Menulis lagu, adalah sebuah proses yang luar biasa.
Dengan bekal pernyataan Jay Z (“Buatlah lagu se-egois mungkin…”)
Gue menulis semua yang gue rasakan, yang gue pikirkan, yang selama ini mengendap…
Its therapeutic.
Mendengarkan beat pada sejumlah lagu membawa gue larut dalam pikiran gue.
Contoh paling utama adalah lagu “Dibayang Masa Lalu”
Lagu ini bercerita tentang sebuah momen dalam hubungan gue dengan Gamila.
I cheated and had the worst of timing to do so.
We never even talked about it. Me and my wife.
It has tremendous effect on her.
But we chose not to talk about it.
So when i finished writing the song, and asked her to hear it…
It was kinda weird…
Reaksi dia cuma “Bagus…”
Liriknya sendiri gue ganti 3 kali. UTUH.
Alias selagu lagunya gue ganti…
Versi awal liriknya terlalu panjang dn detil.
Versi dua terlalu gue banget, gue takut orang ga bisa merasa terwakili…
Versi yang terakhir dan final akhirnya justru yang paling membuat gue merinding sendiri.
Gue menulis liriknya tanpa putus…
It was like i was talking to myself.
Kemudian lagu “Kembali Tertawa” dan “Dulu bukan siapa siapa” bisa jadi lagi paling personal gue yang membahas perceraian orang tua gue dan bagaimana gue menolak untuk menjadikan itu sebagai alasan gue menjadi rusak…
Betapa masa masa SMP dan kuliah gue sebenarnya terasa pahit.
Ga banyak orang tau.
Umumnya teman teman gue taunya gue ceria…
They just didnt know.
At least until they hear those 2 songs…
Lagu yang juga sangat personal adalah “I know (kan kembali)” yang bercerita tentang gue yang harus berpisah dengan orang yang gue cintai…
Setelah menulis sejumlah lagu gue merasa seperti habis berhadapan dengan diri gue sendiri.
I think this made me a better person…
Terima kasih untuk sharing-nya mas Panjdi…menulis jurnal bisa dikombine dengan iringan lagu…bahkan mas Pandji sudah mengalami sendiri efek teraupetik dari menulis lagu….semangat terus menulis..!!
penulispiritual.blogspot.com