Saatnya Optimis

Saya tidak paham mengapa banyak yang pesimis terhadap Indonesia.

Saya sendiri kaget bahwa saya bisa hidup di era ketika rakyat kembali mencintai pemimpin(politik)-nya. Lihat bagaimana warga Jakarta begitu mencintai Jokowi dan Ahok. Atau bagaimana warga Bandung begitu mencintai Ridwan Kamil. Warga Surabaya mencintai Ibu Risma.

Lihat bagaimana KPK hampir setiap Jumat keramat menanggap tangan para pelaku korupsi. Jaman dulu, mana ada politisi ditangkap karena korupsi? Mana ada? Tingkat Bupati saja tidak ada. Tapi sekarang, Ketua Mahkamah Konstitusi bisa ditangkap karena praktek korupsi. Orang orang sedih karena lembaga hebat seperti MK saja ternyata korup. Saya bahagia karena ketua MK yang korup bisa ditangkap. Jaman dulu, boro boro ditangkap, ketauanpun tidak.

Saya menulis ini sambil mendengarkan lagu Dewa 19 “Aku Milikmu”, membawa saya kembali ke masa masa muda yang menyenangkan. Menyenangkan karena saya tidak terlibat erat dengan kehidupan sesungguhnya. Saya hanya tinggal di rumah Ibu saya dan menggunakan uang dari Ibu untuk sehari hari.

Semakin dewasa, saya mulai berpenghasilan, mulai bayar pajak, mulai paham kompleksitas bernegara, mulai sadar bahwa ternyata jaman dulu menyedihkan sekali.

Kondisi yang tidak adil terjadi karena memang keadilan sirna, hilang oleh kronisme. Keadilan tidak ada karena hanya yang dekat dengan penguasa yang mendapatkan kemenangan.

Kisah yang klise ya kalau kita bicara soal masa lalu. Tapi supaya kita mudah memahami betapa membaiknya masa kini, coba anda tanya kepada diri anda sendiri:

Kapan terakhir kali anda memajang foto politisi di tembok kamar?

Sukarno, Hatta, Sjahrir adalah tokoh yang menghiasi tembok tembok rumah dari dulu bahkan mungkin hingga sekarang. Padahal, bukankah mereka itu politisi?

Tapi siapa yang mau pasang Sutan Batoegana, Roy Suryo, Nudirman Munir di tembok rumah mereka?

Kini, keadaan mulai kembali seperti dulu. Kini, peluang seseorang untuk memajang foto Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil di kamarnya, semakin besar.

Ini adalah harapan yang baik, harapan yang harus ditindak lanjuti.

Warga Jakarta, Bandung, Surabaya, mungkin juga Bogor, punya pemimpin yang dicintai karena mereka memutuskan untuk turun tangan dan bertindak. Mereka memutuskan untuk mendukung calon kecintaan mereka, mereka memutuskan untuk bersuara, membela, mendukung dan memilih.

Indonesia, kalau mau punya pemimpin yang dicintai, harus bertindak.

Itu yang saya lakukan juga dengan mendukung Anies Baswedan. Betul saya ingin beliau menang, tapi saya lebih ingin pemilu capres di isi oleh orang orang yang dicintai warganya.

Orang orang yang punya basis pendukung yang mendukung bukan karena dia diamplopi atasannya, tapi karena pendukungnya sudah mengikuti jejaknya sejak lama, percaya dia adalah orang yang pantas dan maju untuk mendukung.

Tidakkah akan jadi luar biasa kalau pemilu capres isinya adalah nama nama keren? Bukan orang orang itu itu lagi yang tidak membuat kita ingin bergerak, tidak kita cintai. Boro boro cinta, kita tidak tahu apa apa tentang dia selain bahwa dia sempat memegang jabatan penting di Indonesia yang mungkin dia dapatkan dari jatah politik. Bukan kompetensi.

Bagi saya, perjuangan yang saya pilih ketika berjuang untuk Bang Faisal Basri, harus berlanjut. Perjuangan untuk mendukung orang pilihan saya untuk maju.

Ini saatnya

Saatnya untuk berjuang. Saatnya untuk optimis.

 

 

7 thoughts on “Saatnya Optimis”

  1. Sama bang, saya akan ngedukung Pak Anies pas Pemilu 2014. Semoga masyarakat tidak mudah dibodohi calon-calon yg culas. Yg serem itu mantan mantu Soeharto sama pendiri FPI. Hehehe 🙂

  2. Harus optimis juga dengan partai politik, jokowi, bu risma, ridwan kamil, ahok, semua jd pemimpin karena di usung oleh parpol.

    turun tangan tidak mesti langsung jd pemimpin, presiden, gubernur, bupati, dst.

    makin bamyak orang baik turun tangan di partai politik, makin baik politik nya, kemudian pemimpin yg baik akan muncul dengan sendirinya.

  3. Membaca tulisan mas Pandji dalam buku “Berani Mengubah” saya jadi sadar. dengan apa yang saya miliki saat ini, saya pun mampu berbuat bagi orang-orang disekitar.walau apa yang saya kerjakan saat ini bukan sebuah kerja yang besar.

  4. saya akan turun tangan jika jokowi menjadi capres bang, saya setuju semoga orang2 lama sadar akan regenerasi dan tokoh muda seperti jokowi, anies banyak bermunculan. semoga.

Comments are closed.