Urusan RIM dan kominfo belakangan ini punya banyak cabang obrolan
Tapi 2 cabang utama adalah pornografi dan nasionalisme
Desakan kominfo agar RIM mematuhi UU RI ini intinya agara tdk ada lagi konten pornografi, dan utk menjaga wibawa
RI dgn sgala UU dan peraturan berkaitan dgn pembangunan infrastruktur lokal, pemodalan, server, dll yg harus dipatuhi siapapun, perusahaan manapun
Tentu, orang lebih tertarik utk ngomongin pornografi. Slain lebih mudah dipahami daripada ngomongin UU, juga lebih seru. Dan juga saru. Hehehe
Muncul pertanyaan “Kenapa sih pemerintah harus ngurusin moral? Kenapa Kominfo harus ngurusin
moral?”
🙂
Apakah pemerintah harus mengurusi moral bangsa Indonesia?
Jawaban saya “Ya”
Tapi lewat pendidikan, tidak lewat pemasungan, penyensoran, pemblokiran.
Toh selama ini ada pelajaran PMP: Pendidikan Moral Pancasila
Campur tangan pemerintah dlm mengurusi moral bangsa memang sudah sejak lama.
Terus terang, kalaupun saya ada dlm posisi kepemimpinan sebuah keluarga, organisasi, bahkan negara, saya akan memastikan anak, rekan kerja, rakyat memiliki moral yg baik.
Tapi tidak dgn penyensoran.
Kenapa?
Karena itu hanyalah solusi sementara. Nafsu akan menemukan jalannya 🙂
Menkominfo juga pasti tau nafsu-laah. Atau spesifiknya dlm hal ini “LUST”
Maka beliau juga tau, orang kalo udah nafsu akan nyari terus jalan sampai dapet.
Penyensoran/Pemblokiran memang merupakan cara yg lebih mudah. Tapi pendidikan adalah cara yg paling tepat.
Bangun atau bentuklah Moral Bangsa lewat pendidikan, lewat proses pendewasaan.
Kedewasaan datang dari pengalaman.
Pengalaman apa yg didapat dari hidup yang aman?
Pengalaman apa yg didapat dari hidup tanpa pilihan?
Dosen saya, Bram Palgunadi pernah berujar ketika seorang teman senewen dan menunduk selama kerja di bengkel dosen saya karena melihat poster2 perempuan berbikini di bengkel dosen saya itu ( beliau memang dosen yg unik hehe )
Apa yg diucapkan dosen saya, teringat sampai hari ini
Katanya
“Lebih baik dilihat tapi tidak dipikirin, dari pada tidak dilihat tapi dipikirin terus”
Mungkin Pak Tifatul harus mulai mempraktekkan itu, kalau mau memulai perannya menjadi Polisi Moral 🙂
Pertamax ah 🙂 Btw, artikelnya bagus, memang yg agak dilupakan bahwa faktor internal jg sangat berperan dalam soal moral.