Di atas pesawat, saya dapat pencerahan stand-up comedy.
Tepatnya dalam hal Delivery.
Sebelum pesawat lepas landas, Percer pesawat air asia dengan pengeras suara mengumumkan beberapa hal berkaitan dgn penerbangan kemudian membacakan safety drill.
Mungkin karena sudah ribuan kali membacakan, dia melakukannya dgn cepat, jarak antar kata terlalu rapat, intonasinya aneh dan titik-komanya nggak jelas.
Terdengarnya hanya seperti orang kumur kumur “Sbrentthahdjdjnfknensjsknxkcikdkdjsjakmamskfkkejekdkdkdkkekkdkkfjdjamxifkznaiakjzkeiskcj terima kasih”
Seketika saya ingat stand-up comedy dan bagaimana banyak komika melukai performa mereka di atas panggung dgn delivery yg setengah hati
Kadang, karena sudah berkali kali membawakan sebuah bit, seorang komika lupa untuk menaruh hatinya di dalam bit itu
Dia lupa bahwa walau dirinya sudah berkali kali melempar bit itu dan kupingnya menangkap 100% apa yang dia katakan, penonton tidak semuanya tahu bit tersebut.
Sang komika bicara terlalu cepat, atau mungkin terlalu lambat, bitnya tanpa emosi, tanpa pace yg benar.
Akhirnya bit tadi tidak mendapatkan reaksi yg diharapkan oleh sang komika
Sang komika berpikir “yah ga pecah, pasti karena udah pada denger bit ini sebelumnya”
Padahal penonton tidak ketawa karena bit itu tidak disuguhkan dgn matang & indah bagaikan hidangan masterchef australia (yg Indonesia banyakan dramanya daripada inti, ibarat makanan yg sedap krn penyedap bukan karena racikan rempah dan bumbu masak)
Sayang, suguhannya jadi tidak nikmat padahal resepnya pbagus
Pagi bang pandji..bang..aku udah kirim proposal penawaran kerjasama untuk event “Romantic Stand-up comedy with Pandji ” mohon di cek bang..semoga abang tertarik..terima kasih banyak bang pandji