Salah satu hal paling menyedihkan, adalah melihat orang menyerah dengan impiannya.
Kalau anda pernah lihat orang yang sudah memutuskan untuk menyimpan impiannya dalam dalam, anda akan tahu seperti apa pemandangannya. Kalau orang itu tidak dapat merelakannya dengan ikhlas, kadang jadi pahit kepada kesuksesan orang lain. Seakan akan ingin berkata “Kalau gue ga bisa dapetin yang gue impikan, elo juga ga bisa”.
Itulah mengapa salah satu buku karya saya yang paling saya sukai, adalah Indiepreneur.
Karena buku ini adalah cara yang membagikan kembali harapan bahwa impian kita bisa jadi kenyataan. Setidaknya, itu yang saya rasakan.
Mana terpikir saya akan bisa keliling dunia bahkan sampai Afrika untuk melawak dalam tur dunia stand-up comedy. Apalagi melakukannya 2 x.
Tapi proses panjang yang dimulai dari menekuni keilmuannya, mengasah agar selalu lebih baik, memahami branding dan positioning, mempelajari marketing dan terutama kerja keras dalam executing menjadikan apa yang tadinya hanya ada dalam khayalan bisa jadi kenyataan.
Its always impossible until someone does it.
Nah tapi keberhasilan saya juga datang dari orang orang yang berbaik hati untuk membagikan ilmunya. Yah, nggak membagikan secara gratis sih, saya harus beli buku buku yang membantu saya bisa menjalankan semua ini.
Tapi saya pikir, orang lain tidak perlu bayar semahal saya. Mereka bisa belajar dari pengalaman saya.
Kegagalan dan kesuksesan saya, bisa jadi ilmu untuk orang.
Karenanya, saya berencana mau bikin workshop “10 Langkah Menuju Tur Dunia” untuk membantu siapapun agar bisa juga melakukan yang saya lakukan.
Kalau saya bisa bantu anda bahagia karena impian anda jadi kenyataan, sudah cukup untuk saya.
Karena ini yang Indonesia teramat butuhkan.
Bukan hanya orang orang yang bisa menghidupi mimpinya.
Tapi orang orang Indonesia yang berdaya. Yang berkarya. Yang berwirausaha.
Kalau pernah nonton Mesakke Bangsaku (2013-2015), saya pernah bahas bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih kecil sekali (1,56%). Teramat jauh kalau dibandingkan dengan Filipina, Malaysia, apalagi Singapore. Kita masih harus menggenjot jumlah pengusaha kita kalau mau Indonesia jadi negara yang maju karena berdaya. Bukan sekadar pasar bagi dunia.
Makanya saya suka bingung sendiri dengan orang orang yang menyindir program OKOCE dengan bilang “Kalau semua orang jadi pengusaha terus siapa yang kerja dong?”
Buset dah. Saking ga sukanya sama orang sampe bloon gitu cara pikirnya yak?
Pertama, kan justru kita lagi butuh butuhnya banyak pengusaha baru karena kita sedikit sekali jumlahnya dibandingkan sejumlah negara ASEAN lainnya.
Kedua, ya kalau ada 200.000 pengusaha baru kan berarti ada minimalnya 200.000 peluang kerja baru. Itu juga nggak mungkin 1 wirausaha hanya menyerap 1 tenaga kerja. Pasti lebih.
Saya saja dari tur dunia sudah memberi penghasilan kepada lebih dari 20 orang. Bahkan kalau saya menghitung event organizer yang dapat uang dari bekerja sama sebagai penyelenggara tur di sejumlah kota, saya yakin lebih dari 50 orang yang mendapatkan penghasilan. Bayangkan. Segitu banyak peluang kerja dari 1 orang ngelawak.
Gini gini saya berkontribusi terhadap pengurangan angka pengangguran lho. Hehe.
Isu kewirausahaan memang dekat dengan hati saya.
Penikmat karya saya tahu itu. Bukan hanya buku, saya bahas di stand-up saya.
Ketika tahu Anies-Sandi punya program OKOCE, saya girang bukan main dan menawarkan diri untuk kelak memberi mentoring kepada calon wirausaha baru.
OKOCE memang bukan hanya bicara soal pemodalan. Tapi pembimbingan. Mentorship dengan pengusaha yang sudah lebih berpengalaman bahkan sudah punya nama. Mentorship ini berlaku baik yang baru mulai, maupun yang sudah setengah jalan dan ingin bertumbuh. OKOCE juga berikan akses kepada pasar. Jaringan. Peluang kolaborasi. Garasi Inovasi.
Saat ini, OKOCE sebenarnya sudah mulai jalan sebagai proof of concept bahwa ini bisa jalan dan ada dampaknya.
Mungkin salah satu yang diketahui karena paling rame dibahas, adalah kerjasama OKOCE dengan Hartono dan perusahannya 910 yang memanufaktur sepatu. Selama beberapa hari, orang orang di twitter rame membahas bagaimana Hartono dan 910 nggak mungkin jadi bimbingan OKOCE karena sudah berdiri sejak lama dan di Tangerang pula. Mereka rame menertawakan Bang Sandi yang katanya nyatut nama dan sembarang klaim.
Lalu Hartono muncul bikin konferensi pers dengan logo SALAM BERSAMA Anies Sandi di belakangnya dan menjelaskan kebenaran 910 merupakan bimbingan OKOCE, rangorang langsung pada bingung dan menghilang :))))
Jelas mereka bingung, karena mereka berasumsi OKOCE itu hanya membimbing wirausaha baru.
Bermodal informasi gak lengkap, mereka buru buru bereaksi. Emang suka gitu rangorang kalau gatel pengen ngehina hehehe. Mirip kejadiannya dengan ramenya rangorang menghina program DP 0 tapi ini cerita lain kali 🙂
910 memang sudah berjalan cukup lama. Bentuk bantuan yang OKOCE lakukan adalah dalam 2 bentuk. Yang pertama adalah dari sisi peningkatan sales. OKOCE mengajak 910 untuk membuka peluang model bisnis reseller.
Ini merupakan peluang bisnis untuk anak anak muda yang mau memulai wirausaha dengan modal yang relatif minim. Semacam jadi agen penjual untuk sepatu sepatu dari 910 dengan tentunya skema keuntungan tertentu bagi si penjual. Ini adalah awal yang menarik. Kalau anda ingat, Phil Knight memulai semuanya dari menjadi reseller untuk Onitsuka Tiger dan jualan dari bagasi mobilnya. Ketekunan dalam menjual membuatnya berhasil mengumpulkan modal yang cukup untuk punya toko (waktu itu nama perusahaannya adalah Blue Ribbon Sports) kemudian suatu hari dia memutuskan untuk memulai perusahaan manufaktur sepatu sendiri yang dia namai NIKE. Anda tertarik memulai wirausaha dengan jalan Phil Knight? Mungkin bisa pertimbangkan jadi reseller 910 kerja sama dengan OKOCE.
Skema kerja sama kedua antara 910 dan OKOCE adalah membuka dari sisi pemasaran. OKOCE menyambungkan Hartono dengan “Jakarta Berlari” di mana Bang Sandi juga aktif di dalamnya. Melahirkan sepatu kelas dunia untuk kebutuhan Maraton, co-branding dengan Sandi Uno. Membuka peluang baru dengan melebarkan pasarnya dengan Bang Sandi sendiri sebagai endorsernya.
Bantuan lain dari OKOCE kepada wirausaha seperti anda bisa juga yang bentuknya dirasakan oleh Fasolia Winda yang bisnisnya berupa Laundry Kiloan & Dry Clean. OKOCE memberikan akses kepada jaringan usaha yang dimiliki karena Bang Sandi memang punya jaringan begitu luas dalam dunia wirausaha. Bukan hanya jaringan kepada potential customer, tapi juga karena bertemu dengan anggota OKOCE lainnya, Winda jadi punya akses kepada jaringan bahan baku. Akhirnya, dalam 2 bulan setelah dibimbing OKOCE, Winda omsetnya naik sampai Rp 20 juta.
Bentuk bimbingan serupa juga bisa diberikan kepada anda dan bisnis yang anda bangun. Bayangin misalnya bisnis anda catering lalu OKOCE membuka jaringan kepada perusahaan lain yang bisa menjadi pelanggan catering anda. Bayangkan pertumbuhannya.
Ini lah menurut saya juga yang menjadikan begitu banyak pemilih muda menyukai pasangan Anies-Sandi. Karena program kewirausahaan ini merupakan sesuatu yang baru, terobosan. Kalau anda google “Program Wirausaha Gubernur DKI Jakarta” untuk mencari tahu seperti apa saja program yang pernah ada, siapa saja Gubernur DKI yang peduli dengan kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja, anda akan terkejut…
Hasil pencariannya, isinya OKOCE semua.
Untuk pertama kalinya, ada sebuah program wirausaha oleh (calon) Gubernur DKI Jakarta. Kalaupun ada sebelumnya, tidak cukup menonjol dan dikenal sehingga tidak muncul ketika di google.
Memang salah satu yang paling brilian dari OKOCE adalah nama OKOCE itu sendiri dan hand sign-nya
Saking seringnya di-branding (mungkin lebih tepatnya di-brainwash) oleh Bang Sandi dan Mas Anies, OKOCE dan Hand sign-nya menempel di benak semua orang.
Nyebelin tapi nempel.
Kayak lagu Justin Bieber.
Saking nempelnya, kemarin Pak Basuki meluncurkan Jakarta Creative Hub yaitu sebuah Co-Working Space di Gedung Graha Niaga Thamrin menyebut bahwa inilah justru OKOCE yang sesungguhnya. Lengkap dengan hand sign-nya :)))
Pak Basuki entah sadar atau tidak menggunakan “OKOCE” untuk menggambarkan “Program Wirausaha”
Seperti orang nyebut AQUA untuk air mineral.
ODOL untuk pasta gigi.
Beliau menyebut OKOCE ketika yang dimaksud adalah program wirausaha.
Jakarta Creative Hub sendiri adalah bentuk sokongan kewirausahaan yang menarik dari Pak Basuki.
(Saya bukan orang orang yang gengsi atau pura pura ketika melihat ada program paslon lawan yang bagus. Give credit when credit is due)
Co-Working Space memicu banyak hal positif untuk wirausaha kita. Dari penyediaan tempat untuk kerja termasuk fasilitasnya, sampai peluang berjejaring dan berkolaborasi dengan wirausaha lain yang juga ada di Co-Working Space tersebut. Mungkin kalaupun ada kekurangan, bisa ditilik dari fakta bahwa co-working space, sebagaimanapun merupakan jasa yang bagus, banyak tidak berhasil menjadi bisnis yang berkelanjutan di Jakarta ini. Salah satu perusahaan yang merupakan pionir dalam penyediaan jasa Co Working Space, COMMA akhirnya tutup juga karena dalam pernyataan mereka tidak berhasil menjadikan Comma sebagai unit yang sustainable. Tapi secara peran, Comma luar biasa kontributif. Entah berapa banyak start-up atau wirausaha yang menemukan peluang di situ dan bahkan tumbuh besar melebihi Comma yang jadi tempat pengeraman gagasan gagasan bisnis tersebut.
Bagaimanapun, bahwa Comma (dan beberapa yang lain) tutup mungkin menggambarkan tidak cukup banyaknya yang menggunakan jasa ini (atau mungkin ada faktor faktor lain, kita bisa diskusikan lebih lanjut). Dan walaupun ini bisa diatasi dengan pendanaan dari pemprov di bawah Pak Basuki, pertanyaan lebih besarnya adalah bagaimana membuat Co-Working Space tinggi pemanfaatannya.
Inilah mengapa, walaupun Pak Basuki bilang Jakarta Creative Hub adalah OKOCE yang sesungguhnya, sesungguhnya, tidak akan bisa menjadi OKOCE.
Karena OKOCE kepanjangannya adalah : One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship.
OKOCE mendekatkan diri ke masyarakat dengan cara hadir di 44 kecamatan, ketimbang menarik mereka ke satu titik seperti Jakarta Creative Hub. Okelah misalnya Jakarta Creative Hub ini tidak hanya satu, tapi tetap saja (dilihat dari megahnya dan fasilitasnya) saya ragu bisa hadir di 44 kecamatan seperti OKOCE.
Karena walaupun OKOCE tidak menyediakan infrastruktur berupa Co Working Space yang teramat canggih dan lengkap, tapi OKOCE juga menyediakan pendidikan untuk sebuah wirausaha bisa tumbuh kembang. Pembimbingan oleh pengusaha sukses. Garasi Inovasi. Akses kepada pasar. Pemasaran. Jaringan. Pemodalan. OKOCE membangun manusianya.
Bukan sekadar membangun infrastrukturnya.
Idealnya, Jakarta Creative Hub dan OKOCE berjalan bersamaan.
Siapa tahu, Jakarta Creative Hub karena namanya yang panjang dan sulit diucapkan banyak wirausaha kecil, akan jadi Rumah OKOCE.
Baik atau tidaknya OKOCE maupun Jakarta Creative Hub sebagai solusi kewirausahaan saya kembalikan keputusannya kepada anda. Yang pasti, program kewirausahaan bukan hanya akan membantu mengurangi pengangguran, tapi juga memutar perekonomian Jakarta.
Jangan lupa, salah satu masalah terbesar warga Jakarta adalah uang yang mereka punya berbanding dengan pengeluaran mereka.
Pak Basuki sendiri mengatakan bahwa Jakarta Creative Hub lebih masuk akal daripada OKOCE Anies-Sandi. Menurut beliau justru OKOCE gak masuk akal.
🙂
Ya begitulah kalau orang tau kerja tapi ga tau gagasan.
Remember, Its always Impossible until someone does it.
Oke gak?
Oke kan?
OKOCE!
Co-working space/creative space/coworking yg nyaman, dengan bean bags, laptop fancy terkini, yg deket starbucks, di Indonesia itu semua paling sementara trus mandek. Karena yg dipikir cuma gaya bukan substansi. Usaha baru dgn strategi yg baik pasti gak bakal pake co-working, kalo dipikir “beda usaha tp sebelahan, mau meeting rebutan ruangan” dll
Mungkin byk kelas menengah ingin jd pengusaha, tapi coba2. Alhasil cuma jadi gaya, pusing mikir hutang kemudian.
Gue baru beli sepatu 910 bang, ternyata oh ternyata hihi
Ya begitulah kalau orang tau gagasan tapi ga tau kerja
Program-program kewirausahaan seperti ini yang sudah seharusnya diikuti oleh anak-anak muda bangsa Indonesia. Agar bisa menjadi wirausahawan muda yang kreatif, inovatif yang bisa memajukan perekonomian bangsa Indonesia.
kalo usaha nya gagal gimana? emang yg ikut OKOCE bakal sukses semua? apakah ada jaminannya tidak bangkrut? kalo memang nanti bangkrut, apa strateginya?
Jujur dulu gw pemilih prabowo tapi melihat kondisi masyarakat
sekarang saya memahami. dan menyadari..bahwa yang di butuhkan masyarakat sekarang adalah bapak jokowi presiden kita sekarang..
sama hal nya..seperti pilkada gub dki ..justru yang paling ..rasional sekarang adalah memilih pak anies sandi ..karena kombinasi ..yang satu ahli dalam pendidikan yang satu ahli dalam hal wirausaha..aduh ..mas mba pak bu ..kapan lagi punya gubernur dengan kombinasi apik ini 🙂 .
Jujur dulu gw pemilih prabowo tapi melihat kondisi masyarakat
sekarang saya memahami. dan menyadari..bahwa yang di butuhkan masyarakat sekarang adalah bapak jokowi presiden kita sekarang..
sama hal nya..seperti pilkada gub dki ..justru yang paling ..rasional sekarang adalah memilih pak anies sandi .karena kombinasi ..yang satu ahli dalam pendidikan, yang satu ahli dalam hal wirausaha.aduh mas mba pak bu ..kapan lagi punya gubernur dengan kombinasi apik ini :).
bang, gw kenal tuh ama si hartono. gw jual barang dia.
910 okeoce??? kita para distributor/perwakilan didaerah2 masih sangsi pake buanget!!! tapi anggeplah iya… cuma gara2 “sepatu sandiuno”.
just fyi… bang pandji pasti tau juga donk, dia bikin buat teman ahok juga??? dan secara stok, yg punya teman ahok udah abizzznya lama bang… yg sandiuno masih buanyaakk…!!! harga jualnya samaaa!!!
sooo… dari segi bisnis, yah qta2 perwakilannya taulah siapa. trus masalah??? gak juga, khan tadi bilang buat info aja.
like u said, program okeoce bisa jadi program yg baik, jadi layak dipuji. yang penting halal, iya gak???
tapi yang ikut okeoce, blom tentu lho milih anies-sandi. coba tanya hartono deh. di tps kelapa gading, dia dan keluarganya milih siapa?? pelajaran yg gw dapet dari si hartono, BUSINESS is BUSINESS my bro.
basically, gw gak bahas pilkada kok. gw cuma sharing info aja.
yang gw inget banget dari obrolan gw mah hartono:
orang yg kagak tau 910 itu barang apaan, jadi tau dan nyari!!! gak perlu buang duit buat branding!!!
pas denger itu, langsung deh ke inget mah sari roti… (btw masih haramkah?)
“OKOCE membangun manusianya” one of a kind banget dari sekian banyak “angel investor” di negara ini yg punya orientasi keuntungan investasi startup adalah profit, capital dan market share, any scalable business forecasts.
Gue angkat topi krn Bang Sandi dan lo juga Bang Pandji aware kalo most valuable asset di dalam startup itu orangnya, ga cuma prospek bisnisnya.
Semoga OKOCE bisa jadi program resmi pemprov Jakarta, dan bisa jadi role model buat inkubator bisnis di Indonesia. Biar program “1000 Startup” ga cuma keliatan macem preman nagih uang keamanan tapi ga ngasih keamanan sama sekali.
Ndji….beneran deh lu sudah seperti Jonru. Gitu ada hal “yg ga biasa” dari lawan, langsung blingsatan, lompat-lompat kegirangan menyatakan bahwa “lawan” sudah kalah. Ahok memang membentuk sign OKOCE dalam arti, “Nih wujud nyatanya”. Jadi ingat Jonru yang lompat-lompat kegirangan waktu Jokowi pakai jas ga dikancing bagian bawahnya….wkwkwkkwwk…. 🙂
Beda jauh lah sama Jonru,
Jonru fitnah sambil ngejelek2 in, Pandji mengakui kok kalau program Ahok bagus…
Saya juga pendukung Ahok, tapi justru semakin kesini malah makin miris lihat arogansi temen2 semsama pendukung yang cenderung nge bully pasangan lain, sedangkan sebaliknya dari kubu Anies-Sandi justru gencar2 nya mempromosikan gagasan mereka.
Udah cukup lah blunder 2 putaran, sampe kapan mau jumawa dan blunder lagi.
ya mengakui tapi terakhir tidak lupa dibumbui dengan “Ya begitulah kalau orang tau gagasan tapi ga tau kerja”.
sama aja.
Joe, saya bukan menilai Pandji dalam hal fitnah. Ya saya tahu Pandji tdk memfitnah tapi dia mengangkat hal-hak yg tdk esensi. Misalnya, bhw dg Ahok memberi tanda tangan OKOCE maka sdh ada alam tidak sadar menerima program itu.
Ini kan gaya2 Jonru yg mencari hal2 tdk esensial demi masturbasi sepanjang masa.
Sudah baca tulisan Pandji lainnya yg ini:
http://pandji.com/saya-dibayar-anies-baswedan/
Ini response saya pada tulisan di atas…dan mmg sdh mirip sikap Jonru dalam menulis.
——–++——
Nji…ga salah Jonru ngamuk2 di awal kampanye dulu, karena ternyata lu tuh nelan ludah sendiri. Lu nulis begini:
“…..karenanya saya akan berikan jawaban seterbuka mungkin untuk apresiasi kebaikan dirinya untuk bertemu saya langsung ketimbang ngomel ngomel secara terbuka apalagi di social media. Nyari 100% pasti tidak saya gubris. Twitter, Facebook, Whatsapp, bukanlah medium yang saya pilih kalau mau berdiskusi….”
Lu sadar ga sih apa yang lu lakukan ke Jonru,….? Podo wae mas …situ mempermalukan Jonru via medsos instead of mengajak diskusi langsung. Saat itu lu merasa punya banyak followers so bisa ngoceh apapun tentang Jonru, dan disahut berame-rame oleh your followers.
Sekarang lu merasa sendiri, karena mayoritas followers lu ternyata ga sejalan dengan dukungan lu, lalu lu nulis begitu?? Bicara ama tembok Nji…. Berkaca!
Lu berkreasi bagus dengan “Mesakke Bangsaku”…kritik sana, kritik sini…lalu pakai act menangis saat mendengar lagu “Tanah Airku” di San Francisco,….well ternyata itu sekedar aksi panggung. Apa yang lu sampaikan toh juga ga selalu sama dengan apa yang lu praktekan. (ps: btw kalau gua putar ulang lagi video itu, mau munteeee gua….)
Itu mah ga beda dengan para anggota DPR yang terhormat, yang berbeda saat kampanye dengan pelaksanaan.
Maka ga salah kalau Jonru tertawa melihat lu Ndji….at least followers dia yang jutaan itu masih tetap sejalan dengannya. Sementara lu…..hehehehehe…..kacian deh lu!
——–++++—–
Yoilah beda banget dibanding Jonru mah, Jonru kan pake nyinyir fitnah, sedangken Pandji fakta data dengan argumen logis yang masuk akal….
Dukung siapapun yang nyata melangkah mencetak lebih banyak wirausaha yang mandiri secara ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Mengajak lebih banyak warganya untuk berani bermimpi dan tidak ragu untuk menaklukkan Jakarta.
Jakarta itu ibu kota segala mimpi dan semua pemimpi. jangan ada mimpi yang dipaksa mati disini, dan jangan pula ada pemimpi yang diusir dari sini.
@kebeletbelut untuk #OKOCE
Thanks @Pandji, memberikan gambaran lebih baik tentang OKOCE, sangat disayangkan kalau diimplementasikan dengan tidak utuh; Turut mendoakan semoga Anies Sandi menang dan mengimplementasikan program ini secara utuh (kaffah).
Asli, Bang, gue selalu suka sama tulisan-tulisan lo. Nyesel deh kenapa ngga dari dulu aja ya jadi fan nya Pandji. :)))
Kayanya gue bakal beli2 buku lo, deh. Lanjutkan Bang! #salambersama
Asalkan programnya bagus dan bisa membangun manusianya, sepertinya emang harus cepat direalisasikan.
saya cm tau gini
orang kerja pasti diawali dari gagasan
tapi orang punya gagasan belum tentu bisa diakhiri dengan kerja
Buat ahok gagasan udah duluan sebelum kerja.
Klo kerjanya blom maksimal, namanya review.
Udah cukup banyak deh politisi negri ini yg punya gagasan bro. Klo warga jakarta yg nggak melihat hasil kerja nyata selama pimpinan ahok mahhh berarti tidak objective dan membutakan diri dan hati 😉 demi apa? Uang kali, kekuasaan kali, dibungkus dalam jualan jakarta toleran dan harmonis.
Duh masih jauhhh
Yg gw tangkep dari tulisan lu slama ini Ndji, lu manis di depan tp sinis di belakang. Ga tulus.
Program OKEOCE Anies-Sandi dari dulu diulang-ulang (dan direvisi-revisi setelah keliatan konyolnya) hanya ini-ini melulu soal kewirausahaan dan DP 0% atau 0 rupiah. Dan semuanya jualan janji surga aja. Anies malah membabi buta jilat ludah kesana-kesini demi dompleng suara. Sandi… gak perlu dikomentari lebih lanjut, udah tau lah. Kasihan rakyat Jakarta…
Bang kalau anies sandi kalah program2nya lanjut gk si (terutama OKEOCE)?
Nah ini yang saya mau tanyakan, kalau bang anies sandi tidak terpilih. Program-programnya tetap dilanjutkan gak ? Kan bisa dilakukan pembimbingan melalui perusahaan bang sandi dengan kolaborasi dengan pemerintah.
*hanya saran