Terkadang, menjadi optimis itu sebuah kelemahan.
Saya paham, terkadang sulit pasti untuk berdebat dengan orang yang optimis seperti saya. Nggak membumi. Argumennya hanya berdasarkan keyakinan yang tidak berakar kepada fakta.
Tapi di sisi lain, sama sulitnya juga berdebat dengan orang yang pesimis.
Dengan argumen yang juga sama persis
7 thoughts on “Persis”
Comments are closed.
optimis itu membutakan…
pesimis itu melumpuhkan…
…. sehingga si buta sulit berdebat dengan si lumpuh.
Saya lebih suka jadi di antara keduanya… realis.
Tapi kadang jadi realis itu membosankan,
Kalau berdebat dengan orang Optimis yang Fanatis gimana tuh mas .. bikin lebih males banget ya ngeladeninnya … 🙂
Kalau saya optimis, dan tidak suka berdebat. jadi jawaban nya “mari kita lihat nanti”..
cuma satu kata buat debat sama orang pesimis .. mari buktikan 🙂
menjadi orang yang realistis memang cenderung pesimis.
tapi gak ada salahnya jadi keduanya, pesimis atau optimis.
semua orang punya argumen masing-masing.
selama optimis sampeyan ga membunuh sampean, mbak gamila dan kedua anak sampean, knp harus dipusingin mas. tanggung jawab sampean bagaimana trs hidup dan menhidupi keluarga dengan cara yang halal.. optimis salah satu kuncinya..
eh jawaban nya pas 18 loh ini (three x 6)