LAWAN

Awalnya, gue mau menulis di blog ini tentang sesuatu yg sederhana:
Mengapa Provocative Proactive Radio bisa lebih “objektif” daripada Provocative Proactive dalam topik RIM vs Kominfo

Tapi lama2 gue pikir, ingin skalian cerita kekhawatiran gue yang lebih besar. Berkaitan dgn gerak gerik pemerintah yang paranoid.

Toh kedua topik di atas sama sama berangkat dari titik tolak yg sama.

11 Januari 2011

Penggalan awal lirik lagu GIGI kayaknya pas utk menggambarkan hari tersebut
“11 Januari bertemu..”
Dan pada tanggal itu, bertemulah orang orang yg berkaitan dgn isu RIM

Onno W Purbo, ahli IT yg paling dikagumi di Indonesia. Namanya muncul pertama kali ketika org mulai sebel sama Roy Suryo yg dianggap orang2 sama sekali tidak kompeten ngomongin IT
Kini beliau yg adalah seorang Profesor aktif mengajar + jadi narsum utk berbagai isu

Indra J Piliang, politikus Golkar tanpa kursi DPR (makanya beliau sering sebut dirinya sendiri Politikus Twitter) yg sebelumnya, aktif mendukung Pak Tif, mengangkat isu nasionalisme ke dalam isu RIM, menyebut2 Harga Diri Bangsa sebagai alasan kenapa harus mendukung Pak Tif

Enda Nasution, seorang digital activist. Dia adalah sosok di balik koin prita, 1jt Facebookers dukung Bibit-Chandra, ikut melakukan perlawanan terhadap UU ITE, dan TV mengenal dirinya dgn predikat “Bapak Blogger”. Yg sebenarnya adalah predikat yg lucu..

Bergabung via telfon adalah:

Daniel Tumiwa yang di twitter sempat berdebat dgn Pak Tifatul berhubung Daniel berhubungan langsung dgn RIM sebagai pengembang aplikasi blackberry

Pak Gatot Humas Kominfo yang akhirnya jadi pihak yang berhasil kami dapatkan berhubung ketika Pak Tifatul dihubungi untuk jadi tamu di acara radio Provocative Proactive malah membalas email produser saya dgn 8 poin yg beliau tweet :))

Talkshow radio tersebut saya maksudkan untuk jadi labratorium saya.

Untuk membuat saya paham utuh soal kasus ini.

Pemahaman saya, akan jadi modal saya pribadi sebelum hari Kamisnya saya akan live di Metro TV membahas hal yg sama utk Provocative Proactive TV.

Ini kesempatan yg sangat jarang terjadi.
Biasanya, gue dapetin 1 narsum utk datang aja susah. Eeeh ini dapat segabrugan narsum.
Momennya tepat.

Dalam waktu 1.5 jam kami membahas dari 8 tweet Pak Tif yg pertama, 11 tweet Pak Tif selanjutnya (yg akhirnya membuat beliau katanya masuk TT krn kontroversi-nya, gue sendiri ga liat), semua dibahas bahkan thread yg disebar luaskan di Kaskus.

Dalam rekamannya, bisa didengarkan bahwa diskusinya berlangsung terbuka, adil, objektif. Karena kredibilitas gue sebagai pewawancara jg tentunya dipertaruhkan.

Silakan cek wawancaranya disini –> http://www.pandji.com/for-you/provocative-proactive-radio/

Kesimpulan akhirnya adalah, Pak Tif banyak salah langkah dalam tuntutannya kepada RIM

Pertama, dgn teknis yg kominfo gunakan utk bloking pornografi bisa dipastikan usahanya akan percuma. (Di rekaman bisa didengar)

Kedua, UU no 36 thn 99 tidak bisa dipraktekkan kepada RIM karena menurut Pak Gatot sendiri Kominfo masih mendiskusikan mau mengkategorikan RIM sebagai apa. Beliau menyebut RIM sbg Secondary Operator (istilah yg gue yakin dikarang2 sendiri) Ketika ditanya apakah dlm UU no 36 soal Telekomunikasi ada istilah Secondary Operator, beliau bilang tidak ada.

Ketiga, RIM bayar pajak. Walaupun memang tidak sebesar yg diharapkan pemerintah. Tapi mereka bayar pajak. Besar pula. Ucapan Pak Tif yg bilang mereka tidak bayar sama sekali jelas2 salah.

Keempat, RIM yg diminta Pak Tif utk menggunakan sumber daya lokal, tenaga lokal, aplikasi lokal, sebenarnya sudah terjadi. Pak Gatotpun mengakui itu. Dlm rekamannya scr tdk langsung beliau mengakui utk poin2 tersebut memang sudah dijalankan RIM. Bahkan, DEVCOM (Konferensi pengembang aplikasi blackberry) yg ke 8 di gelar di Bali. 7 perhelatan sebelumnya dilakukan di San Fransisco. Thn ini utk pertama kali dilakukan di luar San Fransisco, di luar Amerika/Kanda, di Indonesia, di Bali.
Kenapa? Karena dunia mengakui bahwa pengembang aplikasi BB Indonesia hebat2.. Dipakai di negara2 lain. Tidakkah ini membanggakan?

Kelima, untuk bisa mengintip data RIM utk kebutuhan keamanan negara, dll tidak perlu memindahkan server. Dimanapun bisa. Yg penting username & passwordnya.
Jadi permintaan kominfo utk mindahin server supaya bisa ngintip rada aneh.

Masih banyak lagi pertanyaan2 terjawab tuntas dlm 1.5 jam tersebut.

Lalu orang bertanya, kenapa Provocative Proactive TV ga bisa seobjektif versi radionya?

Jawabannya 2: Durasi & Fungsi

Masak mau ngebandingin sebuah acara yg durasi talkshownya cuma 21 menitan dgn yg durasinya 1.5 jam
Mana bisa PP TV menyuguhkan talkshow mendalam hanya dgn durasi segitu? Mana bisa bawa narsum sebanyak itu di talkshow yg hostnya aja 5?

Berharap PP radio bisa sama dgn PPTV itu sama anehnya dgn kominfo yg memilih gunakan twitter utk menerangkan kebijakan2nnya. Nggak tepat medianya.

Fungsi PP radio dan TVpun beda.
Di radio, waktu yg berlimpah (total durasi acara 3jam) membuat PP radio tepat untuk jadi think tank. Tempat diskusi dan saling bongkar informasi.
Di TV, PPTV berfungsi utk jadi sumber informasi kpd anak2 muda yg belum terlalu melek politik.
Juga karena di TV, PPTV punya kekuatan yg lebih besar darpada versi radio.
PPTV didesain utk menyerang kebijakan2 pemerintah yg ngaco
PPTV didesain utk membuat gerah wakil2 rakyat yg bertindak seenaknya, semaunya, sembarangan
Tanggung jawab PPTV adalah menunjukkan kebenaran utk umum.
Dalam hal RIM, kebenaran sudah ditemukan saat talkshow radio. Maka ketika PPTV angkat isu RIM maka kebenaranlah yg diangkat.
Tidak perlu lagi utk diskusi dgn narsum yg seimbang, terutama karena di media2 umum, versinya Kominfo-lah yg lebih sering terdengar.
Juga karena waktunya ga ada.
Dgn waktu yg singkat PPTV memilih utk langsung menunjukkan kpd masyarakat kebenarannya.

Kebenaran yg bisa kalian dgrkan sendiri di rekaman talkshow di atas.

Lalu pertanyaannya, perlukah kami terasa kasar dan selalu menghina?

Jawabannya, tentu tidak. Bahkan di benak kami, segitu tdk kasar 🙂

Mau tau yg kasar? Lempar2 kotoran manusia ke gedung, berteriak “tai”, “anjing”, “k*ntol” , “m*mek”, “bangsat”, sambil demonstrasi di jalan

Kami ingin memprovokasi. Tdk mungkin provokasi dilakukan dgn halus2. Itu membujuk namanya.
Kami ingin mengkritik. Tdk mungkin mengkritik itu tidak mengambil sisi

Ini sebuah acara politik dimana semua acara politik itu pasti berpihak.

Tapi kami masih belajar bagaimana bisa mengkritik, memprovokasi dgn lebih baik lagi. Dgn lebih sarkas. Dgn lebih lucu.

Gue selalu kagum dgn Jon Stewart yg bisa menyerang dgn lucu dan sarkas dan tidak terasa “sakit”
Namun setelah dipikir2, gue yg nonton tidak sakit karena gue bukan berada di sisi yg bersebrangan

Masyarakat republican pasti “sakit” sama Jon Stewart yg membela Democrats. Tapi bahkan ketika Democrat salahpun Jon tetap kritisi.

Di Amerika, kalau ga suka dgn versi democrat-nya Jon Stewart tinggal tonton versi Reblicannya Bill O’Reilly di O’Reilly Factor

Kembali ke RIM dan Kominfo
Gue sendiri, menentang kebijakan2 kominfo, pertama karena memang aneh, kedua karena gue kuatir.
UU ITE yg jadi dasar mereka ada pasal tentang pencemaran nama baik. Yg biasanya jadi alat pembungkaman maskarakat

Di Cina, selain ada The Great Wall, juga ada The Great Fire Wall.
Menyindir pemerintah Cina yg melakukan pemblokiran thd siapapun yg menulis bertentangan dgn pemerintah.
Awalnya, pemerintah Cina bilangnya pengen blokir konten pornografi, tapi ternyata langsung memblokir masyarakat Cina yg kritis thd pemerintah.
Gue pernah ke Shanghai selama hampir seminggu. Di sana gue ngobrol2 dgn mahasiswa2 Indonesia yg kuliah di sana.
Salah satunya Gandhi, seorang teman dari Indonesia yg kini kerja di sana. Gandhi dan para mahasiswa cerita di Cina yg paling ditakuti adalah aparat. Nggak ada 1pun yg berani berbicara secara terbuka ttg pemerintah.
“Rasanya kayak hidup di jaman Soeharto”

Internet dan social media membawa kebebasan baru dalam berpendapat

Amerika (mengaku) sebagai salah satu pendukung kebebasan berpendapat. Hillary Clinton, Secretary of State utk US dalam pidatonya tentang “Kebebasan & Internet” berkata “Informatiom freedom supports the peace and security that provide foundation for global progress”

Pemerintah Amerika masih inget bagaimana fax dan fotokopi serta radio ilegal jadi salah satu alasan utama robohnya Uni Sovyet.
Albert Wohlstetter tahun 90 pernah pidato “fax shall make you free”

Ini semua gue baca di majalah WIRED yg terbaru

Di artikel yg sama gue membaca selain blokir semua yg kritis thd pemerintah, Cina juga lagi membangun “Green Dam”. Teknologi yg membaca, mempelajari, merekam pola browsing kita sebelum memutuskan utk memblokir.
Sering mengakses kepada org2 yg di data kritis thd pemerintah? BLOK 🙂

Di Russia, pemerintahnya lagi bikin proposal utk mengumpulkan semua data (termasuk data pengguna) social media di Russia

Di Iran, mereka memantau internet utk menemukan org2 yg membangkang dan oposisi thd pemerintah

Bagaimana di Indonesia?
Tidak lama ini gue dapat informasi bahwa Wantannas rapat 150 org d sebuah hotel membahas soal socmed + internet.
Sementara itu sedang digodok RUU berjudul RUU Tindak Pidana Teknologi Informasi atau disingkat TIPITI.
Dari mana gue tau?
Silakan klik disini –> http://treeatwork.blogspot.com/

(Sori gue dari BB ngeblognya. Ga bisa bikin link hehe)

@treespotter bahkan ngasi tau bahwa selain RUU di atas, RUU Konvergensi Telematika. Dimana pasal 4 bunyinya ‎​”Telematika dikuasai Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah” juga
‎​”Setiap penyelenggara telematika wajib membayar biaya hak penyelenggaraan telemayika dan wajib mendapat izin dari menteri”

Apa itu telematika, itu pertanyaan sama sama. Pemerintah soalnya suka aneh2 utk urusan definisi

Yg pasti, yg dimaksud dgn konvergensi adalah konvergensi 4 elemen: layanan, jaringan, aplikasi dan konten
🙂

Secara teknis, ngeblok orang2 tertentu di internet memang sangat mungkin. Toh Google bisa kaya krn mereka bisa mentarget iklan scr spesifik kpd orang2 tertentu.

Intinya, gue ga pernah setuju dgn pendekatan GO_BLOCK alias dikit dikit ngeblok.

Bukan itu solusi di era dimana kebebasan berpendapat & berekspresi sudah jadi hal yg dibela oleh setiap individu.

Look, I wouldn’t be questioning the goverment is the government isn’t being so mysterious. I wouldn’t be fighting the government if they are being just and fair.

Bagi gue, kalo ada indikasi utk melakukan pembungkaman terhadap kebebasan perpendapat, hanya ada 1 kata: LAWAN