Kalau ditanya apa kesan akan Beijing, saya akan jawab “Tak ada duanya”
Beijing, ibu kota Republik Rakyat Tiongkok adalah rumah bagi 21 juta jiwa. Tidak seperti Jakarta, 21 juta ini beneran tinggal di Beijing, bukan pendatang dari Bekasi atau Tangerang yg masuk kota hanya untuk bekerja.
Semua yang ada di Beijing, tidak ada duanya.
Tembok Cina yang luar biasa, tak ada duanya. Dibangun selama 200 tahun, merentang sepanjang pulau Jawa merupakan keajaiban dunia buatan manusia. Lebih tepatnya buatan manusia yang diperbudak.
Bangunannya sih dari dekat beneran hanya seperti tembok. Secara arsitektural lebih mengagumkan Borobudur karena Borobudur tidak menggunakan perekat. Bangunan raksasa itu berdiri dengan teknik kuncian batu yang efektif & jenius.
Tapi panjangnya Tembok Cina yang luar biasa ini membuat kita terpekur. Betapa kompak bangsa Tiongkok ini dan betapa lama mereka kompak untuk sepakat membangun tembok sepanjang ini.
Makananpun di Beijing tak ada duanya. Ada sih mungkin di negara lain tapi pengalamannya itu tak tergantikan. Makan kecoak & makan kalajengking tak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun karena suasana WangFujing yang festive dan atas nama rasa penasaran, akhirnya saya makan juga. Kalajengking ternyata cukup enak. Seperti kulit ayam goreng. Kecoak ini nih yang bikin saya nyesel. Karena ketika dikunyah rasanya seperti…. Kecoak -_-*
Banyak destinasi seru selama di Beijing yang sayangnya tak sempat sepenuhnya dijelajani karena waktu yang sempit, Qianmen & Sanlitun adalah area belanja & makan yang seru. Wanfujing-pun tak sempat banyak dijelajahi.
Walau sebenarnya kami tahu tak akan banyak belanja. Maklum, di Beijing belanja merk asing mahalnya bukan main. Hampir 2 kali lipat. Karena pajaknya sengaja dibuat tinggi oleh pemerintah Tiongkok. Agar orang terdorong beli produk lokal.
Manggung di Beijing juga tak ada duanya. Di hadapan 300 orang lebih, manggung rasanya bikin ketagihan. Walhasil lagi lagi saya Stand-up 2 jam lebih. Berarti dari London, Berlin, Amsterdam, Guangzhou & Beijing saya tak pernah stand-up kurang dari 2 jam. Padahal materi sudah saya kurang-kurangi. Entahlah, kadang di panggung tawa penonton menyulut semangat saya. Tiba-tiba 2 jam, aja.
Satu hal yang juga tak tergantikan, adalah untuk pertama kalinya tim MBWT dijamu makan malam oleh Duta Besar RI utk Tiongkok & Mongolia, Bapak Sugeng Raharjo. Bersama dengan GM Garuda Indonesia Beijing, Pak Asa Perkasa kami berbincang banyak dari perlunya kemampuan bangsa untuk auto-kritik, kebijakan Jokowi sampai toilet yang tak ada semprotan airnya.
Beijing jadi kota terakhir di 2014 sebelum kami lanjut ke Los Angeles Amerika Serikat di April 2015. Garuda Indonesia, tak putus memberi dukungan luar biasa kepada kami tim MBWT juga berkomitmen untuk tuntaskan tur dunia pertama dalam sejarah Indonesia ini hingga LA. Kalau anda perhatikan, setiap usai pertunjukan para penonton selalu ngetweet seraya mention @IndonesiaGaruda & berterima kasih telah mensponsori & membawa saya ke kota mereka. Ucapan tersebut memang dilayangkan ke alamat yang tepat. Kerja sama yang berangkat dari 1 kesamaan: Kecintaan terhadap Indonesia & keinginan bersama untuk membangun bangsa.
Kita ternyata hampir barengan ya mas posting MBWT Beijing 😀
Silakan yang mau mampir ke tulisan saya tentang MBWT Beijing juga klik link berikut http://buzzerbeezz.com/2014/12/03/mbwt-beijing/ *numpang promosi ya mas Pandji* 😀
Terima kasih udah memberikan hadiah tawa dan kegembiraan menjelang musim dingin ini. Ditunggu kehadirannnya kembali di Beijing. Nanti kita siapkan tim bola anak2 PPIT Beijing untuk tanding lawan tim MBWT.. hahaha.. Salam dari Pak Dubes dan Ibu.
Luar biasa, suatu saat pengen ke situ ditemani rasa bangga terhadap negeri sendiri dan juga garuda indonesia