I was cool
Tidak sedikitpun grogi.
Tidak sedikitpun kuatir.
Saya sudah belajar dari kesalahan di Merdeka Dalam Bercanda.
Kala itu, saya berkali kali mengatakan kepada diri saya sendiri “Ini spesial. Ini Museum Nasional. Ini 800 penonton. Treat it special”
Saya juga ingat karena pemikiran itulah, adrenalin saya memuncak dan di atas panggung energinya keluar berlebih. Ditambah kondisi gedung yang dipaksakan jadi venue stand-up comedy, saya basah kuyup berkeringat dalam 10 menit pertama.
Setelah 3/4 jalan saya mulai lelah, konsentrasi melemah, banyak salah ucap yang krusial, banyak terlalu terburu buru. Saya terlalu tegang untuk berani improvisasi dan keluar dari set saya, sekalinya improv ngaco pula ngomongnya.
Banyak yang senang dengan MDB dan walaupun memang merupakan pertunjukan yang bagus, saya yakin bisa lebih baik lagi.
Di Mesakke Bangsaku, saya tenang. Saya katakan kepada diri saya sendiri, ini (Teater Jakarta) tidak beda dengan kota kota lain. Tidak beda dengan Solo, Pontianak, Jambi, Malang, dll. Tidak lebih spesial.
Selain itu, saya juga alihkan pikiran saya dengan menyibuki diri. Termasuk dengan membaca Auto-Biografi Sir Alex Ferguson. Saya harus yakin bahwa saya sudah hafal, dan memang saya sudah hafal karena sudah 13 kali saya bawakan di kota kota lain.
Sekitar jam 18.00 ketika penonton mulai ramai dan masuk ke auditorium, setelah saya peregangan dan pemanasan (ritual yang selalu saya lakukan sejak saya pernah ketarik ototnya waktu stand-up,
maklum kebanyakan act-out) saya memilih untuk menghabiskan jam terakhir dengan ngobrol bersama Arief Didu dan Danis Darusman di ruang tunggunya Arief. Saya tahu kami pasti bawaannya bercanda kalau lagi ngumpul dan itu akan membuat kami lebih tenang dan berada dalam mood yang baik.
Saking tenangnya, beberapa saat sebelum acara mulai saya lagi sibuk menggoda si Danis yang lagi grogi karena mau bacain peraturan. Ketika anda nanti menonton DVDnya, atau digital downloadnya, anda bisa nilai sendiri.
***
Salah satu alasan kenapa saya begitu tenang, adalah karena saya tahu secara teknis acara ini aman.
Selain didukung teman teman komunitas yang sudah biasa mengerjakan acara serupa, mereka juga dipimpin Adjis Doaibu. Anak anak ini segan dengan Adjis, atau takut, atau naksir, entahlah yang pasti mereka nurut kalau Adjis yang mimpin. Anak anak komunitas ini juga serius ketika bertugas. Saya seneng sendiri lihat Arya Novrianus yang kalau di atas panggung beringas dan tidak peduli kepada dunia dengan hal hal yang dia ucapkan, ketika jadi panitia berubah jadi santun. Sekali waktu saya lihat dia menyambut penonton yang datang “Siang, bisa saya bantu?”. Edan, itu beda banget dengan dia ketika di panggung. Hahahaha.
Selain mereka, Zaindra, Ben dan Fuad juga alasan mengapa saya tenang dalam penyelenggaraan. Ben dan Fuad latar belakangnya memang pengerjaan event seperti ini. Zaindra sudah matang kalau urusan panggung, sound, lighting, dll. Apalagi Zaindra dan Ben juga ikut selama 13 kota sebelumnya.
Kehadiran Angga Sasongko sebagai art director juga sangat membantu. Selain arahan dalam hal tata cahaya, Cyclorama (layar yang secara perlaan berganti warna yang ada di belakang saya) dan “Pohon Ilmu” sebagai perlambang Mesakke Bangsaku, Angga juga memberikan masukan terakhir yang penting dan tidak terpikir oleh saya: Framing. Dia menyempitkan framing-nya dengan menarik layar samping dan atas agar tidak terlalu luas.
Ditambah Pio dan tim dokumentasi, saya semakin santai menyikapi penyelenggaraan. Pio hafal bit bit saya luar dalam, dia tahu momen apa yang perlu diambil. Setelah saya melakukan pengarahan kepada tim dokumentasi video, saya kembali ke ruang tunggu, santai santai dan cemal cemil sebelum acara mulai.
***
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai performa saya, izinkah saya mengambil kesempatan ini untuk memberikan pujian tertinggi untuk Arief Didu
This guy, deserves a big break.
Banyak komika yang anda lihat sukses hari ini, mendapatkan bimbingan dari dia. Bahkan Arief sudah ada malam itu ketika Stand-Up Comedy meledak di Indonesia. Di Comedy Cafe 13 juli 2011.
Malam itu, 1200 orang kagum dan kebanyakan kelihatannya terkejut dengan seorang Arief Didu yang dengan kejujurannya, dengan apa adanya, dengan luwesnya, mengubah semua permasalahannya jadi bahan komedi yang luar biasa. Rasanya tepat sekali Arief membuka Mesakke Bangsaku, karena kualitasnya terbukti dan bahwa penontonpun mengakui, kelasnya memang di atas rata rata.
***
Mesakke Bangsaku bagi saya membanggakan.
BTT (Bhinneka Tunggal Tawa) dan MDB tentu saya membahas keresahan saya. Tentu ada bit bit yang muatannya berat. Di BTT saya bahkan sampai membahas kesenjangan antara Jawa (dan propinsi maju lainnya di Indonesia) dengan Papua. Di MDB saya membahas FPI dan JIL vs Tanpa JIL.
Tapi baru di Mesakke Bangsaku (MB) saya benar benar naik panggung karena ingin menumpahkan isi hati saya. Saya benar benar kuatir dan peduli dengan beberapa isu yang saya angkat. Ini bukan hanya karena lucu, saya benar benar ingin penonton tahu apa yang ada di kepala saya. Dalam proses penulisan, saya bahkan sampai kuatir sendiri. “Kok berat amat ya..”
Di special saya ini, saya membahas pendidikan dengan sangat tebal dan semua kepedulian saya terhadap pendidikan berawal dari anak saya sendiri yang mulai bersekolah. Dari kualitas guru, sistem pendidikan, UN, hingga produk sistem pendidikan Indonesia.
Saya membahas diskriminasi terhadap kalangan difabel, saya membela kaum gay, saya membahas kemiskinan, saya membahas pemilu, dan membahas opini vs fakta, hal hal yang tidak umum jadi topik seorang komika. Di saat komika komika lain mengkritik “The usual target” dan “Sitting ducks” macam pemerintah, FPI dan idol group, saya mengkritik Ariel Noah. Orang yang saya yakin lebih banyak pendukungnya daripada pendukung pemerintah, FPI dan JKT 48 kalo digabungkan.
Saya bahkan membahas hal hal yang dianggap tabu dan tidak boleh dijadikan lawakan atau becandaan. Saya bikin lawakan tentang pemerkosaan dan tentang masa tergelap Indonesia semasa saya hidup yang saya alami sendiri: Kerusuhan Mei 98.
Dan semua tertawa.
Beberapa bit yang tidak ada bobotnya keseriusan contohnya adalah bit tentang bedanya laki laki dan perempuan termasuk di dalamnya bit “Tobron” yang rasanya sekarang jadi kosa kata baru di benak banyak penonton saya
Bit ngorok dan chunk (kumpulan jokes) bedanya Bodoh dan Goblok. Sengaja saya masukkan dan saya sebar letaknya untuk membuat otak penonton istirahat sejenak. Bit saya tentang ATM non tunai, diawali dengan mengetik kata “goblok” di google. Lalu membawa saya kepada pencarian “orang goblok”. Lalu saya menemukan sebuah video CCTV tentang orang yang mau mencuri motor tapi gagal sehingga setelah sekitar 15 menit dia coba utak atik motor tersebut, dia keluar sendiri dengan tangan kosong dan kepala yang digaruk garuk. Lalu saya penasaran mengoogle “Pencurian yang gagal”. Pada malam hari sekitar jam 2 dini hari, saya ketawa ketawa sendiri menemukan berita berita lucu soal pencurian atm yang gagal.
Ada banyak momen momen yang jadi favorit, baik favorit saya ataupun penonton. Saya pribadi senang dengan bit pembuka saya, dari “Penonton goblok” sampai “Dua kalimat syahadat di gereja”. Rasanya saya membuka dengan menyebalkan tapi lucu pada saat yang bersamaan. Penonton pasti bingung mau menanggapi. Setelah itu saya langsung masuk ke chunk serius mengenai kalangan minoritas. Di dalamnya, ada bit favorit banyak orang: Waria main voli.
Sebelum masuk ke chunk Pendidikan, saya ingin membuka masalah terbesar saya. Tekanan yang Dipo rasakan yang jadi kesedihan mendalam bagi saya. Mungkin tidak terbayangkan oleh anda ketika anak yang anda sayangi, duduk di depan anda dengan suara pecah hampir nangis berkata “Teman teman udah bisa baca, aku belum, aku malu, aku bodoh”. Tapi itu terjadi terhadap saya. Saya menahan sedih tapi juga terpaksa harus tegar di hadapan anak saya. Pengalaman itu, membekas dan menjadikan saya mencari tahu banyak tentang pendidikan Indonesia. Kebetulan, penonton Stand-up saya juga selalu suka kalau saya membahas Dipo. Klop.
Salah satu bagian favorit saya adalah ketika saya membahas bedanya laki laki dan perempuan. Bit ini selalu berhasil. Di kota apapun ketika saya bawakan, penonton selalu memberikan reaksi yang luar biasa. Mungkin karena bit tentang relationship secara teori memang selalu berhasil di berbagai tempat. Chris Rock pernah ditanya oleh Letterman ketika usai menjalankan tur “Kill The Messenger”, bagaimana dia bisa berhasil di berbagai kota dan negara dengan latar belakang yang beda beda. Rock menjawab “Saya banyak membawakan tentang relationship, ternyata laki dan perempuan di seluruh dunia masalahnya sama saja”
Yang juga jadi momen favorit saya, adalah ketika saya membahas mengenai “Terlalu patuh”. Dari bit “Toa masjid” hingga penutup chunk tersebut “Voorijder” bagi saya adalah sesuatu yang sangat ingin saya sampaikan. Masyarakat Indonesia ini cenderung canggung untuk protes. Kesannya tidak sopan. Orang mengkritik malah disuruh diam. Padahal kekuatan dari negara demokrasi adalah kebebasan berpendapat yang harusnya jadi alat kontrol rakyat terhadap pemerintahnya. Kalau pemerintahnya dzalim, masak rakyatnya nggak protes? Kalau ada kesalahan di depan mata, yang berakibat buruk kepada masyarakat umum, masak tidak protes?
Mungkin keresahan ini jadi keresahan yang sama dengan 1200 orang yang hadir malam itu, karena di akhir bit “Voorijeder” orang orang memberikan Standing Ovation. Mereka berdiri, meninju ke udara, mengepalkan tangan ke atas, menunjuk saya sambil seakan berkata “SETUJU DGN ELO!”. Di kota kota lain memang biasanya bit tersebut menghasilkan Applause break. Tapi di Jakarta, luar biasa. Saya bahkan sampai terkejut sendiri. Kalau nonton di DVDnya, saya sempat kaget dan bereaksi “Wow..”
Juga bagian yang bagi saya pribadi adalah momen yang menyenangkan adalah ketika saya membongkar tas penonton. Saya dapat ide ini dari seorang stand-up comedian Amerika bernama Jonathan Winters. Dia begitu hebat dalam improvisasi, dia bisa jadikan benda apa saja sebagai bahan. Pertama kali saya melakukannya di Provocative Proactive Stand-up yang ke 2. Sejak itu, saya melatih skill ini di setiap pertunjukan Mesakke Bangsaku di tiap kota.
Mungkin tidak banyak yang sadar, bahwa untuk membuka tas penonton dan improvisasi dari apapun yang kita temukan di atas panggung adalah teramat susah. Isi dari tas orang orang ini tidak
tertebak. Kuncinya adalah membuat kelucuan dari apapun yang kita temukan dari isi tas tersebut. Tapi kemampuan ini tidak akan bermakna apa apa kalau orang yang saya ambil tasnya akan tersinggung. Maka salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah membaca penonton dan memperkirakan siapa kira kira yang kalau saya ambil tasnya tidak akan merasa privasi-nya terlanggar. Saya belajar kemampuan ini selama ngemsi belasan tahun. Terbukti, semua orang yang saya bongkar tasnya merasa justru bangga dan jadikan itu pengalaman berharga. Di akhir acara sering kali mereka berfoto dengan saya sambil mengangkat tas yang tadi saya bongkar.
Penonton pasti merasa, Pendidikan jadi topik utama di Mesakke Bangsaku. Akar keresahannya sederhana, mahal. Orang kalau sudah keluar uang banyak untuk sesuatu, tentu berharapnya mendapatkan sesuatu yang setimpal. Nah bagaimana saya bisa yakin bahwa investasi yang saya berikan akan berdampak baik? Buktinya apa? Selama ini bagaimana? Apa yang bisa saya lakukan? Semua pertanyaan ini mengarah kepada riset yang mendalam. Saya bahkan follow @bincangedukasi dan mendapatkan begitu banyak bahan.
Saya rasa, ini metoda terbaik untuk saya. Keresahan mendalam, mengarah kepada penggalian data, dan fakta fakta yang terungkap ditambah cara berpikir saya, menghasilkan ide ide yang layak untuk dituangkan dalam tulisan. Dirapihkan, diedit, ditambahkan, lalu dilatihkan. Di OpenMic. Lakukan berulang ulang hingga ngelotok di kepala.
***
Kini, saya memutuskan untuk berhenti dulu membuat karya baru di Stand-Up Comedy. Berhenti bikin tur, berhenti bikin special. Saya ingin mengerahkan semua sumber daya yang saya miliki untuk album Gamila yang saya yakini akan jadi album yang sangat keren yang pernah Indonesia dengar, dan saya rindu kepada penikmat musik saya.
Tapi sejak saya memutuskan ini hingga detik ini, saya tidak bisa berhenti memikirkan Stand-Up Comedy, tidak berhenti menggali bahan, tidak berhenti menulis premis namun saya coba sebisa mungkin tidak terpancing untuk melakukan pengembangan lebih dalam.
Tahun 2014, saya mau menonton acara acara Stand-up teman teman
saya. Tahun 2014 saya menyerahkan laju kesenian ini kepada rekan rekan seperjuangan saya. Tahun ini saya mau fokus pada hal lain.
Saya mau tetap melakukan sesuatu dengan stand-up comedy tapi tanpa harus menulis materi materi baru. Saya akan persembahkan Mesakke Bangsaku kepada mereka yang ingin mengoleksi dalam format DVD atau digital download yang pada April 2014 akan rilis.
Saya akan kembali berkarya di Stand-Up Comedy. Walau bukan di tahun ini.
***
Sebagai penutup, saya mau berbagi tentang hiburan saya. Mesakke Bangsaku adalah sebuah rangkaian pertunjukan di mana saya menghibur penonton, tapi sebenarnya ada bagian dimana saya akhirnya yang terhibur.
Di akhir acara, saya dan teman teman panitia dan rekan tim Bedebah FC melakukan After Party di Beer Garden. Saya sih tidak minum bir, tapi kebanyakan panitia ingin mencari tempat di mana mereka bisa duduk duduk, ketawa ketawa, minum minum sambil melepas segala penat dan menikmatin kelegaan usai acara. Apalagi, bagi kami para panitia inti (saya, Zaindra, Ben, Danis, Pio) ada alasan untuk merayakan sesuatu: Mesakke Bangsaku adalah tur pertama yang mengalami keuntungan yang sangat signifikan. Berkat dukungan Smartfren, Citilink dan kesediaan penonton MBJKT membayar harga yang mahal.
Kini, saya adalah bukti hidup bahwa bukan hanya Indonesia siap untuk mengapresiasi Stand-Up Comedy dengan harga yang tinggi, tapi seorang komika bisa berpenghasilan besar dari turnya.
Ketika After Party-lah saya terhibur dengan becandaan teman teman dan kelakuan teman teman yang mabok. Baru saja beberapa jam sebelumnya saya membahas orang mabok, eeeeh di After Party orang orang mabok ini menghibur saya, hehehe.
Yang juga, jadi hiburan bagi saya adalah ketika saya mendapatkan foto foto dan hasil dokumentasi video dari Pio dan tim. Melihat wajah wajah ini, adalah hiburan bagi saya. Coba, mungkin anda bisa menemukan wajah anda di antara wajah wajah ini.
Terimakasih kepada anda penonton.
Terima kasih sudah tumbuh bersama saya, menikmati karya saya, dan menghargai karya saya.
Terima kasih.
Oiya, satu lagi.
Kalau anda kenal dengan perempuan yang ada di foto ini, mohon minta dia hubungi saya via twitter @pandji karena saya mau kasih dia DVD Mesakke Bangsaku. Nampaknya dia kehilangan banyak dari pertunjukan ini…
Pertamax
pertamax, kalaupun bukan jadi yg pertamax ini tentu bukan masalah sy ;), yang penting menikmati tulisan dari awal sampai ending, sy kira tulisan sama seperti dulu harus menyiapkan tissue untuk membacanya, tapi kali ini harus siapin duit, buat beli dvd ini ;))
2 jempol
Pleasure to work with you, sobieh..
Gak sabar pengen beli DVD-nya. Iri sama Jakarta nih, keren banget. Tapi beruntung sih bisa nonton tur ini di Banda Aceh 🙂
Gak pernah berhenti ketawa dan bilang “Gila,,Gila nih orang”
Salutt, terus berkarya bang pandji..!! :))
Mantap, pas keluar DVD nya wajib di beli, ane tunggu bang Pandji…
Sukses terus bang pandji 🙂
Salam dari Aceh!
yang mabok keren,,kalo ga mabok lebih keren kayaknya, hehehe….DVD nya berapaan tuh?
Kereeen banget postingannya. Awal bacanya agak bingung dan emang kesannya berat. Tapi lama-lama enjoy juga kok. 🙂
Nggak ada yang nggak keren dari bang pandji,kalo gw nulis artikel dengan EYD gitu pasti nggak sampai selembar udah buntu.Sukses selalu bang,bangga berbahasa Indonesia dengan baik dan benar 🙂
cerdas, nggak banyak manusia yang perduli pada sesamanya.
walaupun nontonnya cuma dari tv, tapi asli ngakaknya dari hati.
keren banget!!! sukses selalu om panji 😀
1199 orang yg nikmatin acaranya.. sisanya di foto terakhir
Nih baru anak bangsa yang banggain!
Ga sabar nunggu DVD nya
lumayan buat latihan beretorika
^_^
Baru liat hari ini kereeeen
wah barusan nonton tadi di kompas tv…
keren om…
gw nonton di kompasTV, sumpah ngakak sampe gak bs tidur gw.. cerdas..!
Thanks God!
Indonesia masih ngelahirin pemuda2 yang bener2 “Peduli” dan provokatif kaya elo Ndji.
Semoga ini bisa jadi awal Indonesia Jaya.
Keep the good work bro!
m(_ _)m
sdh nonton td mlm
tp msh pingin punya vcd
nya….mohon info bs didapat
dimana y?…matur suwun
keren banget Pandji, panggung seperti “rumah sendiri” 🙂
Mantap bang Panji foto2 nya
tetap berkarya bang Pandji!
Super sekali bang Pandji ini
walah,, keren tenan bang pandji… ternyata sekondang kondangnya orang, meskipun sedikit pasti punya rasa grogi ya bang..
Kabarnya orang bodoh itu pasti sukses loh,, dari kutipan om bob sih 😀 tapi disetiap video yang ada, orang bodoh itu pasti gagal melakukan aksinya. kok gitu ya 😀 😀 😀