
Bagaimana ceritanya?
Bagaimana ceritanya saya bisa berdiri di depan Casino yang sempat dikelola oleh Bugsy Siegel salah satu mafia legendaris Amerika?
Semuanya, dimulai dari sebuah telfon. Ario (@sheggario) menghubungi dan mengatakan pihak Lenovo mau membawa saya ke Las Vegas untuk datang ke CES (Consumer Electronic Show) dan melakukan peliputan terhadap produk produk Lenovo yang dipamerkan di sana.
A. Saya minim sekali informasi mengenai Lenovo selain dari majalah TIME yang saya beli karena liputan utamanya mengenai perusahaan Tiongkok Lenovo yang mengakuisisi IBM. Berita besar bahkan untuk saya yang tidak mengkategorikan diri sebagai tech-geek. Saya tertarik dengan bisnis. Ini berita besar di dunia bisnis. Di luar itu, hal mengenai Lenovo yang menempel di kepala saya hanyalah bahwa belakangan ini orang yang berfoto dengan saya, banyak yang menggunakan Lenovo. Sebagai orang yang sering diajak foto, saya sering memperhatikan ponsel yang digunakan untuk memfoto. Mau gimana lagi, merknya terpampang jelas ketika kamera di arahkan kepada saya. Lenovo, belakangan ini sering digunakan oleh orang orang.
B. Saya baru mendengar nama CES ketika Ario menghubungi saya, yang setelah saya google dan buka youtube-nya ternyata adalah ajang tahunan yang luar biasa besar. Semua perusahaan teknologi, hadir di awal tahun, di Las Vegas, di CES untuk menunjukkan terobosan terbarunya yang besar kemungkinan akan mulai dipasarkan di tahun tersebut.
Tapi diajak ke tempat tempat menarik karena pengaruh saya di situs jejaring sosial, sudah jadi hal biasa untuk saya apalagi sejak diajak kementrian perdagangan ke Shanghai. Maka, berangkatlah saya.
Satu hal paling menarik (dan pada awalnya membingungkan) dari ditunjuknya saya untuk jadi influencer Lenovo di CES adalah, Lenovo Indonesia sama sekali tidak mengharuskan ngetweet dengan jumlah tertentu, tidak mewajibkan untuk bikin video youtube, tidak mewajibkan untuk ngeblog, dll.
Kata mereka “Terserah aja”
Buat orang yang sering diminta untuk jadi influencer, ini adalah hal yang teramat aneh. Satu satunya cara untuk memastikan investasi mereka tepat adalah dengan meminta saya ngetweet, ngeblog, ngevlog dengan jumlah value yang sesuai dengan value yang mereka keluarkan untuk saya. Bayangkan, bukan hanya saya diterbangkan ke Las Vegas dan pulang naik Etihad Airways yang saat ini ada di posisi 6 maskapai terbaik dunia versi Skytrax (Garuda Indonesia di posisi 8 dan harus saya akui dari sisi pesawat memang di atas Garuda tapi dari sisi pelayanan Garuda lebih baik, jauh).
Saya diinapkan di The Westin Hotel & Casino. Saya setiap hari diajak makan yang sangat mewah.
Salah satunya, adalah Alizé. Restoran Prancis kelas dunia oleh Chef André Rochat di lantai 56 Palms Casino Resort, Las Vegas. Juga di Julian Serrano, restoran Spanyol juga kelas dunia di Aria salah satu hotel dan casino terbaik dan termewah di Las Vegas.
Diajak nonton Cirque Du Soleil, Zarkarna. Sebuah pertunjukan sirkus yang teramat mewah, indah, modern dan canggih.
Jawabannya, saya temukan sendiri ketika sampai di Vegas dan bertemu dengan orang orang dari Lenovo. Bukan hanya “Orang dari Lenovo” tapi sosok sosok penting dibalik Lenovo hari ini. Salah satu pertemuan paling impresif adalah dengan Chief Operating Officer Enterprise Business Group Leader, Asia Pacific: Amar Babu.
Amar bercerita banyak mengenai Lenovo, terutama pertumbuhannya dengan memanfaatkan banyak kerja sama. Akuisisi IBM, Motorola (skarang Lenovo menyebutnya Moto), kerja sama dengan Razer untuk masuk ke pasar Gaming, membawa Lenovo bertumbuh pesat. Yang menarik adalah seperti yang kita tahu, tidak seringkali sebuah akuisisi berdampak positif. Karena membawa kultur perusahaan, kebiasaan, belum lagi ribuan karyawan dari perusahaan yang berbeda dengan ritme kerja yang beda. Lalu bagaimana cara Lenovo bisa berjalan dengan semua akuisisinya sehingga performanya tetap baik bahkan melaju?
Ketika pertanyaan tersebut saya lempar ke Amar, jawabannya adalah “Kultur keterbukaan”. Lenovo, menurut Amar tidak saklek yang menutup pilihan lain dari yang diberikan oleh kantor pusat. Lenovo bahkan sangat terbuka dengan keinginan konsumen. Mengingatkan saya dengan McDonalds yang sukses di banyak negara karena menyesuaikan dengan pasarnya (Menu Ayam + Nasi yang handal di Indonesia dan tidak ada di negara lain, setidaknya tidak di 12 negara yang saya pernah datangi). Seperti yang kita tahu, ada juga perusahaan teknologi yang melaju justru karena menutup diri dari kritik, survey konsumen, dan review para ahli. Lenovo, sebaliknya. Mereka pada prinsipnya bertanya apa yang konsumen mau, dan memberikan semua pilihan. Mungkin seperti Indomie. Kalau kita ingat, 10-15 tahun yang lalu hanya ada 3 pilihan rasa. Sekarang kalau kita ke supermarket, ada mungkin ratusan rasa dari bulgogi, ke iga bakar, ke rendang, ke sambal hijau. Mengapa memberi pilihan sebanyak itu? Karena setiap konsumen spesial, dengan kebutuhan spesial mereka. Personalization, is the key to today’s business.
Amar mengatakan sesuatu yang menarik ketika menjelaskan bagaimana praktek keterbukaan tersebut dalam kultur Lenovo “Trust the local partners with their local wisdom”
“Trust” adalah hal sama yang Lenovo Indonesia berikan kepada saya dengan tanpa memberi target jumlah tweet, blog dan vlog.
Mereka percaya kepada saya dan terutama, percaya dengan produk mereka. Mereka yakin, produk mereka sangat bagus. Dimotori oleh keinginan untuk terus menawarkan inovasi yang “Disruptive“. Disruptive, istilah yang sering digunakan belakangan ini tidak terkecuali di CES untuk menggambarkan sebuah inovasi yang benar benar mengubah lanskap industri sehingga terjadi semacam kekacauan. Kacau untuk industri, berkah untuk konsumen.
Seperti Uber, Air BnB, dan kalau di Indonesia: Gojek. Disruptive banget kan? Industri kacau, konsumen bahagia. Dipercaya, kalau tidak menyebabkan kehebohan, maka inovasinya kurang disruptive.
Lalu apa inovasi Lenovo yang disruptive? Untuk mengetahui jawabannya, saya harus membawa anda masuk ke CES 2016 dulu.

Ketika masuk ke area Lenovo, saya langsung disuguhi produk produk yang untuk saya teramat menarik. Saya memang bukan tech-blogger, saya bukan jurnalis yang spesialisasinya teknologi, tapi saya adalah konsumen. Saya adalah orang yang disasar oleh Lenovo dan konsumen yang satu ini, gatel pengen punya sejumlah produk yang Lenovo akan rilis di tahun 2016 ini.
Saya bahas produk produk yang sangat saya ingin miliki:
Lenovo Yoga Tab 3 Pro
Ini sebuah tablet, jelas.
Tapi, coba scroll ke bawah dan rasakan perubahan sikap anda kepada benda cantik satu ini…
Absolutely, stunning.
Yoga tablet 3 pro , menang penghargaan CES 2016 Innovation Awards untuk kategori Tablets, E-readers & Mobile Computing. Bayangkan, pameran sebesar CES dengan mungkin puluhan ribu produk, Yoga Tablet 3 Pro dapet penghargaan.
Pasar tablet, turun drastis. Semua perusahaan produsen tablet tahun ini. Penyebabnya adalah ternyata konsumen tidak punya alasan untuk beli tablet terbaru. Tidak ada inovasi dalam tabletnya sendiri. Perubahan dan perbaikan biasanya pada software, apps dan paling mentok kualitas kamera. Lalu apa jawaban Lenovo? Merilis produk tablet dengan inovasi begitu disruptive sehingga kini konsumen punya alasan untuk membeli.
Yoga Tablet 3 Pro , dilengkap dengan built in projector yang bisa dirotasi 180 derajat sehingga anda bisa proyeksikan ke arah manapun, menjadikan area datar apapun sekitar anda menjadi sebuah layar. Ketika saya diberi demo produknya, saya kaget dengan 3 hal: Pertama, saya bisa tiduran di kasur, tembakkan proyektor ke langit langit kamar dan menikmati tayangan youtube, netflix, atau video apapun yang sudah terlebih dulu saya beli atau unduh sampai saya tidur.. atau mungkin malah ga jadi tidur berhubung dia batrenya bisa sampai 18 jam. Kedua, kualitas suara yang keluar dari benda ini luar biasa. Saya jamin. Saya jamin kalau anda dengar sendiri akan kaget. Dia menggunakan 4 speaker di depan, dan dilengkapi Dolby Atmos 3D sound. Ketiga, desainnya cantik sekali. Sebagai lulusan Desain Produk ITB, saya mengagumi keindahan Yoga Tablet 3 Pro . Ergonomis, tidak ada bentuk yang sia sia, semua bentuk punya fungsi. Dan saya terbeli dengan tekstur kulit di bagian belakang. I love leather.
Beberapa fitus yang sering disebut dalam produk ini adalah salah satunya menggunakan Android UI dan dilengkapi dengan “Anypen technology” yang membuat anda bisa menggunakan apapun sebagai stylus. Termasuk, kalau yang saya lihat di video presentasinya, Wortel. Iya wortel bisa jadi stylus untuk Yoga Tablet 3 Pro .
Thinkpad X1 Tablet
Betul, tablet lagi. Tapi kali ini dari kategori Thinkpad X1.
Untuk anda yang awam Lenovo, Thinkpad adalah kelompok produk kasta tertinggi Lenovo. Syarat untuk bisa masuk kategori Thinkpad cukup sulit, dan standarnya tinggi.
Thinkpad jadi produk dengan durabilitas tertinggi. Untuk bisa disebut Thinkpad, bukan hanya secara produk performanya harus jadi yang terbaik, produk ini harus melewati berbagai macam tes fisik. Dibanting, didinginkan, dipanaskan, disiram air, debu, dll.
Intinya, produk ini lolos tes spesifikasi militer.
“Buat apa?” mungkin anda bertanya tanya. Alasan Lenovo melakukan ini semua karena kenyataannya rata rata pengguna produk mahal tidak serta merta merawat produk tersebut sebaik mungkin. Teman saya, menjatuhkan laptopnya dari ransel yang sedang dia pakai karena lupa nutup resleting. Ada lagi kasus, lagi kerja pake laptop, minum ditaruh di meja di samping laptop, gelasnya tumpah karena keserimpet kabel yang berseliweran, air membasahi laptop. Ada lagi orang yang lupa di dalam tasnya ada laptop kemudian dia sembarangan menjatuhkan tas tersebut ke lantai. Katanya sih karena capek. Orang itu saya, ngomong ngomong.
Kesan saya terhadap produk Thinkpad X1 adalah ini merupakan laptop yang tepat untuk para profesional. Para pekarya. Orang orang yang butuh produk dengan performa terbaik tapi juga punya daya tahan bagaikan R2D2 yang saking awetnya hadir dari Starwars Phantom Menace sampai The Force Awakens. Orang orang yang bekerja lebih banyak di luar kantor. Insinyur. Arsitek. Desainer. Geolog. Arkeolog. Peneliti. Marketer. Dokter. Dan masih banyak lagi pekerjaan penting di dunia ini yang butuh produk terbaik.
Kembali ke Thinkpad X1 tablet.
Ingat nggak keinginan Lenovo untuk memberikan produk sesuai keinginan konsumen? Customization? Nah ini dia salah satu contohnya.
Misalnya ada konsumen, yang ingin tablet tapi dengan spesifikasi terbaik dan tepat untuk kebutuhan bisnis, tapi ingin tambahan batre sehingga bisa lebih lama digunakan. Atau ingin tablet yang ada proyektornya, tapi ingin kualitas tingkat terbaik ala Thinkpad. Atau ingin tablet yang punya kemampuan 3D imaging.
Ini dia produknya.
Thinkpad X1 tablet, adalah sebuah tablet dengan opsi penggunaan keyboard. Tapi keyboardnya solid dan akan tetap bekerja dengan baik ketika anda gunakan bekerja dalam pangkuan (kan ada tuh keyboard tambahan untuk tablet tapi lembek) menempel dan melepaskannya pun mudah dan terpenting lagi, kokoh ketika sudah tersambung. Standar Thinkpad.
Lalu, produk ini menawarkan 3 buah modul tambahan (lihat 3 buah modul di sebelah kanan pada foto di bawah).
Productivity modul memberi tambahan batre hingga 15 jam.
Presenter modul memberi proyektor.
Nah yang keren adalah 3D imaging modul yang bisa mengambil gambar dari sebuah benda 3 dimensional. Untuk apa? Banyak.
a) Yang paling umum dan lagi ngetrend di luar negri, untuk 3D printer. Sebagai contoh, kita bisa foto sebuah mainan dengan 3D imaging camera, lalu spesifikasi ukuran dan volume didapatkan, kemudian tinggal diprint secara 3 dimensi.
b) Untuk mengukur dimensi sebuah benda, biasanya furniture, sebelum dibeli dan ditempatkan dalam sebuah ruangan
c) Untuk mengukur dimensi ruangan, tinggal foto maka data spesifikasi ruangannya langsung kita dapatkan.
d) Anda bahkan bisa memfoto wajah anda dan dapat ukuran jelas dari wajah anda untuk misalnya beli frame kaca mata secara online (berhubung beli frame kaca mata online tidak bisa dicobain dulu)
Dan masih banyak lagi. Memang fitur ini kurang umum dan terutama di Indonesia masih terbatas pemanfaatannya. Tapi sekali lagi, ini Thinkpad. Produk terbaik Lenovo. Sewajarnya berpikir ke depan dari pada sekadar memikirkan kebutuhan konsumen hari ini.
Yoga 900s
Jadi, Yoga 900s itu laptop…
Yang bisa dilipat jadi tablet…
Yang bisa dilipat seperti ini karena kita sering ingin menunjukkan sesuatu kepada orang yang duduk di hadapan kita.
Seketika saya jatuh cinta dengan produk yang satu ini karena secara desain, cantik sekali. Kalau saya punya, di hadapan semua orang bakal saya lipat lipat dalam berbagai macam bentuk. Pamer aja. Biar yang lain iri.
PHAB plus
Yang ini, saya sudah punya. Dikasih Lenovo waktu mau berangkat ke Las Vegas.
Waktu pertama kali saya pegang di benak saya “Wah, besar juga ya (6,8 inch).. Gimana nelfonnya..”
Lalu saya bertemu dengan statistik penggunaan mobile device berikut:
18% penggunaan untuk nonton video
13% penggunaan untuk social media
12% main game
10% baca berita
7% baca e-book
7% nonton tayangan olah raga
3% kamera
Total 70% dari penggunaan mobile device oleh orang orang, bukan untuk menelfon.
Lalu saya terbayang enaknya skype-an pake Phab. Atau baca artikel online. Atau nonton youtube. Atau baca email. Atau main game. Atau edit video. Lalu saya memutuskan untuk menggunakan Phab plus.
Walau besar, Lenovo bilang ada fitur one-hand mode yang pada dasarnya merupakan shortcut pengoperasian dengan 1 tangan. Saya sih belum nyoba tapi harusnya fitur itu memudahkan penggunaan. Siap untuk 4G LTE. Dilengkapi Dolby Atmos . Full HD 1920 x 1080 p IPS. Benar benar cocok untuk 70% kegiatan umumnya orang dalam menggunakan mobile device
Pernah dengar ungkapan “What happens in Vegas, stays in Vegas” ?
Well something happened in Vegas, and it followed me home.
An affinity towards Lenovo
Lenovo yang percaya dengan produknya, terbukti berhasil membuat saya ngetweet bertubi-tubi ketika di CES 2016. Antusias dengan semua yang saya lihat, sensasinya seperti baru saja melihat sesuatu yang orang lain belum lihat dan ingin buru buru cerita ke semua orang.
Dari orang yang awam mengenai Lenovo, saya kini jadi orang yang bukan hanya ingin memiliki produk produknya, tapi juga mendukung kemajuan perusahaannya. I love the culture. The openness, the trust, the people and their passion. Saya tahu persis, Indonesia merupakan pasar yang penting untuk Lenovo. Amar Babu menyebut Lenovo melihat Indonesia sebagai entry-level market namun tetap menyediakan produk dalam segala macam pilihan. Rasanya akan tepat niat Lenovo untuk menggarap Indonesia lebih serius mengingat Indonesia adalah negara dengan rata rata usia penduduk yang muda. Ini berarti, peluang untuk memenangkan hati konsumen masih tinggi (biasanya kalau sudah dewasa, sangat kecil kemungkinan untuk berganti merk) dan merupakan rata rata usia orang yang sedang panas panasnya berkarya. Lenovo akan jadi mitra yang tepat untuk banyak orang Indonesia yang berkarya dan profesional. Orang orang yang dinamis, yang enggan untuk stagnan.
Never Stand Still, adalah sebuah slogan yang juga merupakan nafas dari Lenovo. Ini bisa menjadi sebuah ajakan kepada dunia untuk terus maju, terus berusaha, terus dinamis. Never Stand Still. Tapi juga menjadi sebuah janji dari Lenovo kepada dunia bahwa merekapun tidak akan berdiam diri. Inovasi adalah bagian dari gaya hidup mereka, bukan keterpaksaan sebagai solusi menyikapi kompetitor. Never Stand Still.
I love that slogan. Never Stand Still.
Kayaknya cocok kalau saya pinjam jadi slogan saya sendiri di tahun 2016. Berhubung sepanjang tahun saya akan terus bergerak dari kota ke kota, dari negara ke negara dalam rangka JURU BICARA Stand-Up Comedy World Tour.
Hari ini di Jakarta, minggu depan di Shanghai, minggu depannya lagi Medan, bulan depan di Munchen, berikutnya di Tokyo, lanjut ke Yogyakarta, kemudian ke New York, dan terus melaju ke kota kota lain dalam daftar tujuan tur saya di tahun ini.
Cocok kan?
Pandji Pragiwaksono. Never Stand Still.
Meski saya bkn pemakai lenovo tapi tertarik dg lenovo karena fiturnya yang canggih dan harganya yg terjangkau. Pengalaman tmn saya pemakai lenovo, layanan purna jualnya krg bagus dan bahkan nggak ada di daerah saya. Kalau hp rusak dibuang atau ganti merk lain. Jadi, pikir2 dulu mau beli lenovo nih, mas😐
Gua malah pengin banget punya produk Lenovo yang kayak teropong itu, keren banget keliatannya.
cuma bisa ber “wow” liat produk lenovo yang terbaru.
keren juga, terus terang belum pernah pake Lenovo
Ulasan yg menarik dan komplet Mas Pandji…Menambah keingintahun tentang produk2 Lenovo dari yg tadinya Saya kurang familiar dg produk ini…Kirain Samsung doank yg terbagus utk Tablet, sekarang ada Lenovo Yoga Tab 3 Pro yg sangat menarik dari Ulasan Mas Pandji…! Jadi pengennnn…
Sekarang Lenovo menjadi kompetitor terbaik, dengan kualitas yang dapat di Adu dengan pesaing nya, seperti samsung, Acer, Asus dsb.
Saat ini saya memakai laptop dan Smartphone dr Lenovo. sangat bangga .
Sukses selalu untuk Mas Pandji dan Brand Lenovo nya.
Pernah punya tab Lenovo s6000 di tahun 2013, tapi nggak berumur lama karena ada masalah untuk ngecharge powernya (portnya goyang) .. datang ke lenovo service centre di mangga dua square dan antri cukup lama.. (ternyaata yang pakai produk lenovo banyak juga), sampai akhirnya tiba giliran saya, dan mendapat informasi yang mengecewakan karena untuk perbaikan port tersebut harus mengganti satu mainboard (port power terintegrasi dengan mainboard) dan harganya 2 jutaan,,, akhirnya balik badan dan membeli tablet baru…(bukan lenovo tentunya…)… so the choice is yours…
ya, ada sebuah clue disini untuk JURU BICARA Stand-Up Comedy World Tour di Indonesia. Jakarta, Medan & Jogja. hmm. mungkin salah satu dari 3 kota itu adalah tujuan world tour nya, atau mungkin tiga-tiganya, atau mungkin ada kota lain. Selamat berburu untuk yang tinggal di kota-kota tersebut. harus stalking sampe kesini untuk nyari beberapa clue. bangke. dan sayangnya gue gak tinggal di kota-kota itu.
kemarin kartu jogja sudah terbuka. tinggal dua kemungkinan kota yang mungkin dikunjungi.
Kerennn Mas Pandji,,, jadi pengen punya “Lenovo Yoga Tab 3 Pro” yang bisa nonton youtube sambil tiduran, dan “Thinkpad X1 Tablet” yang super kuat kaya Man Of Steel hehehe… yang saya rasakan cukup bagus produknya, kebetulan laptop saya juga Lenovo,
Sukses terus Mas Pandji dan Lenovo
produk lenovo setahu saya memuaskan 🙂
saya ada notebook lenovo