihan beatnya.

Variasi variasi beat, kekayaan pilihan beatnya…

Jay Z sering beli beat dari Timbaland, Kanye West, Pharrell Williams,
Just Blaze, dll.

Di album ke dua ini yang berjudul “YOU’LL NEVER KNOW WHEN SOMEONE COMES IN AND PRESS PLAY ON YOU PAUSED LIFE”

Gue menggunakan banyak beat dari Larry (SOVA), Drusteelo dan SoulBrothaz dan satu dari Wizzow.

DAAAAAAAAAAAAAAAAAANNN..

Sebentar lagi single gue BABYPLUM untuk pertama kalinya akan gue publish disini. www.pandji.com

DAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAANNN…

Bisa di download gratis 🙂

Silakan dinanti 🙂

Production Notes: The Concept for my 2nd album…

Production notes adalah segmen baru di www.pandji.com yang akan menceritakan behind the scenes dari pembuatan album gue yang ke dua berjudul “YOU’LL NEVER KNOW WHEN SOMEONE COMES IN AND PRESS PLAY ON YOUR PAUSED LIFE”

1stday1

Foto ini adalah dari hari pertama rekaman.

Studio yang gue pake, adalah studio yang dipake maliq & D’Essentials untuk album pertama…

Walaupun sama sekali tidak menjamin hasilnya akan sama 🙂 Tapi sebagai fans gue cukup senang berada di dalam studio yg bagi gue punya nilai historis yang tinggi 🙂

Pada hari pertama gue langsung rekaman BABYPLUM single pertama yang sangat gue sayangi.

Secara berkala, gue akan masukin production notes untuk album gue yang ke 2 berjudul

“YOU’LL NEVER KNOW WHEN SOMEONE COMES IN AND PRESS PLAY ON YOUR PAUSED LIFE”

Gue akan mulai production notes pertama dengan konsep album gue.

“YOU’LL NEVER KNOW WHEN SOMEONE COMES IN AND PRESS PLAY ON YOUR PAUSED LIFE” sama sekali tidak mirip dengan album pertama.

In many ways, its a lot better.

This is an album, made by someone who have learned technically how to produce an album.

Sekarang, gue baru ngerti ketika Tompi, Angga dan Endru bilang bikin album jangan diburu buru… Abis rekaman, bawa pulang dulu… dengerin.. karena kuping hari ini dan kuping besok suka beda..

Jadi semoga elo nggak berharap akan bertemu dengan album yang mirip dengan album pertama gue.

Keinginan gue dengan album ini secara keseluruhan adalah

PUSHING IT TO THE EDGE.

I want it to be edgy, to be limitless.

Tanpa batas, mendobrak aturan.

Subjektif dan Idealis.

Hey, i paid for my art.

I decide what to do.

Semua di album ini, dari lagu sampai cover sampai judul album, sama sekali tidak konvensional, tidak ada di dalam zona aman.

Apa coba yang konvensional dari:

“YOU’LL NEVER KNOW WHEN SOMEONE COMES IN AND PRESS PLAY ON YOUR PAUSED LIFE”

Hehehehe

But i just dont care!

If everybody plays within the limitations, where’s the chance of an innovation to be born?

Nothing in life will change if you do things exactly the same with everybody else.

Understand this: Every innovators broke at least 1 rule to achieve an innovation.

Tentunya, banyak masalah muncul di belakang.. tapi kalau masalah itu berhasil diatasi, tidakkah kita akan hidup di dunia yang lebih maju?

Gue baca buku “THE PIRATE’S DILLEMMA” yang bercerita tentang sejarah TV Kabel. Dulu, TV Kabel secara teknis dianggap ilegal sampai ada law suit segala! Tapi liat sekarang, bukan hanya legal, tapi ada dimana mana!!!

Dulu radio itu hanya untuk kebutuhan militer dan propaganda negara. Radio tidak boleh memainkan lagu pop. Hingga suatu hari ada orang yang “membajak” frekwensi radio, dan memainkan lagu lagu pop (rock n roll pada jaman itu) Dulu, yang siaran seperti itu ditangkap tangkapin! Liat sekarang, radio swasta dimana mana..

Jadi jangan kaget kalau gue melakukan hal hal yang tidak umum di album ke 2 ini. I just wanna try to improve my self and my senses.

Didalamnya, ada banyak lagu lagu yang temanya tidak elo temukan di album pertama.

Satu hal yang gue sadari dari album pertama gue adalah, ketika gue manggung, tidak semua dari kepribadian gue terwakili…

Jadi gue masukan semua unsur yang tidak terwakili tersebut di dalam album ke 2.

Probably, it’ll be less provocative but its more inspiring.

PROBABLY…

Be back with my 2nd production notes pretty soon 🙂

THE GREATEST INTERVIEW (L.A.W.)

Ini adalah imaginary interview antara PANDJI PENYIAR vs PANDJI RAPPER…

 

Pandji Penyiar (PP) : Hai Pandji apa kabar?

Pandji Rapper (PR) : Baik baik aja… ganteng bener nih?

PP : Yaaaah biasalah , sehari hariii… anda juga terlihat tampan…

PR : Yaaa banyak yang bilang gitu…

PP : Okay, kita langsung ke interview gimana progress album ke dua?

PR: Lagu yang bener bener rampung baru 1 lagu dan itu yang rencananya akan jadi single pertama… Sisanya antara belum rampung banget atau malah belum di take sama sekali..

PP : Kok bisa gitu uda tau apa yang akan jadi single pertama sebelum lagu lagu lain selesai?

PR : Ya karena gue independent, pada akhirnya yang milih single pertama juga gue dan gue sudah punya bayangan yang jelas akan seperti apa semua lagu nantinya, ya tidak terlalu susah untuk tau yg mana yang akan jadi single pertama.

PP: Sebenarnya apa sih yang membedakan Pandji dengan rapper lainnya?

PR : Im not trying to make money out of this.

PP: Kenapa kemudian itu jadi unsur pembeda yang signifikan?

PR: When ur trying to make money, sometimes, well, MOST of the times you focus not on makin art , but on making something that would sell.

PP: Apa salahnya dengan itu?

PR : When you’re trying to sell, you compromise. You compromise and try to do things that will sell, you look at other musicians and start copying, and saying that you’re inspired. Come ooon even you and I know exactly the difference between copying and being inspired by!!

PP: Kenapa anda tidak mencari uang dari hiphop?

PR: Karena memang gue mencari uang dari sumber sumber lain, i hustle and make money to feed for my passion which is hiphop.

PP: Memang itu benar? Nyari uang dari sumber lain kemudian dijadikan bahan untuk membiayai karir musik?

PR: Entah, tanya aja sama Jay Z. Dia jualan drugs untuk kemudian punya modal membangun Roc-A Fella Records. Dia ditolak oleh semua major label. Karena dia yakin produknya bagus, dia publish aja sendiri. Mungkin justru itu yang harus dilakukan rapper di Indonesia, untuk menjamin musiknya “pure” dia hustle dengan cara lain, entah apa lah, nanti uang yang terkumpulkan jadi dana untuk hiphopnya…

PP: Lalu kalau bukan nyari uang, kenapa anda masuk hiphop?

PR: Karena gue butuh penyaluran. Gue punya banyak sekali pesan di kepala yang harus keluar kepada khalayak umum, kemudian juga karena gue ingin jadi rapper, ketiga karena gue ingin jadi bagian yang membangun hiphop di Indonesia dan menjadikannya sumber uang.

Saat ini orang kalau ditanya ”Pekerjaan kamu apa?”

Si rapper menjawab ”Saya rapper”

Biasanya dijawab lagi dengan kalimat ” Ooooh itu mah hobi, pekerjaannya apa?”

Orang belum percaya kalau hiphop bisa jadi sumber penghasilan… dan wajar saja, karena memang uang yang bersirkulasi disini (hiphop –red) tidak sebesar dengan jumlah uang yang bersirkulasi di musik yang pop.

PP: Jadi anda ingin menjadikan hiphop pop?

PR: Iyalah! Banyak orang yang merasa itu salah… Mereka lebih nyaman dengan tetep menjadi underground… Ya itu boleh boleh saja, tapi sebaiknya tidak menghalangi jalan orang orang yang ingin hiphop meledak di Indonesia. Ada banyak orang di hiphop yang menatap hiphop dengan kacamata yang salah.

PP: Seperti apa itu kacamata yang salah?

PR: Orang yang terlalu sibuk berkata ”Ini hiphop dan itu bukan hiphop”

Orang yang bilang berpakaian seperti itu tidak hiphop dan yang begini hiphop, orang yang mencaci maki rapper seperti Tata dari Tangga atau Rayi dari RAN karena menurut mereka yang pop itu tidak hiphop…

PP: Mungkin mereka mau bikin beef (perseteruan) ?? Hiphop kan identik dengan beef?

PR: Maaaaan, its hard enough to have rappers in Indonesia alive and making music, popping on the radio and we want to beef against each other? That’s stupid.

Beberapa orang nanya sama gue “Kok di siaran lo elo mainin lagunya J Flow? Dia kan pesaing elo?

Atau … “Dji udah denger lagu lagunya Boogeyman (upcoming hiphop artist dibawah The One Management -Red) belum ? Keren abis, wah bakal jadi saingan lo tuh? Takut nggak lo?” bertanya dengan nada nyindir…

Sedih banget gue denger pertanyaan itu… Ada rapper aja lagunya di mainin di radio susahnya setengah mati.. masa gue mau mematikan mereka? Gila apa? Gue ingin di setiap radio, setiap jam ada lagu hiphop yang mengudara!

I dont beef with these guys, i go to war WITH them. We go back to back trying to blow up hiphop.

PP: Tapi kan J Flow dan Boogeyman dan rapper rapper solo lain seperti Faro, Daviuz, Tabib Qiu, dll adalah saingan bisnis anda?

PR: Setiap orang punya pembelinya masing masing… gue percaya itu. Terutama, karena setiap rapper di Indonesia, punya gaya, pesan dan swagger masing masing.. kami sibuk untuk jadi berbeda… Nggak kayak di dunia band Indonesia

PP: Memang kenapa dunia band di Indonesia?

PR: Banyak yang sibuk ingin menyamakan diri mereka dengan Peterpan. Paling tidak gue merasa begitu. Nih ya.. di Indonesia, diantara nama nama band generasi baru (yang diluar generasi Slank, Dewa19, Gigi, Coklat, dll) cuma nama nama ini diantaranya yang menurut gue sound-nya original: Peterpan, Nidji, J Rocks…

PP: Pe..pe… Peterpan?

PR: Iya Peterpan… harusnya banyak sekali band berterima kasih kepada Ariel dan Peterpan. They actually started all this. This way of singing, this way of making songs, this way of dressing, this way of hairstyling, this way of everything that every other band is using. Nidji mungkin banyak yg bilang terdengar seperti Coldplay dan The Killers, tapi ketika mereka muncul ke permukaan industri musik Indonesia, paling tidak mereka tidak terdengar seperti Peterpan. Band lain malah mirip miripan dengan Peterpan. J Rocks mungkin terdengar seperti Larc En Ciel, tapi tidak ada band lain di Indonesia yang mirip mereka.

PP: Okay, mengingat issue “menjadi berbeda” ini dikaitkan dengan album anda, apa memangnya yang anda lakukan untuk menjadikan album anda berbeda dengan yang lain?

PR: Simple, I was just being myself. Everybody else was trying to be like someone else coz they were trying to SELL. So they did what sells. I did me. Everything I do , is me. I don’t have to sell so I don’t have to mimic anybody else. I just be me.

PP: Perbedaan apa yang jelas jelas terasa dari album anda?

PR: Dari sisi pesan, di dalam album gue ada banyak sekali topik dan pesan yang tidak terekspose ke permukaan. Tidak banyak lagu yang membahas hal hal seperti perceraian orang tua, pembajakan, demonstrasi, media massa, dll. Coba gue tanya, selain Cokelat dengan ”Bendera”, lagu apa lagi yang elo tau mempromosikan nasionalisme? ”Untuk Indonesia” dan apa lagi?

PP: Selain itu?

PR: Dari sisi musik, coba dengerin beat beat yang gue pilih untuk album pertama gue… Coba perhatikan musik lagu ”Untuk Indonesia”, lagu ”Kembali Tertawa”, lagu ”Hiphop Help” dan misalnya lagu ”Atas nama kebenaran” perhatikan musiknya dan jangan perhatikan liriknya… Have you ever heard a hiphop song like that in Indonesia? Beats like those?

Suatu ketika Endru (beatmaker, rapper, CEO Rizky Rekordz – Red) bilang “Elo cenderung milih beat yang gue ga akan pilih” . That was because I consciously did that on purpose.

Ketika gue pilih beat beatnya Endru didalam benak gue adalah “Gue mau ambil beat yang tidak terdengar seperti Soul ID” I did that coz I wanna be different.

I wanna make sure when I go out, I was myself and that I didn’t sound like Soul ID.

I have tremendous respect for Soul ID, but im not them.

PP: Apalagi perbedaan yang paling jelas?

PR: Yang paling jelas? Cover album gue. Udah liat belum? Do you noticed anything weird? I SMILED!

Coba kumpulin semua CD musisi hiphop dalam dan luar negri. SEMUA.

Pernahkah elo menemukan rapper yang senyum di albumnya?

Idan, temen gue yang juga desainer untuk REF Basketball Clothing bilang “Boy, tau nggak elo musti gimana di album? Elo musti senyum!”

Gue setuju.

See all im trying is to send out a message, that im a new type of rapper. And I don’t see any other way to say that bluntly, other than smiling on my cover.

Temen gue nanya “Kenapa sih elo musti senyum di album lo?

Gue jawab “Kenapa nggak? Kenapa gue musti nggak senyum? Apakah karena manyun itu hiphop dan senyum itu nggak hiphop? So if i smile on my covers and i rap my songs you wont call me a rapper? You’re an idiot!”

PP Lalu kenapa menurut anda semua rapper ga senyum di albumnya?

PR: Entah, mungkin di luar negri mereka mau mengesankan rasa getir dan kekecewaan yang terasa pada umumnya orang kulit hitam. Kalau itu benar, maka hilangnya senyum di wajah mereka adalah sebuah pernyataan sikap.

Nah kalau di Indonesia rapper pada manyun dan nggak senyum terus terang gue juga nggak tau kenapa. Feeling gue bilang, mungkin mereka lebih nyaman dengan tidak senyum.. rapper kan bukan model, susah disuruh gaya terkadang didepan kamera. Jangan sampai kalau ternyata mereka tidak senyum untuk terlihat COOL. Kalau itu benar, justru sangat menggelikan..

PP: Kenapa menggelikan untuk menjadi cool?

PR: “COOL”, is an attribute. You don’t call yourself cool, people call you cool.

You don’t embed yourself with coolness, people will see you and they will judge you and say you’re cool or you’re not. Jadi percuma elo berusaha untuk menjadi cool karena cool adalah predikat yang diberikan orang kepada elo.

Masak, karena gue senyum di album lalu gue menjadi tidak cool?

Cool itu adalah reputasi. Elo nggak bisa menciptakan reputasi, elo BANGUN reputasi, dan membangun reputasi membutuhkan lebih dari sekedar manyun di cover album.

PP: Apakah menurut anda album pertama anda sukses?

PR: Jelas!

PP: Tapi anda kan tidak menjual 1 juta kopi?

PR: Kan gue cuma nyetak 4000 kopi, gimana caranya gue bisa menjual 1 juta kopi?

PP: Oh iya ya… Lalu apa tolak ukur kesuksesannya dong?

PR: Album gue sukses karena pesannya sampai. Gue mau cerita sedikit tentang Pixar Animation Studio. Suatu ketika John Lassiter yang kala itu masih ngurus animasi bersama teman temannya bikin sebuah animasi pendek tentang lampu meja dan anaknya , si lampu meja kecil. Sekarang lampu meja itu jadi ikon Pixar, setiap film Pixar selalu awalnya ada si lampu meja itu lompat lompat sebelum akhirnya jadi huruf “ I “ pada kata Pixar…

PP: Oh iya, saya tau itu…

PR: Nah, setiap tahun di Silicon Valley ada pekan teknologi paling bergengsi dan Pixar berniat untuk menunjukkan keberhasilan mereka dalam animasi lewat film pendek lampu meja tersebut… Film animasi itu menampilkan teknologi dan pendekatan pendekatan baru dalam animasi… Kisahnya sendiri tentang Lampu Meja dan anaknya yang senang main main dengan bola…

Ketika film itu tayang… penonton bersorak tepuk tangan terhadap film yang cuma 3 menit itu… di akhir film , seorang tokoh animasi besar datang menghampiri John Lassiter dan berkata ”John, saya mau bertanya…”

Pada detik itu, John langsung deg degan ”Waduh, dia pasti mau mengkritik teknik rendering atau teknik pembayangan, atau teknik pewarnaan…”

Pria tersebut kemudian melanjutkan pertanyaannya

”Saya mau bertanya, itu Lampu dewasanya Mama-nya atau Papa-nya?”

John merasa lega seketika, dan berkata “We did it…” dia kemudian melanjutkan

” People see past the technical things and was captivated by the story, which is exactly what movies should do”

PP: Hubungannya dengan album anda?

PR: My album is a rookie’s album. Mau gimana juga, album itu pasti tidak sempurna dari berbagai sisi teknis, tapi orang tidak terjebak dengan hal hal teknis pada album tersebut. Nggak ada atau mungkin sedikit sekali yang bilang “Cara elo ngerap aneh” atau “Beatnya nggak enak” , kebanyakan mereka bereaksi terhadap pesan yang ada di dalam album itu, dan itulah yang sangat gue inginkan… terlepas dari reaksi itu positif atau negatif…

PP: Keberhasilan lain dari album tersebut?

PR: Banyak orang yang masuk ke www.pandji.com (blog pandji – red) dan bilang mereka terinspirasi oleh album gue, banyak yang nangis (!!!!) dan gue liat dengan mata kepala gue sendiri ketika gue membawakan “Kembali Tertawa” atau “Dulu dia bukan siapa siapa” dan bahkan banyak yang datang ke gue dengan anaknya dan anaknya langsung nge-rap “Angkat tanganmu Untuk Indonesia…” For me, that’s quite and achievement, its enough for me to wanna do it again… Elo boleh percaya atau tidak, ada remaja masih belasan tahun, bilang ke gue, setelah denger lagu “Untuk Indonesia” dia ingin jadi Presiden RI. Sumpah!!!

PP: Karena anda bikin album tidak berharap dapat uang, apakah anda berharap untuk mendapatkan penghargaan berupa sebuah award misalnya?

PR: Penghargaan itu seperti ramalan horoskop. Kalau bagus kita percaya, kalau tidak kita tidak percaya… Sama dengan awarding, kalau gue dapet maka gue akan seneng, tapi kalau gue ga dapet, ga akan membuat gue berpikir bahwa musik gue lebih jelek.

PP: Ngomong ngomong.. apa judul album anda yang ke dua ini

PR: Judulnya ”You’ll never know when someone comes in and press play on your paused life”

PP: A.. a.. appaa ?

PR:”You’ll never know when someone comes in and press play on your paused life”

PP: Pa..panjang amaat? Kenapa panjang gitu?

PR: Kenapa tidak?

PP: Ya.. orang kan susah untuk menyebutnya…

PR: Exactly my point. Pengalaman gue selama promo radio atau di interview oleh wartawan, ada 2 jenis media.. Media yang cerdas.. dan yang tidak. Media yang cerdas tidak pernah menemui kesulitan dalam menulis atau menyebut “Provocative Proactive”. Media yang tidak, kadang menulis seperti ini “Proaktif Profokativ” dengan “f’ dan “v” yang ketuker.. atau ada juga yang menulis “Provokatip Proaktip” dengan “p”…. Gue sih ketawa ketawa aja… Sekarang judul album yang panjang ini seperti jebakan terhadap media… nanti akan ketauan sendiri mana media yang cerdas dan yang tidak… Mana yang niat dan yang tidak…

PP: Nggak takut dianggap menjebak?

PR: Kalau bersih kenapa harus risih? (sambil bernyanyi seperti iklan layanan masyarakat – red)… hehehe, kalau emang yakin nggak akan salah pasti ga akan terjebak…

PP: Tapi orang nggak akan inget judul albumnya lhoo..

PR: Coba gue tanya.. lagu ”Superstition”-nya Stevie Wonder ada di album-nya yang mana? Atau lagu ”Heaven and Earth”nya Al Jerreau ada di album yang mana? Atau lagu Eminem yang “Kim” ada di album yang mana?

Bisa jawab nggak?

Pada akhirnya, kita akan lupa dengan judul album, tapi yang penting adalah lagunya…

Album dan judulnya adalah cara musisi untuk mengelompokkan lagunya saja dalam periode tertentu, tapi judul album tidak lebih penting dari lagu lagunya sendiri… paling tidak itu menurut gue…

PP: Jadi apa judulnya tadi?

PR: ”You’ll never know when someone comes in and press play on your paused life”

PP: Dari mana dapet kalimat itu? Mengutip seseorang?

PR: Sama sekali tidak, i came up with it… suatu saat gue merasa pengen nulis itu di twitter… lalu kemudian Gamila (istri Pandji – red) nanya “Dapet dari mana tuh?” gue bilang itu buatan sendiri.. lalu dia bilang ”bagus”

Seketika gue merasa, kayaknya sayang kalau cuma jadi tulisan di twitter… maka gue putuskan jadi judul album

PP: Sedikit out of context… apa bedanya anda di www.pandji.com dengan di microblogging anda di www.twitter.com/pandji?

PR: www.pandji.com adalah pemikiran saya… www.twitter.com/pandji adalah perasaan saya…

PP: Kalau perbedaan album pertama dan kedua?

PR; Apa coba judul album kedua gue???

PP: ”You’ll never know when someone comes in and press play on your paused life”

PR: Pinter juga lu…

PP: Iyalaaah, ganteng juga lagi.. balik ke pertanyaan tadi, bedanya album pertama dengan kedua?

PR: Album pertama banyak hasil pemikiran gue… album ke dua lebih kepada perasaan gue… album pertama lebih provokatif.. album ke dua lebih inspiratif…

PP: jadi kisi kisi album ke 2 bisa ditemukan di twitter?

PR: Pinter bangeeet loooo

PP: Iyalah, ganteng juga lagi…

PR: iya gue tau itu… elo udah bilang tadi…

Penasaran gak dgn video klip gua???

Video klip gue sudah bisa di download di www.dmazone.multiply.com

BTW

Gue yakin, kebanyakan pembaca blog ini kemarin nggak dateng ke acara Grand Launch Album gue pada tanggal 25 Maret 2008 kemarin di Hard Rock Cafe.

Padahal gue pajang disini pengumumannya cukup lama.

Gue yakin kebanyakan pembaca langganan gue baca tulisan itu…

Hanya sekedar penasaran…

Kenapa ya nggak dateng?

Soalnya Tgl 31 Agustus di La Piazza gue mau relaunch album, and its free.

I just need to know 🙂

Supaya bisa evaluasi.

Comment yaaa!


Btw mending mana nih jam relaunch gue? Sore? Atau Malam?

Jam 15.00 – 18.00 atau 19.00 – 22.00?

Berhubung di Kelapa Gading nih venue-nya…

Bab 1: FIND A NICHE inspired by this book: PURPLE COW by SETH GODIN (part 2)

Pada bagian pertama dari BAB 1, gue menulis tentang pentingnya memiliki perbedaan.
Kini gue menulis lanjutannya tentang bagaimana cara gue menciptakan perbedaan tersebut.

…Untuk bisa melakukan itu, semua dimulai dari pemilihan beat ketika gue berkunjung ke kantor Rizky Rekordz di Veteran.

Secara sadar gue memilih beat yang bagi gue tidak terdengar seperti hiphop lain, terutama tidak seperti SOUL ID. Berhubung yang bikin beat adalah orang orang yang biasa bikin beat untuk SOUL ID.

Gue memilih yang lebih melodius, yang seperti musik acid jazz.
Tidak susah untuk memilih beat seperti itu, karena gue hanya perlu untuk jujur pada diri gue sendiri dan memilih apa yang gue suka.
Balik lagi, gue siaran 7 tahun untuk orang di umur 20-30 tahun.
Bawah sadar gue seakan tahu apa yang akan mereka suka.
What I like is what they would like.

Pada saat gue mulai menulis dan mulai membuat rap gue mendengarkan sejumlah lagu rap Indonesia cukup banyak untuk membuat gue ingat untuk tidak terdengar seperti itu secara lirik dan cara ngerap.

Sebelum gue pernah berniat bikin album rap gue udah berpikir kenapa orang dewasa jarang yang mengaku suka mendengarkan musik hiphop Indonesia.
Umumnya orang berumur 20-35 berkata
“Liriknya tidak mewakili gue. Apa yang mereka katakan di lagu bukanlah hal yang ingin gue katakan dalam keseharian. Apa yang menurut mereka penting, tidaklah penting di benak gue”

Ketika gue mulai bikin album gue bertanya kepada diri gue sendiri, apa yang kira kira penting bagi gue.
Dan apakah yag penting bagi gue juga penting bagi orang seumuran gue.

To find answers to that question, I go to my blog.
Back then it was spandji.blogspot.com
Posting dari 2004 – 2007 gue bacain, dan gue membaca comments orang terhadap posting gue.

Dari situ gue menemukan apa yang menurut mereka penting.
Ketika googling dan mencari blog yang menulis nama gue, gue menemukan orang yang terinspirasi dengan omongan gue di radio dan tulisan gue diblog.

Inilah yang memperkuat keyakinan gue untuk jujur dan menulis lirik berisi hal hal yang penting bagi gue.

Pada akhirnya, gue mendapatkan lirik lirik yang sama sekali berbeda dengan rap yang ada sekarang.

Setelah gue punya rencana untuk membedakan segmen dan sebelum mulai menulis, gue tahu gue harus menggandeng musisi yang segmennya sama dengan yang gue incar.
Sesuatu yang tidak sama sekali berkaitan dengan hiphop Indonesia.

Ketika mulai menulis, gue sadar ada beberapa lagu yang sangat tepat untuk Tompi dan Angga dari Maliq & D’Essentials.
Mereka tepat sekali sesuai dengan yang gue pikirkan.
Ketika mereka mendengar nama Tompi dan Angga dalam sebuah album, hiphop sekalipun, mereka tahu dimana positioning album ini.

Yang harus digaris bawahi disini adalah, walaupun secara sadar gue memang berusaha untuk berbeda dengan yang lain, tapi gue tidak harus berpura pura.
Gue memang beda dengan yang lain.
All I did was be honest with myself.

Look back to every rapper that made it big.
Eminem.
50 cent.
Kanye west
Lil Wayne.
Lirik mereka, sound mereka, cara mereka ngerap beda dengan yang saat itu ada.

That is called niche.
That is a marketing strategy.
That is what everybody needs.

Di bab 2 gue akan menunjukkan bahwa belajar dari dunia yang berbeda akan membawa kita selangkah lebih maju.

BAB 1: FIND A NICHE inspired by this book: PURPLE COW by SETH GODIN

Ketika melihat begitu banyaknya band baru di Indonesia, gue cukup bingung dengan banyaknya diantara mereka yang terdengar sama.

Musik mereka dan lirik mereka terdengar serupa.

Yang lebih lucu lagi, rambut mereka semua juga sama.

Rambut belah pinggir poni panjang, dengan bagian belakang memanjang seperti mullet.

I think you know what I mean.

Mereka seperti itu kelihatannya karena sedang nge-trend.

Nge-trend, dari dulu sudah menjadi sebuah instilah yang membingungkan bagi gue.

Kenapa orang mau perpenampilan sama dengan orang lain?

Belakangan gue sadar ternyata ada 2 jenis orang.

Ada yang mau “cari aman”.

Ada yang mau “kelihatan”.

Yang mau cari aman akan mengikuti apa yang dilakukan orang lain. Supaya sama. Dengan itu dia akan merasa aman. If I wear the same thing that everybody else is wearing, then no body will blame me for looking weird.

Aman.

Ada juga yang mau keliatan oleh orang lain. Dia ingin berbeda. Omongannya pun sering kali berseberangan dengan umumnya orang. Dia nyaman berada dibawah spotlight karena yakin dengan dirinya sendiri. Terlepas dari apakah dia betul atau salah.

I think I’m this type.

Di dunia musik, mengikuti apa yang trend adalah sesuatu yang aman untuk dilakukan. Toh banyak band sudah berhasil menjual CDnya dengan musik seperti itu dan penampilan seperti itu.

Tapi itu masih relevan kalau di industri musik Indonesia hanya ada sekitar 5 band yang berpikiran seperti itu.

Tapi kalau ada lebih dari 1000 band berpikiran seperti itu, maka yang akan terjadi adalah munculnya 1000 band dengan musik, lirik dan gaya rabut yang sama.

Who would want another UNGU? We just want 1 UNGU. The original UNGU.

Who would want another SAMSON? We just want 1 SAMSON. The original SAMSON.

Di buku PURPLE COW, Seth Godin berkata bahwa agar produk kita bisa muncul ke permukaan dan dikenal orang kita harus berbeda dengan yang lainnya.

Kenapa harus seperti ini? Karena di dunia terutama di Indonesia sudah ada begitu banyak produk dari begitu banyak kategori dengan begitu banyak penawaran dan begitu banyak iklan.

Kita sudah jenuh dengan semua ini dan terusterang tidak punya banyak waktu untuk memilih.

Bayangkan anda sedang mengendarai mobil melewati sebuah peternakan dimana ada sekitar 100 sapi dengan warna corak pada tubuhnya hitam dan putih. Diantara semua sapi, ada seekor sapi yang warnanya ungu.

Ketika anda sampai dirumah, sapi mana yang akan anda ingat?

Being different is better than being better.

Kalau ada 1000 jarum diatas meja.

Bisakah anda menemukan jarum yang punya kualitas paling tajam, besi paling kuat dan tidak akan bengkok hanya dengan melihat?

Tapi kalau ada jarum yang warnanya ungu bisakah anda menemukannya diantara 1000 jarum biasa hanya dengan melihatnya?

Its exactly the same when it comes to the music industry.

This is the age of being different.

Tompi dan Maliq & D’Essentials tried years untill they were finally noticed by people.

Dengar dari cerita mereka, dulu susah sekali berusaha menjual Tompi dan Maliq & D ‘ Essentials.

Kenapa? Dulu orang mau yang aman aman saja. Sekarang semakin banyak orang mencari yang baru, terbuka dengan pilihan baru dan ingin yang berbeda.

The Upstairs made it big because at the time they were the ONLY band like that.

Everybody with a niche will meet their market.

Because the market finds them.

Ketika gue mau bikin album rap gue sadar bahwa gue harus berbeda.

Ada beberapa alasan kenapa gue mau berbeda.

Pertama karena dengan gaya rap Indonesia sekarang, gue sudah tau kemampuan penjualannya.

Jadi kalau gue muncul dengan gaya yang sama, maka kurang lebih penjualan gue akan sama seperti mereka.

I don’t want that.

Kemudian kalau gaya rap gue dan musik gue sama dengan gaya hiphop indonesia sekarang, maka segmen pasar gue juga akan sama dengan mereka.

I don’t want that either.

Berada di lingkungan radio begitu lama membuat gue paham dan hafal karakteristik tiap segmentasi.

Radio adalah media yang personal, karena itu tabiat mereka terbaca dalam keseharian gue sebagai penyiar radio.

Segmentasi hiphop Indonesia sekarang adalah 15 – 25 tahun.

Mungkin bahkan lebih banyak di umur 15 – 20 tahun.

Di radio, biasanya mereka masuk ke dalam radio anak muda.

Segmen seperti ini, bukan hard spender.

Bukan tipe pembelanja.

Mereka berkoloni, berkumpul bersama, tapi kalau mereka nongkrong di sebuah café bersama sama, hanya beberapa yang beli minum.

Sisanya.. minta.

It is their nature. Bukan salah mereka juga karena mereka belum berpenghasilan.

Kemampuan spending mereka tergantung dengan kemampuan orang tua mereka dan kebaikan hati orang tua mereka

Again, they cant help it.

Bahkan mereka yang punya orang tua yang relatif mampu juga tidak akan membiarkan anaknya beli CD lebih dari 3 atau beli CD setiap minggu.

Its tough for music industry trying to aim them coz you and I know there are a lot of CDs out there to buy.

And when you want everything but cant have the money to buy everything whaddyou do?

You download.

You buy pirated CDs that might give you 5 CDs for the price of 1 original CD.

You get the RBT, but not the CD.

You save from someone else’s CD or MP3 player.

But not the CD.

Mengingat segmentasi hiphop di Indonesia saat ini seperti itu, maka gue memilih untuk tidak melakukan hal yang sama.

I want to go out different.

I hafta sound different. Music wise, lyric wise, delivery wise.

Bagaimana cara gue melakukan itu?

BERSAMBUNG…

HOW I SOLD 1000 CD in 30 DAYS, the chapters.

Dibawah ini adalah 7 cara yang ketika di kombinasi menghasilkan 1000 CD dalam 30 hari.

7 cara itu gue bagi menjadi 7 bab.

Setiap bab terinspirasi oleh buku buku yang gue baca

(Sebuah bukti bahwa membaca betul betul mencerdaskan elo, before reading all those books, i know nothing)

1. “FIND A NICHEinspired by this book: PURPLE COW by SETH GODIN

Mengenai perbedaan dan keunikan membuat abum gue naik ke permukaan.

2. “LEARN FROM THE OUTSIDE and the BOX OFFICE METHOD” inspired by this book: I CAN CRE8 & TIPPING POINT by MALCOLM GLADWELL

Mengenai keinginan untuk belajar dari dunia yang berbeda membawa ilmu yang baru untuk album gue.

3. “TRADE UP” inspired by this book: TREASURE HUNT by MICHAEL J. SILVERSTEIN

Mengenai harga album gue yang relatif mahal justru membawa keuntungan.

4. “ADD VALUEinspired by this book: FREE PRIZE INSIDE by SETH GODIN & FAKE FACTORS by SARAH MC CARTNEY

Mengenai cara gue melawan pembajakan.

5. “TELL A STORY” inspired by this book: MARKETERS ARE LIARS by SETH GODIN

Mengenai cara gue me-market album gue. Tidak dengan iklan, tapi dengan diomongin orang.

6. “INVOLVE THE MARKET” inspired by this book: WE ARE SMARTER THAN ME by Barry Libert & Jon Spector and thousands of contributors

Mengenai keikutsertaan pembeli gue dalam proses gue bermusik memperkuat jaringan pembeli gue

7. “DON’T MAKE HITS” inspired by this man: Jay Z.

Mengenai cara gue membuat orang mau untuk membeli CD gue.

Siap membaca dari bab 1 ?

🙂