Perjalanannya, 6.5 jam…
Berangkatnya jam 23.00 …
Harusnya gue tidur sepanjang perjalanan, nyatanya jam di tangan gue yg masih WIB menunjukkan jam 2 pagi gue masih bangun.
Mungkin karena terlalu semangat sehingga ga bisa tidur, mungkin juga karena banyak yang memang lagi ada di kepala… Album ke 3, TwivateConcert, Rumah yang di renovasi, Mikirin #5Agustus, mikirin negara… heheheh aneh memang, tapi gue sering mikirin negara. Gue rasa wajar. Karena gue merasa memiliki.
Ketika akhirnya gue tertidur, jam 4 gue dibangunin utk makan.
-_-*
Abis itu nggak bisa tidur lagi…
Karena ga lama kemudian, matahari bersinar…
Ketika gue mendarat di Shanghai dan melihat bandaranya, cukup impresif.
Gue pernah lihat bandara Singapore dan Malaysia dan Makassar.. maka Shanghai bandaranya lumayanlah.
Gue lebih kuatir sama kemana gue harus berjalan, apa yang musti gue lakukan, karena terus terang, bahasanya gue nggak ngerti dan mereka nggak banyak yang mengerti bahasa inggris.
So i do what i guess everybody does: Follow the flock
Disana gue bertemu dan ditemani kemana mana oleh Gandhi. Seorang pemuda Indonesia yang asalnya kuliah S2 jurusan Politik di Shanghai, tapi kemudian sekarang punya usaha EO di RRT
RRT, ngomong ngomong kepanjangannya adalah Republik Rakyat Tiongkok.
Gue dianjurkan pemerintah menggunakan RRT dan bukan RRC. Jelasnya gue terangkan di posting lain.
Pemerintah menunjuk gue untuk menjadi Sambung Massa.
Tepatnya Kementrian Perdagangan.
Gue di ajak kesini untuk melihat langsung paviliun Indonesia di World Expo
Juga melihat Paviliun lain.
World Expo adalah event dunia terbesar ke 3 setelah Olimpiade dan Piala Dunia.
Banyak yang bertanya “Kok gue ga tau ya ada acara kayak gini? Katanya ke 3 terbesar di dunia?”
Salah satu alasannya karena mungkin sifatnya yang lebih menyerupai pameran daripada perlombaan.
World Expo memang pameran. Pameran negara negara se dunia.
192 negara dari seluruh dunia membangun paviliun di lahan yang besarnya mungkin 3-4 kali-nya Dunia Fantasi.
Tujuan pamerannya? Tourism, Trade, Investment.
5 tahun yang lalu, Zaragoza-Spanyol dapat kehormatan, tahun ini Shanghai, 5 tahun dari sekarang akan di Italia. Entah kota apa.
Tahun ini, World Expo temanya “BETTER CITY, BETTER LIFE”
semua paviliun juga punya tema masing masing sebagai turunan dari tema besar tadi
Phillipine: The Performing City
Germany: BalanCity
Paviliun Indonesia yang bernama INDONESIAIS temanya: BioDiverse City.
Sebenernya selain plesetan dari Biodiversity, BioDiverse City juga menggambarkan 3 area utama di paviliun Indonesiais: BIO. DIVERSE. CITY.
Kenapa Indonesiais? Karena nantinya di tiap tiap area akan disambung dengan misalnya “Indonesiais home to the richest tradition” dan seterusnya
Jadi konsep Indonesiais kayak jawaban dari pertanyaan “What is Indonesia?”
Paviliun Indonesia, arsitek-nya Bapak Budi Lim.
Bangunannya dibuat mungkin sekitar 80%nya dari Bambu (yang juga merupakan daya tarik utama para pengunjung World Expo yang mayoritas masyarakat RRT)
Sebelum gue sampai ke paviliun Indonesiais, gue melihat antrian luarbiasa di beberapa paviliun.. Gandhi kemudian cerita, beberapa paviliun antriannya 5-8 jam.
HA???
8 jam ngantri untuk masuk ke dalam sebuah paviliun???
Bisa habis sehari kesana..
Bayangkan aja, ada 192 paviliun, kalo 8 jam ngantri masuk sebuah paviliun kapan mau ke paviliun yang lain???
Masuk ke World Expo ini bayar. Seorang tiketnya kisarannya Rp 150 ribu. Pelajar harganya lebih murah.
Paviliun Indonesiais, antriannya tidak sepanjang itu. Bahkan ketika dilihat foto fotonya, nampak tidak penuh dan berjubel.
Asumsi gue, wah.. nggak laku nih paviliun gue..
Ketika gue sampe sana, jawabannya langsung gue temukan.
Antrian ke paviliun Indonesiais panjang juga.. walaupun ga sepanjang paviliun lain.
Tapi itu bukan karena paviliun kita sepi, tapi karena saking gedenya paviliun kita, akses jalan / ramp-nya lebar sekali
Gue belum ke 192 paviliun, tapi gue udah ke paviliun Jerman, Jepang, Thailand, Spanyol, Belanda, India, Pacific paviliun. Jerman dan Jepang adalah 2 paviliun terfavorit pertama dan kedua, urutan ketiga Prancis, urutan ke 4 Paviliun Indonesia. Gue juga liat banyak paviliun lainnya dari luar, jadi gue bisa liat antrian dan akses masuknya.
Dari semua paviliun yang gue liat, gue jamin, paviliun Indonesia akses jalannya paling luas.
Akses jalan / ramp yang luas ini menjadikan arus jalan orang orang tidak berdesakan.
Nggak ada bottleneck.
Nggak sumpek dan nggak pengap.
Orang jadi punya waktu untuk bener bener memperhatikan isi paviliun kita.
Bahkan ketika mereka masuk area kita pertama kali, mereka disambut oleh panggung..
Panggungnya menyuguhkan kesenian tradisional dan modern beberapa jam sekali..
Waktu gue kesana, Reog Ponorogo menarik perhatian pengunjung. Kelak Kementrian Pariwisata akan membawa beberapa nama musisi seperti Endah N Rhesa, Anda, Gugun & The Blues Shelter, dll..
Salah satu yang juga menarik adalah Kuartet Batak ini
Mereka membawakan lagu lagu Tradisional dan juga lagu lagu Mandarin 🙂 karena mereka cukup atraktif dan komikal dengan gesture mereka di atas panggung, penonton banyak yang ketawa dan tepuk tangan menonton mereka 🙂
Gue sendiri ketika ngerap lagu “You Think You Know Indonesia” dan “GBK” dapat sambutan cukup hangat disana..
Jangan kaget dulu, tangan tangan mengulur ke depan itu bukan histeris, tapi minta album gratis :))
Karena gue memang bagi bagi album gue. 12 keping ludes.
Tapi ini cerita lain lagi, akan gue bahas di posting yang lain..
Di area masuk Paviliun Indonesia, ada Barong Bali yang dipajang di depan.. Banyak pengunjung berfoto dengan Barong tersebut yang memang serupa dengan Barongsai yang merupakan tradisi mereka.
Juga mereka akan melihat sebuah tembok besar yang seperti menampilkan peta Indonesia
Lalu di samping pintu masuk bangunan paviliun dipamerkan topeng topeng khas Indonesia.
Area pertama adalah BIO yang menceritakan keaneka ragaman hayati Indonesia
Masuk ke dalam bangunan paviliun kita seakan akan dibawa masuk ke dalam ruangan bawah laut dimana kita bisa melihat kekayaan laut Indonesia dari kolam
Di foto bawah ini, sebelah kiri ada layar LCD dimana keliatannya kayak ada anak Indonesia lagi berenang di dalam lautan
Lalu berjalan lebih dalam kita seperti masuk tabung kaca (kayak yang ada di Sea World) padahal yang di atas itu adalah layar LCD juga.. Keren deh.. Pas jalan dibawah “kaca” melengkung itu kadang ada segerombolan ikan berenang dalam formasi melingkar, trus bubar karena ada ikan pari raksasa.. trus kadang ada ikan ikan indah lain yang berenang mondar mandir
Keluar dari area ini langsung masuk ke area promosi Pulau Komodo..
Disini, pengunjung diceritakan dan dijelaskan tentang pulau Komodo.
Pendekatannya cukup menarik, bahwa Komodo adalah binatang purba terakhir yang milik bangsa dunia, bukan hanya milik Indonesia. Menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai bagian dari 7 New Wonders of Nature akan meningkatkan pariwisata dan membuat semua orang sedunia jadi tau akan keberadaan mereka. Tentunya, menyelamatkan keberadaannya
Pengunjung lalu diminta untuk tanda tangan virtual di sebuah layar … Nanti videonya gue upload deh di youtube..
Layarnya akan menuliskan tanda tangan kita seiring dengan kuas yg kita pakai ditoreh diatas layar tersebut. Suara yg dikumpulkan akan dimasukkan ke dalam voting resmi di http://new7wonders.com
Ketua Yayasan New 7 Wonders kemarin datang ke Paviliun Indonesia dan dalam konferensi pers yg digelar panitia paviliun Indonesia menceritakan tujuan new7wonders dan mendukung Komodo sebagai bagian dari 7 tersebut
Lanjut lagi, pengunjung di ajak untuk melihat beberapa alat alat tradisional Indonesia dari bercocok tanam hingga berburu, masak, alat musik, dll
Tapi salah satu yang paling digemari oleh pengunjung adalah Pojok Kopi ini..
Masyarakat RTT baru mulai ngetrend minum kopi. Sebagai bagian dari gaya hidup.
salah satu importir kopi negeri mereka adalah Indonesia. Indonesia, terkenal sedunia sebagai penghasil kopi terbaik. Bahkan dengar dengar Starbucks-pun kopi andalannya adalah kopi-kopi dari Indonesia
Kopi Luwak, juga terkenal hingga ke negeri ini. Bayangkan, secangkir, kopi luwak dijual hampir mencapai Rp 400.000,- dan setiap hari adaaaaaa aja yang beli. Ada 1 area yang di desain paling nyaman, tidak boleh diduduki oleh siapapun kecuali yang beli Kopi Luwak. Dan tiap hari , selalu ada aja yg duduk ngopi luwak disitu
Melihat sepasang kakek nenek yang tertidur ini, membuat gue sadar sesuatu.
Banyak sekali paviliun yang tidak menyediakan tempat duduk untuk beristirahat.
Sementara kita ada beberapa tempat dimana mereka bisa sekedar duduk dan istirahat, salah satu faktor yang membuat paviliun kita nyaman
Di paviliun kita, ada satu ruangan teater ber AC dimana mereka bisa duduk santai sambil nonton film yang menceritakan tentang Indonesia . Disinilah mereka banyak yang baru tau bahwa di Indonesia ada kesenian Barongsai. Sebuah kesenian yang menurut orang setempat sudah tidak lagi ada
Lucu. Sementara Juara Dunia barongsai Tonggak adalah kelompok Kong Ha Hong dari Indonesia.
Baru tau? 🙂 Mereka tahun 2009 jadi juara dunia di sebuah kejuaran yang di gelar di RRT. Saat ini, mereka sedang mempertahankan gelar di Genting Malaysia.
Keluar dari ruangan teater, mereka akan melihat patung Laksamana Cheng Ho dan Bedug di sampingnya.
Disinilah gue baru tau, bahwa budaya Bedug yang dipakai masjid masjid di Indonesia datangnya dari China. Budaya yang dibawa oleh Cheng Ho ke Indonesia.
Makanya di beberapa negara Islam timur tengah, masjidnya ga ada bedug-nya.
Jadi inget penelitian Snouck Horgronje (gimana ya nulisnya) masih inget kan? Yang dalam sejarah diceritakan sebagai pemecah belah bangsa dengan adu domba-nya?
Jadi Snouck itu seorang antropolog , pemerhati budaya. Dia dikirim Belanda ke Indonesia untuk mempelajari kenapa kok sejak era Perang Diponegoro, Islam di Indonesia jadi beringas.
Islam sudah ada di Indonesia tapi baru pada era Perang Jawa / Perang Diponegoro umat muslim Indonesia jadi keras. Perlawanannya cederung nekat. Belanda sudah “takut” dengan kata Jihad sejak dulu. Akhirnya dikisahkan Snouck sampe ikut perjalanan Haji, (katanya) nyamar jadi orang Islam utk mempelajari Islam. Disitulah baru Snouck dapat kesimpulan bahwa garis keras Islam itu dibawa umat muslim Indonesia dari timur tengah.
Lalu pengunjung di ajak utk liat begitu banyak wayang yang dimiliki Indonesia dan dibandingkan dengan wayang tradisional RRT…
Setelah, itu pengunjung diajak untuk melihat kekayaan ragam, batik, tenun dan ikat Indonesia
Dari batik jawa, songket hingga tenun NTT..
Diterangkan bahwa Batik adalah teknik, bukan motif. Batik itu tekniknya ada 2, tulis dan cap.
Kalo ada Batik Print atau cetak, itu bukan batik karena harus kita ingat sama sama, Batik adalah teknik.
Yg diakui UNESCO sebagai Warisan Dunia Milik Indonesia adalah Batik yaitu yg teknik Cap dan Tulis.
Disaat paviliun lain hanya bisa menayangkan video akan kekayaan mereka, Paviliun Indonesia membawa fisiknya langsung.. Ini menurut gue yang juga menjadikan kekaguman itu lebih nyata.
Biar gimana juga, ngeliat Tom Cruise di TV dan liat aslinya tentu beda :p
Area selanjutnya adalah mengenai ragam kekayaan alat musik tradisional di Indonesia.
Siap siap, area ini keren abis..
Setelah memasuki terowongan, maka orang akan melihat pajangan berbagai macam alat musik tradisional.
Juga ada layar LCD yang menunjukkan bagaimana cara main, dan video video lain yang berkaitan.
Nah, diatas kepala , ada sejenis alat yang memperdengarkan suara alat musik yg sedang kita liat di depan seperti apa..
Kalau kita melangkah keluar dari alat tersebut, suaranya ilang… kalau kita jalan ke depan alat musik selanjutnya, suara yang terdengar kuping kita adalah alat musik yang di hadapan kita lagi 🙂
Keren deh, jadi ga pake headphone, ga pake speaker, suaranya terkonsentrasi hanya di 1 titik. Yaitu titik pas dimana kita berhadapan dengan alat musik tersebut.
Alat musiknya dari alat musik petik, hingga tiup dan pukul…
Melanjutkan dari situ, pengunjung bertemu dengan relief besar Borobudur..
Kemudian mereka diajak untuk mencoba menyentuh jempol Budha (replika ya , bukan yang asli dari Borobudur) karena alkisah kalau bisa nyentuh bisa ngasih keberuntungan..
Lucunya pengunjung banyak yang masukin koin. Menurut mereka itu juga bawa keberuntungan.
Setelah itu, area kota modern ditunjukkan dengan , keragaman budaya modern di dalamnya
Pas menuju keluar, ada barisan Becak yang juga nampaknya menarik minat pengunjung. Mungkin mirip dengam milik mereka dulu..
Area terakhir adalah area belanja. Tiap paviliun ada area belanjanya. Punya kita relatif besar.
Paviliun lain ada yang cuma kayak lapak 2×2 meter gitu..
Akhirnya, itulah perjalanan gue ke Paviliun Indonesia.. Paviliun yang bukan hanya dikerjakan pemerintah, tapi juga korporasi Indonesia dan insan kreatif Indonesia..
Kesimpulan gue, Paviliun Indonesiais, sukses untuk menceritakan Indonesia yang terus terang, keragamannya luar biasa.
Negara lain punya kebudayaan dan tradisi, tapi keragaman tradisinya tidak sebanyak kita. Wong bahasa daerah aja negara kita paling banyak kok.
Susah untuk menggambarkan keunggulan utama paviliun kita, karena benar benar harus dirasakan sendiri.
Keunggulannya adalah: KENYAMANAN.
Antri ga lama, arus jalan lancar, adem bukan karena AC tapi karena paviliunnya terbuka, angin semilir masuk walaupun diluar panasnya setengah mati, banyak area istirahat, area makannya luas dan porsinya gede.. Sambil makan , sekeliling banyak nuansa bambu sambil terdengar kicau burung (rekaman tentunya)
usher di paviliun kita tidak hanya cantik, tapi juga bisa bahasa inggris!
Susah lo nyari yang seperti itu, dengar dengar tim paviliun Indonesia memilih secara ketat 🙂
Setelah ini, gue akan cerita paviliun paviliun lain yang gue liat, atau gue kunjungi.
Nanti, baru terasa beda perbandingannya..
Nantikan ya 🙂