Ini salah satu masalah kita. Yang menjadikan kita susah untuk benar benar bangkit.
Kita punya mental majikan.
Perhatiin aja rumah pada “middle class” Indonesia
Rata rata punya pembantu.
Ngaruhnya apa?
Ngaruhnya kita terbiasa untuk nyuruh beresin rumah kalau liat rumah kita berantakan, atau kalau ingin sesuatu.
Padahal yg berantakin kemungkinan kita sendiri
Dan padahal bikin kopi juga bisa sendiri.
Dengan alasan “Kan gue gaji untuk bantu bantu?” mereka memilih untuk duduk tenang sambil nonton TV sambil nunjuk2 “Beresin itu dong, ambilin air es dong”
Padahal, kalau hal hal seperti itu kita bisa lakukan sendiri, pembantu jadi lebih fokus tenaganya untuk melakukan hal hal lain yang mungkin “lebih males” untuk kita lakukan seperti nyuci baju dan setrika atau entahlah apa.
Sementara, kebangkitan Indonesia sebenarnya sangat bergantung pada middle class-nya..
Sama keadaannya dengan para pemuda Indonesia
Dengan alasan “Pemerintah dan DPR kan digaji pake uang pajak dari gue..” akhirnya pemuda lebih seneng nyuruh nyuruh Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, menurunkan biaya sekolah biar yang tidak mampu bisa sekolah, memberikan fasilitas kesehatan berkualitas dan gratis untuk masyarakat yang tidak mampu.
Padahal, kita bisa lakukan sendiri.
Mereka juga melakukan perubahan, KITA juga.
Kemarin, 2 mahasiswa Jurnalistik dari UNPAD mewawancara gue untuk kebutuhan majalahnya. Di akhir wawancara mereka bertanya ada pesan apa untuk mahasiswa UNPAD..
Gue lalu menjawab “Ada 2 jenis pemuda di dunia. Mereka yang menuntut perubahan, dan menciptakan perubahan. Dua duanya harus ada. Nah sekarang, liat kampus kalian. Sudahkah ada keduanya? Kalau belum, maka ada yang salah dengan kampus kalian”
Salah, karena kalau pemuda cuma bisa menuntut doang, itu pertanda bahwa mereka punya mental majikan…