Mendobrak keterbatasan…

By galih on May 12, 2008

“soal solusi lain yg lo harapkan orang2 bisa cari dan temukan itu, sebenernya bagus ndji. Gw pikir juga kita harus lebih kreatif untuk bisa memecahkan masalah. Tapi kondisinya sekarang, masyarakat kita penuh dengan keterbatasan. Apalagi masyrakat miskin. Makanya yg sering terjadi mereka cman bisa demonstrasi. Nulis di koran/website gag bisa, bikin album dan nge-rap kayak lo juga ga bisa, menduduki kursi di pemerintahan juga ga bisa. Jadi demonstrasi adalah alternatif yg paling memungkinkan mereka lakukan. Atau mgkn menurut lo hal apa yg bisa rakyat miskin lakukan untuk nyuarain pendapatnya?coba mgkn lo bisa jawab.”

Nah, kalo soal mahasiswa nih, gw rasa mahasiswa sekarang ini gag cman demo aja kok. Banyak mahasiswa yg udah nulis di koran, bikin buku, bikin jurnal, blog, bikin acara sosial dan lain2. dan menurut gw semua itu adalah usaha untuk menyampaikan aspirasi dan memajukan indonesia.

Masyarakat penuh keterbatasan.

Hmmm.

Rasanya ini momen yang tepat untuk menceritakan salah satu semangat PROVOCATIVE PROACTIVE

Kalau gue tanya, dunia ini lebih banyak batasannya atau kebebasannya?

Jawaban yang muncul, sangat tergantung kepada sudut pandang setiap orang. Pesimist akan menjawab banyak batasan, optimist akan menjawab sebaliknya.

Di benak gue, batasan ada yang tercipta dengan sendirinya, ada yang diciptakan oleh orang lewat aturan dan terus terang ada yang dibikin bikin sendiri.

Dari buku yang gue baca “THE PIRATE’S DILEMMA” karya Matt Mason mengatakan bahwa hampir semua kemajuan dunia saat ini adalah berkat jasa pembajak.

Pembajak, memang banyak yang berdosa karena mencuri hak orang.

Tapi disisi lain, pembajak banyak yang melawan batasan yang diciptakan oleh industri. Industri menciptakan batasan itu untuk menjaga agar mereka tetap kaya, dan tetap aman.

Gue punya cerita:

THOMAS ALFA EDISON suatu hari menciptakan Phonograph record berisi lagu lagu yang bisa dimainkan lewat alatnya Phonograph.

Industri musik menyerang EDISON dan menyebutnya sebagai pembajak. Itu terus berlangsung hingga suatu saat diciptakan system royalty. (Surprise!!! Edison dulu pembajak)

Kemudian EDISON pindah ke filmmaking dan menciptakan alat untuk bikin film. Dia kemudian meminta orang untuk bayar royalty kalau bikin film dengan teknologinya.

Ini langsung melahirkan banyak pembajak pembajak teknologi film. Salah satunya seseorang bernama William yang pindah dari new york ke Wild West (waktu itu masih wild dengan Indian dan koboy) disitu dia bertahun tahun menjadi pembajak teknologi EDISON dengan membuat film secara konsisten hingga pada akhirnya masa royalty EDISON habis.

Kemudian dia membangun kerajaan didaerah tersebut yang akhirnya diberi nama HOLLWOOD. Nama belakang William? FOX. (Surprise!!!!)

Cable TV muncul tahun 1948, satu jaringan yang menawarkan begitu banyak pilihan channel dari begitu banyak daerah dan negara. Dulu Cable TV menolak untuk membayar royalty kepada stasiun TV yang dia tayangkan dan selama 30tahun berjalan dengan tidak jelas (karena aturannya belum ada) dan dicap pembajak. Hingga akhirnya kongres menciptakan aturan yang akhirnya menimbulkan aturan seimbang antara stasiun TV dengan si pembajak tayangan TV tadi. (Surprise!!!)

Siaran radio pertama kali dilakukan oleh Reginald Fessenden berumur 40 tahun. Edison menjuluki dia Fezzy. Dulu dia diketawain Edison dan inventor lain atas teori gelombang suara.

Tahun 1906 Fezzy mengudara, memainkan sebuah lagu dari phonograph, membacakan sepotong ayat dari kitab suci, bermain biola dan bernyanyi. Itulah tayangan siaran radio pertama kali.

Amerika tercengang mendengar suara itu di udara karena terbiasa hanya mendengar ketukan sandi morse.

Fezzy menciptakan sarana baru dalam penyampaian pesan. Langsung Amerika mengadaptasi untuk kebutuhan perang.

Di Eropa, gelombang radio dianggap terlalu kuat apabila diserahkan kepada rakyat, maka teknologi itu ditahan pemerintah dan digunakan untuk edukasi dan propaganda.

Jengah dengan batasan pemerintah, muncul kemudian radio yang disebut Radio Luxembourg yang punya kekuatan pemancar sampai UK, prancis dan jerman dimana radio diluar pemerintah tidak ada.

Radio Luxembourg memainkan Rock N Roll dan masyarakat di seluruh Eropa mendengarkan radio pembajak tersebut. Banyak yang mengaku bisa bahasa inggris gara gara dengar radio tersebut. (Surprise!!!)

Bayangkan!!! Tanpa adanya semangat pembajak, tidak akan ada CD musik, Industri film Hollywood, TV Kabel, Radio swasta, dll!!!

Mark Cuban (pemiliki tim NBA Dallas Maverick dan pengusaha HDTV) mengatakan bahwa pembajakan berhasil membuktikan bahwa konsumen ingin menikmati film “How they want it, when they want it, and where they want it” Karena banyak DVD bajakan muncul di Canal Street (sbuah pasar di Chinatown yang ngejual bajakan paling banyak di New York) pada hari yang sama ketika film dirilis, perubahan besar terjadi di industri film Amerika. Soderbergh dan Cuban merilis film mereka BUBBLES di bioskop, dalam bentuk DVD dan HDTV pada hari yang sama.

Ketika film Memoirs of a Geisha dilarang di Cina karena dianggap tidak sesuai dengan norma dan budaya Negara, siapa yang berhasil melawan?

Pembajak.

DVD bajakan film tersebut laku keras dan terjual jutaan kopi.

Pembajak berhasil melawan tangan besi pemerintah yang berlaku semenanya dengan aturan yang represif.

Mungkinkah para penjual di lapak kuningan, ratu plaza, tanpa mereka sadari menjadi bagian dari perjuangan masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap apa yang seharusnya merupakan public domain dengan lebih demokratis? Jauh dari kontrol korporat?

POLITICIANS AT THE TOP INTRODUCE POLICIES

THE PEOPLE AT THE BOTTOM FIND A WAY AROUND THEM

Muzimei, Chinese Blogger –

Semangat inilah yang gue harapkan muncul dari album gue.

Gue tau masyarakat mengalami batasan akan banyak hal.

Tapi gue bersender kepada mahasiswa yang notabene adalah SISWA yang MAHA untuk bisa membantu rakyat mencari pilihan lain. Mereka adalah siswa tertinggi, tercerdas.

Rakyat miskin memang terbatas, tapi mereka juga belajar demonstrasi dari mahasiswa kan?

Selama ini memang banyak mahasiswa yang sudah nulis di Koran, bikin buku, blog, acara social, dll, dan gue mendukung mereka.

Bagi gue, ini kelak bisa jadi pengganti demonstrasi. Provokasi gue hanya bertujuan untuk menambah akselerasi proses tersebut karena terus terang memang tidak semua demonstrasi berakhir rusuh, hanya bikin macet, dan disusupi provokator. tapi itu semua adalah tanda bahwa dibutuhkan perubahan. Tanda bahwa yang berhasil dulu belum tentu masih berhasil hari ini. Kalau orang masih banyak yang berkata “Ah, nggak apa apa kok, toh nggak semua rusuh dan hanya bikin macet” maka orang orang itu menurut gue, terjebak pada COMFORT ZONE.

Begitu nyamannya dengan cara sekarang, hingga mereka tidak sadar bahwa sebenarnya, pilihan selalu ada. Namun untuk mengambil pilihan itu, harus keluar dari zona aman tersebut, dan kerja keras serta melewati banyak masa sulit, banyak kesalahan, tapi itulah proses belajar.

Belajarlah dari semangat pendahulu kita, cerita diatas bukti bahwa semangat untuk keluar dari keterbatasan akan membawa kepada arah yang lebih baik (termasuk keterbatasan solusi penyuaraan aspirasi)

Dulu Sumpah Pemuda bisa mengumpulkan para pemuda di seluruh Indonesia, jong java, jong ambon, jong Celebes, dll.

PADA MASA DIMANA TELFON, SMS, INTERNET BELUM ADA!

Mengapa dengan segala kemajuan teknologi, fasilitas yang ada kita masih menggunakan demonstrasi yang waktu itu sudah dilakukan pada masa mereka?

Mengapa dengan majunya kebudayaan kita masih menggunakan metoda yang sama dengan masa dimana gedung di Jakarta baru ada SARINAH?

Disaat mobil jumlahnya cuma segelintir?

Puluhan tahun yang lalu mahasiswa demonstrasi di depan hotel Indonesia sebagai satu satunya hotel di negara kita.

Tahun 2008 kita masih melakukan hal yang sama.

Kenapa?

Apa namanya kalau bukan comfort zone?

Gue tau demonstrasi itu sangat kuat. Banyak keuntungannya.

Visual. Orang banyak yang bisa liat jumlah massal itu dengan spanduk dan banner. Orang yang ga tau bisa melihat pesan mereka.

Gratis. Cuma butuh tenaga dan semangat (dan kadang nasi bungkus serta uang Rp 50.000)

Vokal. Dengan alat audio yang tepat, orang juga bisa mendengar teriakan mereka.

News Value. Pers menyukai demonstrasi karena jadi bahan berita dan dengan itu ada exposure keseluruh negri.

Mencari pengganti akan menjadi pekerjan yang tidak mudah, tapi bukan berarti kita benar benar tidak punya pilihan lain kan?

Kita selalu punya pilihan.

Gue mungkin bisa mencari sendiri solusi apa sebagai pengganti demonstrasi, (bahkan gue punya beberapa ide) tapi buat apa?

Itu namanya “Spoon feeding”

Dimana pembelajarannya kalau harus disuapi terus?

GOKILLL

Ini baru namanya “Thought Provoking”.

🙂