I try my best not to hate, but haters are at their best at hating me :)

“Sombong”

“Bangsat”

“Anjing”

“Banyak Bacot”

“Mati lo”

“Elo bukan siapa siapa”

“Angkuh”

Dan begitu banyak komentar sejenis…

Orang orangnya datang dari berbagai macam tempat dengan berbagai macam alasan.

Banyak alasan kenapa orang benci gue.

Kebanyakan sih dari tweet gue.

Gue ga akan beralasan, tweet gue PASTI ada yang salah.

Untuk itu, gue udah minta maaf.

Beberapa bahkan langsung kepada yang terang terangan marah sama gue.

That’s all i can do.

Im not going to beg.

I have to admit, it did get into my head.

Some of my followers must noticed there were days i didnt sleep…

I tweeted all night long.

Until i went on an experiment (followers gue juga pasti ada yang ngeh)

Eksperimen gue adalah, kalau gue ngetweet seharian tanpa liat replies gue, apakah gue akan lebih tenang…

Maka gue jalankan itu sampai Lebaran.

Dan memang, gue lebih tenang.

Lebih ga sedih.

Lalu satu hari gue liat lagi replies gue dan kembali sedih..

Ternyata gue tidak cukup dewasa utk bisa menerima semua itu.

Dosen gue Bram Palgunadi pernah ngomong

“Lebih baik di liat tapi ga dipikirin, daripada ga diliat tapi dipikirin”

He was right.

Itu dewasa namanya.

Gue memang tetep mikir, “Apakah para haters masih pada ngetweet gue yaa”

Dimana harusnya gue ngeliatin semua tweet itu dan tetap tenang 🙂

Sayang gue belum cukup dewasa.

Tapi mohon dimengerti, gue TIDAK membenci semua yang membenci gue

Sedih.

Tapi ga benci.

I try my best not to hate, but haters are at their best at hating me 🙂