Saya gak habis pikir.
Saya tinggalkan siaran prime time pagi yang sudah jadi bagian dari hidup saya selama 10 tahun supaya saya tidak lagi harus bangun pagi.
Kini saya termenung, menguap. Berpikir “Why do i do this to myself?”
Mesakke Bangsaku World Tour, adalah sebuah mimpi.
Bahkan “World Tour” saja masih jadi impian banyak sekali orang yang berkarya. Penyanyi. Penari. Band.
Sebut saja nama yang anda kenal, sudahkah mereka punya World Tour?
Padahal nama besar mereka pasti membuat maskapai apapun dan bahkan brand apapun mau mensponsori. Setiap kota di setiap negara pasti WNInya mau menonton mereka.
Tapi kenapa mereka belum punya World Tour dan saya punya?
Kan kalau dipikir tidak normal, sebuah kesenian yang baru meledak 3 tahun belakangan, pelakunya sudah punya World Tour.
Jawabannya, mungkin karena saya sok tau aja.
Saya pikir “Kenapa tidak?” Lalu tiba tiba benar terjadi.
Salut kepada Garuda Indonesia memang yang mempercayakan saya untuk semua ini. Kalau anda hitung baik baik biaya menerbangkan 7 orang bolak balik ke Singapore, Melbourne, Adelaide, Brisbane, London, Amsterdam, Berlin, GuangZhou, Beijing & Los Angeles, maka angka yang anda temukan sangat mencengangkan.
Tapi ini lah kami. Dalam perjalanan ke kota pertama Singapore. Kota kelahiran saya yang sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Saya sudah beberapa kali ke Singapore.
Bedanya kali ini, saya ber-7 laki laki semua & kondisi tur membuat segala akomodasi jauh dari mewah.
Selama di sana, kami lebih sering menggunakan bis daripada MRT & Taksi. Selain menghemat, untuk kebutuhan shooting dokumenter MBWT.
Lagi pula, naik bis kadang suka bertemu hal hal lucu seperti tulisan yang satu ini. Tulisan yang akan membuat Mas Tukul Arwana enggan naik bis di Singapore.
Sialnya hanya bahwa jarak dari halte bis ke lokasi tujuan kami yang sebenarnya kadang masih harus dilalui dengan jalan lagi. Kalau lagi seperti ini, rindu ojek rasanya.
Pertunjukannya sendiri seperti biasa, menyenangkan.
Saya itu senang berdiri di depan penonton. Senang bikin orang tertawa.
Sudah jadi bagian dari karakter saya.
Awwe juga hebat.
Dia solid & pengalaman panggungnya membawa kematangan yang akan mengamankannya di manapun. Negara apapun.
Orang Indonesia, sama saja di mana saja. Ini yang saya coba buktikan lewat MBWT. Kalau benar bahwa ternyata materi yang saya bawa di 14 kota Indonesia bisa sukses di 10 kota luar negri, maka berarti orang Indonesia ya sama sama aja. Dan kalau orang Indonesia ternyata sama, maka lebih banyak persamaan yang bisa mempersatukan dari pada memecah.
Usai pertunjukan kami berencana cari makan sekalian belanja di Mustafa. Nelfon taksi tapi ga dateng dateng. Kami rindu Blue Bird.
Ketika kami memutuskan untuk jalan kaki, kami bertemu mobil dari KBRI yang kemudian membantu mengantarkan ke tujuan.
World Tour adalah sebuah kemewahan yang dihantarkan lewat pengalaman penuh kesederhanaan.
Karena kecuali anda adalah Justin Bieber atau Mariah Carey, World Tour (bahkan tur apapun) akan selalu dihiasi oleh pemotongan bujet.
Bagaimananapun, Mesakke Bangsaku World Tour sudah berjalan. Mulai kota Singapore hingga terakhir di Los Angeles saya akan menulis catatan perjalanan ini.
Sampai ketemu di MBWT Melbourne 🙂
Keren bang,terutama Hoodie nya itu,hehe. Tersedia di WSYDNshop.com nggak bang?
kereeeeeeeeeeeennn… Sukses terus yaaaaa..
ihhiy!!
ah materi tiap kota sama,monoton dan gak inovatif
thanks
lah emang kaya gitu kali, materi tiap kota sama, penyanyi aja kalo bikin tur lagu yg dibawain sama ga ada yg protes
Wahh.. bikin, ngiri sayang sekali ngga bisa ikutan, sukses untuk MBWTnya yaa bang.. :))
Sukses ya mas MBWT-nya. Gak sabar merasakan keseruan MBWT di Beijing 😀
Titip salam aja bang buat Dougy Mandagi. 🙂
Penonton di singapur brapa bnyak mas pandji???