Takkan Usai

“His helmet was stifling, it narrowed his vision. And he must see far. His shield was heavy. It threw him off balance. And his target is far away..”

Tombak tersebut terbang..

Lepas dari tangan Leonidas, dalam gerakan lamban tombak tadi meluncur lurus menuju Xerxes.

Dewa. Itu adalah sebutan Xerxes untuk dirinya sendiri. Raja Persia, Maha berkuasa, Maha tinggi, Maha suci, tak tersentuh, tak terkalahkan, tak tergoyahkan.

Tombak tersebut terbang..

Pasukan Xerxes, dengan jumlah yang tak terhitung dan terdiri dari segala macam makhluk mitos ataupun nyata, menakutkan, menggoyahkan kaki prajurit manapun..

Kecuali Leonidas dan 300 pasukannya yang berani..

Tombak tersebut terbang..

Leonidas tidak lagi bisa mendengar suara pedang yang beradu dgn tulang, suara teriakan, suara erangan, suara tubuh tubuh yang roboh dan darah yang menetes. Fokusnya hanya antara dirinya, Xerxes, dan tombak yang meluncur tepat ke arah kepala dari Xerxes

Tombak tadi meleset, hanya beberapa senti di samping kepala Xerxes. Merobek pipi dia yang mengaku tak tersentuh, sebelum kemudian tombak tersebut menancap ke papan kayu di belakang kepala Xerxes

Xerxes selamat, tapi matanya terbelalak, tubuhnya bergetar, keringat dingin, tangannya gemetar ketika memegang pipinya yang terluka

Seketika, Xerxes sempoyongan, kehilangan keseimbangan ketika dia melihat darah di telapak tangannya.. Darah dari pipinya yang sobek karena lemparan tombak Leonidas

Leonidas, tersenyum menang..
Tidak, Xerxes tidak mati.
300 tentara Sparta tidak memenangkan perang pada hari itu.

Tapi hari itu, Leonidas tersenyum penuh kemenangan. Leonidas tahu, ia telah berhasil melukai seseorang yang mengaku Dewa.

Leonidas tahu, ia telah berhasil menimbulkan sebuah perasaan yang tidak pernah muncul sebelumnya di benak Xerxes: Takut.

Leonidas tersenyum karena ucapannya terbukti:

“The world will know that free men stood against a tyrant, that few stood against many, and before this battle was over, even a god-king can bleed”

*****

Hari ini, Provocative Proactive menayangkan episode terakhirnya.
Tidak ada niat dalam benak saya untuk melahirkan “Neo Provocative Proactive” atau “Masih Provocative Proactive” apalagi “Bukan Provocative Proactive”

Semua yang di atas hanyalah publicity stunt akal akalan acara TV yang perlu membongkar kejenuhan penonton atas tayangan yang mulai terasa monoton.

Acara kami bukan dihentikan, tapi kontraknya tidak diperpanjang.

Resminya, rating-nya tidak memuaskan sehingga harus diganti dengan program program lain

Ada juga yang mengatakan “Keputusan Manajemen”

Ada orang orang sekitar saya yang berspekulasi, bahwa kami telah menjadi duri dalam daging. Melukai dari dalam, sebuah tubuh yang sedang bersiap untuk 2014.

Saya, berpegang pada yang pasti, yaitu ucapan pihak Metro TV kepada kami. Scara performa rating, acara kami tidak bisa bertahan.

Saya tidak percaya rating bahkan ketika dikatakan kami sedang bagus ratingnya

Tapi saya bisa menerima itu sebagai alasan.

Sejujurnya, saya berharap MINIMAL bisa hidup sampai 2014, tahun yang menakutkan bagi saya. Tahun di mana orang orang yang sudah terbukti merupakan pembunuh, penculik, penganiaya, dan perenggut hak rakyat sendiri mencoba untuk menjadi Presiden Republik Indonesia mengandalkan ingatan masyarakat Indonesia yg pendek dan kemalasan anak muda untuk menoleh ke masa lalu, tempat di mana reputasi buruk mereka tersimpan

Tapi apa daya, kami gugur di tengah jalan.

Tapi saya tersenyum.

Saya ingat..

Ketua DPR pernah protes berkoar di twitter membela diri.

Mantan Ketua PSSI kabur-kaburan dari undangan kami

Mantan Menteri Hukum dan HAM mensomasi kami hanya karena kami merasa kinerjanya yg mengecewakan membuatnya pantas di re-shuffle (walaupun akhirnya dia di re-shuffle juga)

Presiden RI yang #nomention kami dalam pidatonya.

Saya tersenyum sebagaimana Leonidas tersenyum..

“…. even a God-King can bleed”

Biarlah Indonesia ingat, di umurnya

yang singkat, pernah ada sebuah aktivisme pemuda berwujud program TV yang menolak untuk tunduk kepada pembual dan pembohong itu.

Menolak untuk dibungkam dan menolak untuk berbicara sesuai dgn titipan

Acara TV yang mengambil resiko untuk melontarkan kritik kepada siapapun yang pantas dikritik, termasuk pemilik Stasiun TV-nya sendiri

Acara TV yang tidak takut untuk mati.

Provocative Proactive TV, usai sampai di sini

Tapi kami terus berjalan sebagai sebuah gerakan.

Provocative Proactive tidak akan mati.

Wujudnya yang berganti

Mungkin tidak lagi ada di televisi

Mungkin akan hadir di depan anda, lebih dekat lagi

Bila anda yang membaca tulisan ini menyukai aktivisme kami, bergabunglah bersama saya, Pangeran Siahaan, Joshua Matulessy, Ronal Surapradja, Raditya Dika, Andari Agustien, Andibachtiar Yusuf, Naufal Fileindi, Iman Sjafei, Shani Budi Pandita, Khamila Sari Mulia, Aira Syafei, Farah Nurul, Dhita Larasati, Luthfian Iriana, Syaza Luthfani Udyaputri, Disna Harvens, Muhajjir Esyaputra, Esha Mahendra, Choky Ramadhan, Larasati Septani.

Bersama kami, angkat kepalan anda

Perjuangan ini, takkan usai.

3 thoughts on “Takkan Usai”

  1. Saya suka aktivisme abang abang semua di provoactive proactive dan saya pengen belajar untuk menjadi seperti leonidas 🙂 Makasih atas semua wawasan yang abang abang semua udah tayanin di TV itu keren banget. Ayo bikin lagi mungkin di kompas tv mau menerima acara seperti ini lagi. Semangat bang pandji !!! \m/

Comments are closed.