Ngebomb, adalah bagian yg tidak terpisahkan dari pengalaman melakukan Stand Up Comedy
Ngebomb adalah ketika bit yg kita lempar, gagal menghasilkan tawa alias garing
Pertama kali gue ngebomb adalah di sebuah acara peluncuran website..
Nampaknya gue salah memperkirakan karakter penonton dan salah menempatkan urutan bit.. 3 bit pertama gue, tidak ada yg ketawa.
Yg ada, adalah wajah2 semi-senyum-mangap seakan2 lagi bersiap untuk ketawa tapi ga merasa nemu lucunya..
Bit pertama gue lempar, dingin..
Gue langsung slide ke bit kedua, reaksinya juga dingin..
Buru buru slide ke bit ketiga, dingin juga..
Seketika, mulut gue kering -_-*
Tenggorokan rasanya kayak ada pasirnya.. Seret..
Sempet panik tapi gue buru buru alihkan pikiran gue kpd bit yang banyak menggunakan gesture.
Bit “Pergi ke Shanghai” gue lempar sambil degdegan. Kalau ini ga berhasil juga, mampus lah gue..
Akhirnya, bit tersebut berhasil memancing tawa.
Setelah itu, semua jadi lebih baik
Sejak hari itu, gue justru lebih berani dalam stand up
Its true what a lot of comics have said, we have to let it out of our systems.
Harus punya pengalaman ngebomb karena itu akan membuat kita jadi lebih “on the edge”. Lebih rajin berlatih. Lebih disiplin. Lebih siaga.
Walaupun, ga ada jaminan kalau rajin latihan kemudian kita akan bebas sama sekali dari resiko ngebomb..
Gue, pernah juga ngebomb di sebuah
acara dgn 80% tamu orang asing.
Mending kalo orang asingnya homogen, ini ada yg orang belanda, orang jerman, korea, spanyol, australia, dll.
Sementara, sebuah joke itu akan lucu kalau referensinya sama. Nah, kebayang susahnya mencari referensi yg sama dari penonton yang beragam bgt
Acaranya sudah gue perkirakan akan sulit.
Pertama, acaranya outdoor. Gue stand up di sebuah taman.
Secara teknis (walau gue ga mau jadikan itu sebagai alasan) acara standup itu harus di ruangan tertutup supaya ketawanya terkurung dan membantu membangun mood crowd dan comicnya sendiri..
Kedua, sebelum gue stand up, performer sebelumnya yg merupakan rombongan badut juggling juga tidak berhasil memancing tawa. Tepuk tanganpun harus dikomando.
Ketiga, di rundown, gue stand up PAS sebelum makan malam. This gives me an uncomfortable feeling.
Ketika gue mulai, penonton mulai terkekeh kekeh, tapi belum sampe 10 menit gue stand up, bos sang pemilik acara (orang asing) mendatangi gue dan berkata “Please tell the guest, that dinner is ready on the other room”
Gue bingung seketika -_-*
Gue kemudian berkata “The gentlemen told me to tell you guys, that dinner is served on that room, which also means, he wants you to leave me here alone..”
Penonton langsung tertawa.. Dan meninggalkan gue untuk makan malam
-_-*
Setelah itu, gue ngebomb parah. Penontonnya ga ada yg fokus. Mondar mandir. Sehingga kalaupun ada yg baru berdiri di depan gue (mohon diingat ini adalah taman) dia nggak ngikutin poin dari bit2 gue..
Maka ngebomblah gue sepanjang malam itu selama 30 menit.
Untung di sisa 10 menit yg ada gue memutuskan untuk mengganti materi bahasa inggris gue dengan bahasa Indonesia dan berharap 20% hadirin yg orang Indonesia bisa tertawa.
Untungnya, berhasil..
Pas gue bergabung ke ruang sebelah untuk makan malam, seorang jurnalis nyamperin gue dan nanya
“Mas, itu tadi yg ngomong sendirian itu maksudnya ngelawak?”
Gue jawab, “niatnya sih begitu mas..”
Dia nanya lagi “Kok ga lucu?”
-_-*
Gue jawab “Iya mas, tau gitu saya tetap jadi model aja..”
Makan malam buru buru gue habiskan, lalu gue kabur dari tempat tersebut..
Hehehehe
Baru baru ini, gue ngebomb di sebuah acara presscon.
Kali ini kesalahan gue adalah tidak menyiapkan materi yg dekat dengan para jurnalis.
Gue cuma berhasil mendapatkan tawa ketika
Ngomongin wartawan bodrex (wartawan gadungan yang kerjanya cuma nyari makan gratis dan amplop) dan ngomongin yg nyerempet2..
Untungnya, gue ga ngedrop hari itu, karena semua bit gue udah proven. Sudah gue pakai berkali kali dan selalu sukses.
Gue pede dengan materi materi gue dan berhasil menyelesaikan 30 menit yg diminta
3 hari kemudian, gue berangkat ke Makassar dengan pengalaman ngebomb tadi..
Gue lebih siap dan lebih waspada, gue urutkan bit gue dengan lebih baik dan malam itu gue rasa cukup sukses
Memang betul, di stand up comedy ataupun di kehidupan secara umum, kegagalan kita lebih banyak mengajarkan kita daripada keberhasilan.
Kadang kita harus berani gagal, untuk maju lebih jauh.
Susah, tapi pasti bisa 🙂