Mesakke Bangsaku World Tour: Melbourne #spon

So here we go again.

IMG_6460.JPG

Mesakke Bangsaku World Tour, tur dunia pertama yang dilakukan oleh anak bangsa kembali melanjutkan perjalanan.
Kali ini selama 10 hari kami ke Australia utk manggung di 3 kota: Melbourne, Adelaide, Brisbane.
Ini akan jadi rangkaian perjalanan terlama dalam Tur Dunia ini. Sudah terbayangkan kelelahan yang akab kami alami, persiapan sudah dilakukan agar semuanya berjalan baik. Namun yang di luar perkiraan kami, adalah sambutan hangat Garuda Indonesia yang memudahkan semua perjalanan kami & membuat perjalanan panjang ini jadi lebih nyaman.
Di bandara Sukarno-Hatta kami disambut & diajak check in melalui Premium Check in Gate.
Sebuah layanan yang menyenangkan berhubung selama proses kami serombongan bisa santai santai di lounge. Jauh lebih baik daripada harus pegal berdiri atau duduk di trolley sambil menunggu 11 koper dimasukkan ke bagasi pesawat. Iya betul. 11 koper milik 7 orang yang berperjalanan selama 10 hari.
Tidak sampai di situ, kami diajak untuk bersantai di International Executive Lounge.

IMG_6463.JPG

IMG_6464.JPG

IMG_6461.JPG

IMG_6462.JPG

Terkadang kalau anda lelah karena harus bangun pagi, atau karena pusing berdesakan di antara ramainya bandara, menyenangkan sekali rasanya menemukan sebuah tempat yang sunyi, damai, dan memberikan kenyamanan & pelayanan seperti hotel bintang 5.
Ketika saatnya berangkatpun kami di antar mobil khusus menuju pesawat kami.
Its hard not to feel like we’re kings being travelled.
Menariknya, ini semua adalah layanan standar di business class.

Di dalam pesawat, kami disambut dengan ramah oleh para awak kabin Garuda Indonesia yang baru saja mendapatkan pengargaan World’s Best Cabin Crew.
Saya selalu merasa, semakin sering keluar negeri semakin jelas terasa kalau Indonesia harusnya jadi Guru Besar dunia dalam urusan Hospitality. Terbang bersama Garuda Indonesia adalah salah satu buktinya.
Sepanjang kami berperjalanan, sangat dibantu oleh awak kabin berhubung memang kami harus melakukan pendokumentasian. Untuk itu saya berterima kasih kepada seluruh PIC dan Crew GA426/14Aug:

IMG_6466.JPG

IMG_6468.JPG

CP 516642 Achmad Padhil, FO 533256 Rangga Pambudi, PU 521312 Adi Pranoto, SE 530007 Yuli Rovianti, SE 530897 Morena Silitonga, SE 531287 Jenny Kereh, SE 533931 Evi Ratnasari, SE 533975 Nicke Putri, SE 534108 Fitria Putri, SE 534141 Siti Yasmin, SE 538435 Eko Putra, SE 538599 Agung Permana

IMG_6467.JPG

Penerbangan kami transit di Denpasar kemudian baru kami melanjut lagi. Di Bandara internasional Denpasarpun saya check in di layanan eksekutif & kamipun juga berkesempatan untuk menunggu di executive lounge.
Ketika kembali ke pesawat, kami naik pesawat yang lebih besar.
Waktu di udara, saya sempat ditanya “Pak Pandji mau Champagne?”
Saya jawab “boleh…”
Sebenarnya saya tidak minum alkohol, tapi lumayan lah buat difoto hehehehe

IMG_5983-0.JPG

Kalau anda merasa sudah sampai sebuah tahap dalam kehidupan di mana anda layak mendapatkan kenyamanan lebih, atau sekadar memberi penghargaan kepada diri sendiri, manjakan diri anda dengan pelayanan tingkat dunia Business class Garuda Indonesia (@IndonesiaGaruda)

Di business class, penumpang memang dimanjakan. Belum sempat haus sudah ditawari minuman, belum sempat lapar ditawari makan. Makanan yang datangpun bertubi tubi. Dari makanan pembuka, hidangan utama & makanan penutup.
Disajikan dengan begitu indah pula, seakan akan ada chef di atas pesawat.
Sisa perjalanan saya isi dengan menonton film film keren yang disuguhi dalam in-flight entertainment Garuda Indonesia, lalu berhubung kursi saya memungkinkan untuk saya tidur dalam posisi lurus, maka tidurlah saya. Berharap ketika bangun, Melbourne sudah di depan mata.

IMG_6469-0.JPG

Melbourne.
Sejak pertama kali saya datang, rasanya rindu luar biasa untuk kembali. Saya pernah ke Melbourne tahun 2011 selama 3 hari termasuk penerbangan. Pengalaman singkatnya membuat saya penasaran.
Kali ini, saya 5 hari tinggal di Melbourne.

IMG_6491.JPG

IMG_6483.JPG

IMG_6470.JPG

IMG_6492.JPG

Kota ini beberapa kali belakangan tercatat sebagai “The World’s Best City To Live In”
Ketika kita di Melbourne, mudah sekali untuk memahami mengapa kota ini mendapatkan predikat tersebut.

Apakah bensin murah? Tidak juga, bahkan sangat mahal
Parkirpun dibatasi 1-2 jam.
Harga barang barang juga mahal.
Melbourne bahkan Australia secara umum bukanlah tempat yang tepat untuk berbelanja di kala liburan karena harganya mahal mahal.
Beda dengan Indonesia di mana bensin masih murah, parkir hanya 3-4 ribu rupiah, harga harga masih murah.
Apakah tidak ada orang miskin?
Ada. Bahkan relatif banyak. Di mana mana ada gembel, ada yang cuma duduk & ada yang mendatangi orang meminta minta.
Apakah tidak ada demo? Wah, banyak!
Selama saya di sana, ada 3 aksi massa. Ada yang meminta legalisasi pernikahan gay, ada yang turun ke jalan sambil teriak teriak entah apa. Kebanyakan hanya memasang tulisan/ spanduk di jalan. Ada yang di pasang di sepedanya. Ada juga yang buka semacam meja informasi di perempatan jalan untuk sosialisasi aktivisme mereka…

IMG_6475.JPG

IMG_6488.JPG

IMG_6481.JPG

IMG_6489.JPG

Tapi mengapa Melbourne diberi predikat “The World’s Best City To Live In”
Karena kalau predikatnya adalah kota terbaik untuk ditinggali, tentu tolok ukurnya tidak jauh dari kualitas hidup masyarakatnya.
Di sini bensin memang mahal, tapi transportasi umum seperti tram & bis sangatlah handal & mudah dipahami. Tram bisa digunakan oleh siapapun termasuk pengguna kursi roda. Keluarga yg bawa anak kecil di trolley tidak perlu susah susah melipat kereta bayi & menggotongnya ke dalam. Tinggal dorong ke dalam & berdiri di area yg disediakan.
Parkir memang tidak bisa sembarangan, kadang kita bisa markir sekitar 300-500 meter dari lokasi yang kita tuju tapi dampaknya, tidak ada kemacetan karena penyempitan jalan akibat mobil mobil parkir sembarangan.
Kendaraan umum tidak bisa berhenti semau kita, hanya berhenti di haltenya & kita terpaksa jalan dari halte menuju lokasi, tapi karena trotoarnya lebar & luas, masyarakatpun tidak pernah mengeluh.

IMG_6485.JPG

IMG_6478.JPG

IMG_6486.JPG

IMG_6494.JPG

Kalau memilih untuk naik sepeda, Melbourne-pun kota yang menyenangkan untuk pesepeda. Kemanapun pasti ada area parkir sepeda atau ada yang markir sepeda. Ada juga tempat menyewa sepeda tapi rata rata tidak pernah dipakai. Pernah sekali waktu berpapasan dengan orang yang sedang pakai sepeda sewaan (warnanya khas, biru) tapi hanya skali itu saja.
Secara arsitektural, Melbourne adalah kota yang indah karena banyak gedung gedung tua yang indah.
Kalau Sydney mengingatkan akan Jakarta, Melbourne betul betul memberi kesan “Bandung banget”. 100% orang yang saya katakan hal ini setuju dengan saya.
Melbourne penuh dengan titik titik menarik untuk didatangi. Dari perpustakaannya yang begitu indah & nyaman sehingga jadi pilihan anak muda nongkrong, kafe kafe seru untuk ngobrol, hingga toko seru seperti Minotaur yang wajib didatangi oleh pecinta komik, film & serial TV. Dari koleksi Starwars ke Star Trek, ke Adventure Time, Minotaur wajib didatangi pecinta Pop Culture

IMG_6527.JPG

IMG_6525.JPG

IMG_6526.JPG

IMG_6524.JPG

IMG_6529.JPG

IMG_6528.JPG

IMG_6530.JPG

Yarra River Bridge juga nampaknya jadi salah satu jembatan yang sering didatangi mastarakat & turis. Mau sok sok-an romantis. Kami sendiri di sana malah lomba dulu duluan nemuin gembok yang tertulis nama pasangan Indonesia. Dan ternyata lumayan banyak.
Skalian saja kami meninggalkan kenang kenangan 🙂

IMG_6128.JPG

Kalau makanan, sebenarnya tidak terlalu spesial. Kecuali Gyu Tan Don di resto Menya yg luar biasa nikmat, makanan Australia sih begitu begitu saja. Mungkin itu sebabnya restoran Indonesia begitu diminati di sana.

IMG_6114.JPG

IMG_6102.JPG

IMG_6482.JPG

IMG_6471.JPG

Pertunjukan saya sendiri teramat menyenangkan.
Melbourne memang relatif sering membuat acara, makanya secara konsep & pelaksanaan sangat matang. Yang perlu jadi perhatian adalah fakta bahwa acara ini hasil kolaborasi 2 PPI. PPIA Deakin & PPIA Swinburne.
Biasanya 2 kampus pasti ada friksi & persinggungannya tapi pada akhirnya acara sukses. Sekitar 600 orang datang & terhibur

IMG_6495.JPG

IMG_6498.JPG

IMG_6496.JPG

IMG_6497.JPG

Hiburan bagi saya, adalah mendengar sebuah pertanyaan yang saya dapatkan dari banyak teman teman panitia setelah manggung: “Kira kira siapa lagi nih mas Komika Indonesia yang cocok untuk kami bawa ke Melbourne?”

🙂

Mission accomplished