Kami tidak takut, tapi gue takut mati.

Jujur, gue takut mati.

Ga ada hubungannya dengan gue scara langsung, karena kalau gue mati, kemungkinan lalu gue tidak bisa merasakan apa apa setelahnya.

Utk sejumlah orang hidup lebih menakutkan daripada mati.

Hidup banyak masalahnya, kalau mati… mau apa lagi? hehehe

Tapi gue takut mati, karena gue takut kehilangan waktu untuk bersama Istri dan anak gue.

Takut apa yang ada di benak mereka sepeninggalan gue.

Bagaimana mereka melanjutkan hidup?

Takut gue.

Sejak hari pertama gue ngerap di TVONE, istri gue selalu celingak celinguk kalau gue pulang malam

“Takut Mas Pandji dibuntutin orang” katanya…

Bahkan, ada sebuah kejadian yg bikin gue takut.

Waktu mau ke medan, ada orang naik pesawat, pake ransel, nyeret koper, pake topi, pake kacamata hitam dan pake masker penutup mulut kayak yg dipake orang naik motor.

Gue pikir “Buseeeet, ninja cuuuy?”

Lalu di pesawat, dia duduk diiii.. belakang gueeeeee..

Hari itu, instruksi pramugari gue perhati iiiiiiin banget.

Di pesawat (ketika terbangun, krn gue ketiduran) gue mikir apa yang gue lakukan kalau pesawat ini meledak.

🙂

Gue takut, takut mati.

Tapi lalu kenapa gue bilang “KAMI TIDAK TAKUT” ?

Jawabannya.. sederhana..

KARENA GUE GA PUNYA PILIHAN LAIN

🙂

I dont have any toher choice!

Whaddyou expect?

Setelah bom meledak? Lalu kita musti bilang apa “ADUUUH TAKUUUTT” ??

Jelas itu salah.

Lalu? Mau apa? Diam?

Kita sudah pernah diam.

Bom bali 1? Kita diam.

Bom bali 2? Kita diam.

Bom kedubes australia? Kita diam.

Lalu apa yang terjadi? Apakah Indonesiaunite terjadi saat itu?

Apakah Indonesia membaik?

Indonesia butuh berbulan bulan untuk pulih.

Gini deh, ga usah kita pikirin kita sendiri, dengerin (baca) dulu cerita gue

Waktu gue ke Bali, Dipo pengen naik delman… Spanjang perjalanan, gue nanya gimana Bali pasca bom. Dia cerita pemasukannya turun drastis. Sampai ga bisa ngasih makan keluarganya. Yang datang hanya turis asia. Turis asing berkurang… Gue ga peduli kalau elo ga percaya sama gue, tpai gue sedddiiiiih bgt dengernya…

Ga usah deh mikirin devisa negara dari kedatangan turis itu, tapi liat aja bapak itu. Pipinya kurus, keriput, tangannya lunglai, umurnya tidak mendukung utk dia cari piliha kerjaan lain…

Ketika bom mega kuningan meledak, gue GAK MAU diam.

GAK MAU DIAM.

Waktu gue kecil, badan gue lebih kecil dari rata rata anak seumur gue.

I got bullied a lot.

They stripped me outta my clothes.

They beat me up.

Stole my sneakers. Stole my money.

Stole my basketball cards, my magic johnson upper deck.

I cried.

Most of my junior high years.

Waktu gue di bully, kalau gue diem, mreka nge-bully terus.

Kalau gue lawan, bonyok gue digebukin.

Sayang, waktu itu gue tidak melakukan apa yang seharusnya gue lakukan.

Menyatukan korban korban bully dan bersatu.

Ga usah melawan balik, hanya berdiri bersama. Nunjukkin kalau jumlah kami lebih banyak.

Gue yakin, mereka takut.

….

fast forward ke hari ini…

The bullies are back.

These are different type of bullies.

They’re worse

They’re terrorists.

They bombed my country, bulliying us with fear.

Apa yang bisa kita lakukan?

Mengaku takut?

Diam?

Ga ada pilihan lain, demi Tuhan, tidak ada pilihan lain.

Gue takut mati, tapi gue lebih baik berdiri dan mengaku ngaku kalau gue berani.

Gue tau kalau gue berdiri, yang lain akan ikut.

Maafkan mereka yang kesal karena gue punya lagu KAMI TIDAK TAKUT

Tapi pahami sudut pandang gue, dimata gue, gue ga punya pilihan lain selain berkata

KAMI TIDAK TAKUT.

Kini Indonesuaunite berdiri.

Bukan organisasi.

Ga ada ketua

Ga ada anggota

Crowdsourcing tepatnya.

Cari definisinya di internet biar ngerti 🙂

Tapi dia terus berjalan.

Memang, sat ini masih sangat lemah dan hanya kuat di online, twitter terutama.

Pemicunya adalah terorisme, tapi entah kenapa, feeling gue berkata, ini tidak akan berhenti disini.

Ini adalah awal sebuah perubahan yang baik.

#indonesiaunite belum sempurna, mungkin tidak akan bisa sempurna banget 100%, tapi gue yakin, sebusuk busuknya dan secapek capeknya elo sama global warming, elopun tau bahwa kesadaran akan global warming benar adanya.

Sama dengan ini, ketimbang mengkritik tanpa solusi, gue berharap ada masukan.

Kata temen gue Constructive Critic ( kritik membangun) harus disertai dengan masukan yg membangun, mungkin juga sebuah solusi, tanpanya, bukan kritik membangun namanya… kata temen gue “other wise, you’re just a nag”

🙂

Motivasi gue dibalik ini? Ga ada, hanya UNTUK INDONESIA
Ga percaya?

Gapapa

I dont expect you to believe 🙂

Watch me.

I’ll make a believer out of you 🙂

One thought on “Kami tidak takut, tapi gue takut mati.”

  1. Sejak kecil, selalu diajar untuk mencintai bangsa dan negara ini… walau sering saya dipandang ‘lain’ … sejalan dengan waktu saya benar-benar jatuh cinta kepada negeri ini. Saya mengaku, sy terlalu mudah menangis … cengeng, kata teman2… saya melankolis… tp itu hati saya …

    Membaca ini semua, saya juga tahu … betapa ‘cinta’ itu ada pada mas …

    Semoga … ah tidak, saya tidak suka kata ‘semoga’ … tp saya ganti … PASTI TUHAN memihak kepada kita, yang berjuang atas nama CINTA …

    Sukses buat mas … (saya cuma sering nonton penampilan mas, dan membayangkan kelak aku juga bisa membuat STAND UP COMEDY … walau cuma pakai kamera hp saja) …

Comments are closed.