Usai sudah
Usai sudah Bhinneka Tunggal Tawa
Usai sudah segala persiapan, perjuangan, untuk menutup tahun ini dgn prestasi
Niatnya, hanya 3:
1) Pembuktian diri. Bahwa saya bisa jadi seperti mereka yang saya kagumi. Chris Rock. George Carlin. Richard Pryor. Dave Chapelle, Russel Peters, Alonzo Bodden.
Saya bisa stand up sejam dan bisa membungkusnya dalam acara yang berkelas, bergengsi. Saya lakukan semua dgn benar. Bayar ijin. Bayar pajak. Saya sadar teman teman akan belajar dari sini.
2) Memberi hadiah utk pecinta Stand Up Comedy di Indonesia. Ini adalah tahun yang luar biasa. Maka sepantasnya ditutup dgn luar biasa. Niat ini, ditangkap baik oleh teman teman se Indonesia. Terbukti, Bhinneka Tunggal Tawa jadi saksi Bhinneka Tunggal Ika.
Ada yg dari Aceh, Pontianak, Jogja, dan lain lain. Ada comic comic besar Indonesia hadir malam itu. Ada orang orang media hadir.
Ini persembahan saya untuk semua
3) Sebagai alat perjuangan. Stand Up Comedy jadi media pelepasan pemikiran. Seperti juga buku dan album hiphop saya, bhinneka tunggal tawa jadi kesempatan saya mengutarakan pemikiran, meledakkan perasaan. Sebuah terapi. Cocok untuk menutup tahun dgn perenungan
Malam itu, terjadi karena bantuan kawan2. Dari Anes , Zaindra, Abe. Lalu Shani dan tim dokumentasi, hingga Ernest sebagai Koh-mandan dan pasukannya: Iam, Adjis, Arief, Ence, Kumaan, Dimas dan Giyna.
Para pembuka juga tampil luar biasa: Sammy, Rindra, Asep, Luqman, Ernest.
Hasil keuntungan, kami bagi sama rata tanpa ada yang lebih banyak, tanpa ada yang kurang.
Mungkin kami semua berpikiran hal yang sama: Bukan uang yg dicari, tapi kepuasan berkarya dan mencetak sejarah.
Lagipula, “bayaran” tertinggi untuk saya pribadi adalah ketika saya melihat teman teman comic tertawa terbahak bahak menonton saya.
Terhormat rasanya mendapat apresiasi dari orang orang yang kita hormati
Saya pribadi, harus berterima kasih kepada banyak pihak atas set (satu keseluruhan standup yg terdiri dari sejumlah bit) Bhinneka Tunggal Tawa.
Set tersebut, diinspirasikan banyak orang.
Dana @weztepha, adalah inspirasi dari penutupan Bhinneka Tunggal Tawa dgn callback yg bertumpuk. Saya pertama kali seumur hidup melihat itu di comedy cafe, dilakukan olehnya. Malam itu saya bilang kepadanya betapa mengagumkannya callback bertumpuk itu. Sebelum Bhinneka Tunggal Tawa, saya bilang penutup saya terinspirasi oleh dirinya
Raditya Dika, pada beberapa malam sebelum Bhinneka Tunggal Tawa, saya melihat efek dari penanaman emosi yg total dalam setiap bit. Acting Out yg maksimal.
Itu adalah malam taping StandUpComedyShow MetroTV spesial malam tahun baru.
Malam itu Radit luar biasa sukses menuai tawa penonton
Malam itu, adalah rahasia di balik act out maksimal yg saya praktekkan di Bhinneka Tunggal Tawa
Insan Nur Akbar, melihat kritik sosial yang secara konsisten dia lakukan, memacu saya untuk berani melakukan hal yang sama. Itulah dasar dari bit2 kritik sosial dan pemerintahan yg keluar di Bhinneka Tunggal Tawa
Ryan dan Ernest, entah mereka sadar atau tidak, yang mengajarkan saya teknik teknik stand up itu justru mereka (aneh memang, padahal saya mentor mereka kemarin di StandUpComedyIndonesia KompasTV)
Saya dengar kata “Call Back” pertama kali dari mereka seingat saya.
Ernest bahkan, orang pertama yang lihat saya benar benar dgn sadar melakukan callback waktu kami kerja di Citos.
Ryan, pada malam openmic Bekasi, mempraktekkan callback dgn super ganas.
I loved it.
I was inspired by it.
I fell in love with it.
Makanya, kemaren di Bhinneka Tunggal Tawa, Callbacks bertebaran.
Di satu sisi, saya ingin itu jadi signature acara itu, di sisi lain saya merasa agak lebay callbacksnya tapi sudahlah :p
Namanya juga baru bisa, nggak eman emang dipakenya hehehe
George Lopez, Katt Williams, Bernie Mac, dan masih banyak lagi comic comic di Amerika Serikat menggunakan musik sebagai bagian dari gimmick set mereka.
Itulah inspirasi dari bit “Shuffling” yang ternyata sukses dicintai penonton show pertama dan ke dua.
Di Amerika itu umum banget, di Indonesia entah siapa yg pernah pake itu selain saya.
Saya memutuskan utk menggunakannya sebagai “refreshment” di tengah2 set sejam saya.
It was memorable
Show pertama dan ke dua masing masing ada kelebihan
Show pertama ada 5 opener, dan Stand Up 1jam 15menit yang saya lakukan bersejarah bagi saya. Tidak tergantikan.
Show kedua ga ada opener, tapi saya stand up lebih lama, lebih lengkap, lebih nekat (krn tidak direkam) dan durasi totalnya 1.5 jam.
Di hadapan total 651 penonton saya total stand up selama 2 jam 45 menit.
Yg nonton tahu, tidak surut tenaga saya, energi saya, tidak surut totalitas saya.
It was a night to remember
***
Usai sudah
Usai sudah Tahun 2011
Usai sudah tahun yg akan tercatat dalam sejarah sebagai tahun meledaknya Stand Up Comedy
Iwel pasti bahagia.
Mengawali semua ini sendirian, sekarang ada banyak comic comic utk dijadikan teman seperjuangan
Bang Ramon pasti bahagia.
Dari 97 mengajarkan karyawannya sendiri dan orang orang dekatnya juga murid murid awalnya untuk stand up comedy, sekarang beliau telah menjadi guru besar yg dihormati di Indonesia
Raditya Dika pasti bahagia.
Sengaja atau tidak, meledaknya Stand Up Comedy di Indonesia adalah karena pengaruhnya, dan kebesaran hatinya utk mengajarkan comic2 baru Indonesia
Semua orang yang sejak lama memimpikan stand up comedy hadir di Indonesia pasti bahagia.
Karena impian itu telah jadi kenyataan.
They say, a dream is a wish your heart makes.
A dream come true, is a wish granted for you
Congratulations Indonesia, we got what we deserved
A new brand of comedy for a new and better Indonesia
Katanya sih Stand Up Comedy akan susah diterima di Indonesia, tapi kita sudah sama sama buktikan…
Bisa
🙂