Tali Persahabatan

Kepada pendukung Mas Anies Baswedan:

Belakangan banyak yang menyampaikan keraguannya kepada Mas Anies. Tak perlu gusar. Kita kan sudah tahu ini akan terjadi.
Mas Aniespun tahu.
Orang minder mudah tersinggung, kalau anda tersinggung sesungguhnya menunjukkan anda tidak percaya diri kepada Mas Anies.
Kayak orang yang suka menggerebek warung makan di bulan Ramadhan karena dianggap mengganggu orang puasa. Ya kalo imannya kuat mah mau makan di depan mukapun biasa aja 🙂

FYI, untuk menyegarkan kembali perjalanan kita bersama Mas Anies silakan klik ini

We’re not trying to convert anyone.
Kita hanya ingin berjalan bersama atas keyakinan yang sama.
Pada akhirnya, toh kita semua berteman. Termasuk kepada mereka yang tidak percaya kepada Mas Anies.

Akhir kata, ada kutipan yg ingin saya sampaikan.

“Terima kasih kita masih berjalan bersama.
Tembus badai opini & tsunami hujatan.
Terima kasih atas keyakinan. Agak meragukan tapi argumennya beralasan.
Mencoba memahami, sebelum membenci. Memperkuat tali persahabatan”

🙂

– Diambil dari lirik “Untuk Sahabatku”, album “32” –

5 thoughts on “Tali Persahabatan”

  1. Saya juga mau bilang ini ke Bang Pandji:
    “Terima kasih kita masih berjalan bersama.
    Tembus badai opini & tsunami hujatan.
    Terima kasih atas keyakinan. Agak meragukan tapi argumennya beralasan.
    Mencoba memahami, sebelum membenci. Memperkuat tali persahabatan”
    Hehehe… Thx a lot!

  2. Mas Pandji, boleh numpang nulis isi hati saya ya.
    Akhir akhir ini saya sering gusar dan marah jika calon yang saya dukung dihujat. Tapi jika calon lawan yang dihujak tidak masalah.
    Akhir akhir ini juga saya dan teman saya sering berdebat, karna dia pilih 1, dan saya pilih 2. Semacam debat di Metro Tv atau Tv one yang tidak ada ujung nya.

    Alasan saya mengapa pilih 2, karna takut orde baru dan kediktatoran kembali lahir di negeri ini.
    Alasan teman saya mengapa pilih 1, karna takut Jokowi adalah antek asing.
    Ya kita takut, takut jika calon lawan akan membawa Indonesia ke dalam kemunduran bahkan kehancuran. Kita takut karena semua isu yg dikembangkan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Semua isu dikembangkan dan menjadikan kita terpecah menjadi dua.
    Bagaimana kalau begini? Sebenarnya kedua calon itu ingin menjadikan Indonesia lebih baik dan sejahtera.
    Bukan nya itu cita cita kita semua, kenapa kita harus bermusuhan? Yang membuat kita beda hanya orang yang kita titip kepercayaan untuk melakukan itu.
    Teman saya satu, saya dua. Itu saja yang beda.

  3. Bang pandji saya mau ngasih saran buat bang pandji di acara sebelas duabelas. Kan bang pandji sering di serang di twitter katanya bang pandji garing kalo ngemsi. Sebenernya bukannya garing. Tp emang uus ama babenya yg kelewat ‘gilak’ :)))

    Untuk sebelas duabelas, saya rasa bang pandji harus ngurangin komunikasi ama penonton yg ngehasilin ‘WOOOOO!!!!’ Atau ya bang pandji jgn terlalu kayak sombong atau lebih kayak pamer..tp coba banyakin celetukan yg ngehasilin tawa. Contoh yg paling gampang sih kayak si sule.

    Hehe. Cuma masukan bang, semoga bermanfaat 🙂

  4. Pak Prabowo yang saya hormati,
    Izinkanlah saya menuliskan betapa sesungguhnya Bapak adalah sosok yang semakin hari semakin menjadi negarawan yang terbesar yang pernah dimiliki oleh bangsa Indonesia.

    Di tahun 1998 Bapak diberhentikan, namun dengan sikap ksatria Bapak hadapi semua itu, walau harus menenangkan diri ke Yordania. Saat itu banyak pengamat dan tokoh yang menyebut karir kepemimpinan Bapak sudah tamat.

    Mereka salah. Di tahun 2004, Bapak kembali dan maju dalam konvensi Partai Golkar. Saat itu Bapak kalah oleh mantan atasan, Jenderal (purn) Wiranto yang maju dipasangkan dengan Solahudin Wahid. Sekali lagi, saat itu banyak pengamat dan tokoh yang menyebut karir kepemimpinan Bapak benar-benar sudah berakhir.

    Sekali lagi, mereka benar-benar salah. Di tahun 2009, Bapak kembali maju dengan partai baru yang didirikan di dibangun dari awal, Gerakan Indonesia raya. Dengan keberhasilan Partai Gerindra masuk ke gelanggang politik Senayan, Bapak maju sebagai calon Wakil Presiden mendampingi calon Presiden Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Saat itu, Bapak kalah. Tapi, mulai saat itu, tidak ada pengamat dan tokoh publik yang berani menyebut karir kepemimpinan Bapak benar-benar sudah habis.

    Kali ini mereka, pengamat dan tokoh publik itu, benar. Di tahun 2014 ini, Bapak kembali maju dan bertarung melawan calon presiden Joko Widodo. Partai yang Bapak dirikan bahkan masuk ke dalam posisi tiga besar di Senayan. Dan koalisi merah-putih, barisan pendukung Pak Prabowo dan Pak Hatta, tercatat menguasai mayoritas kursi di Senayan. Namun, sayang sekali, rakyat memilih Pak Joko Widodo. Beberapa lembaga survei yang terkenal akurat, (SRMC, Kompas, LSI, RRI, dll) setidaknya menyebut kisaran 52 persen suara memilih saingan Bapak, dan hanya sekitar 47 persen pemilih yang mencoblos Garuda Merah.

    Sekali lagi, banyak pengamat dan tokoh publik yang meramalkan Pak Prabowo sudah tamat. Tidak mungkin lagi maju menjadi Presiden, begitu kata mereka. Benarkah mereka?

    Yang bisa bisa menjawab semua itu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Pendukung Pak Prabowo yang sejati tentu tidak akan rela jika kekalahan ini berarti mundurnya Bapak dari gelanggang kepemimpinan nasional. Jika kali ini Bapak kalah, tidak apa-apa. Terima saja, akui kemenangan pilihan rakyat, Pak Joko Widodo.

    Kali ini kalah, tidak apa-apa. Pak Prabowo memang ditakdirkan untuk melakukan hal-hal besar yang sulit dilakukan oleh kebanyakan orang biasa. Itu takdir Pak Prabowo. Itu takdir orang-orang besar. Dulu. pengamat dan tokoh publik bilang Pak Prabowo adalah Soekarno kecil atau Lee Kuan Yew kecil. Mereka salah. Pak Prabowo bukan versi kecil dari orang-orang besar. Pak Prabowo adalah orang besar yang otentik dan orisinil.

    Lima tahun akan datang bisa menjadi waktu yang tepat untuk menilai kemenangan apalagi yang akan Bapak raih. Lima tahun yang akan datang bisa menjadi waktu yang tepat untuk melakukan refleksi pencapaian apa lagi yang Bapak kukuhkan. Rasanya baru kemarin saat lima tahun lalu, 2009, Pak Prabowo maju berapi-api berpidato di TPA bantargebang sebagai calon wakil presiden. Rasanya baru kemari, tahun 2004, saat Pak Prabowo menyampaikan visi di dalam konvensi Partai Golkar. Rasanya baru kemarin saat tahun 1998-1999, Pak Prabowo diberhentikan dan dihujat, berpisah dari keluarga.

    Toh, semakin hari Pak Prabowo semakin mampu mendapatkan kepercayan publik. Pak Prabowo, tahun 2014 ini Bapak dipercaya oleh 47 persen pemilih! 47 persen pemilih, jutaan rakyat Indonesia memilih Bapak, dan partai-partai besar bersedia dipimpin oleh Bapak ! Jangan kotori aset kepercayaan rakyat dengan sikap tidak ksatria pak Prabowo. Jangan.

    Sekali lagi, Pak Prabowo ditakdirkan untuk menjadi pemimpin besar. Dengan atau tanpa jabatan wakil presiden dan presiden, partai Bapak akan semakin besar, pendukung Bapak akan semakin banyak, dan bangsa dan negara Indonesia akan juga semakin besar.

    Percayalah, semakin hari Pak Prabowo akan tampil makin otentik dan orisinil. Orang tidak akan membandingkan Pak Prabowo dengan Soekarno, apalagi Lee Kuan Yew dari negara yang tidak sebesar Indonesia. Prabowo Subianto adalah Prabowo Subianto, begitulah sejarah akan mencatat. Akan banyak orangtua yang menamai anak-anak mereka dengan nama yang sama. Itu jika Pak Prabowo tidak salah mengambil langkah menyikapi kekalahan ini. Anggaplah kekalahan ini sebagai kemenangan dalam wajah yang tersembunyi.

    Pak Prabowo, ketika Al Gore menerima kekalahan dari George Bush, ia melanjutkan perjuangannya di luar pemerintahan dengan menekankan pada ancaman global yang disebut perubahan iklim oleh pemanasan global. Dunia mengganjarnya dengan Hadiah Nobel, dan semua kepala negara dan pemerintahan menerapkan kebijakan untuk menghadapi ancaman seperti yang dirumuskan Al Gore. Bapak bisa menempuh jalan perjuangan seperti itu.

    Atau, Pak Prabowo, ketika Abraham Lincoln kalah berulang-ulang dalam memperebutkan posisi Presiden Amerika, ia tidak menyerah dan kemudian terpilih. Presiden-presiden Amerika Serikat, baik dari Partai Demokrat dan Republik, menganggapnya sebagai teladan dan idola. Rakyat Amerika Serikat memandangnya Presiden terbaik sepanjang sejarah negara tersebut. Pemimpin-pemimpin dunia memandangnya sebagai teladan emansipasi manusia; patung kecil Lincoln ada di kantor Presiden Fidel Castro, dan foto Lincoln dipasang di Gedung Agung Yogyakarta saat masih menjadi kantor Presiden Soekarno. Ya, ini adalah Abraham Lincoln yang sama yang berkali-kali kalah dalam kontestasi pilpres AS.

    Pak Prabowo, jalan bagi Bapak adalah jalan besar. Jangan salah langkah. Hasil pemilu 2014 ini teramat kecil untuk mengorbankan persatuan bangsa dan negara. Terima saja kekalahan ini. Legowo. Yudhistira dan ksatria Pandawa lainnya harus menempuh jalan tapa jauh dari istana sebelum akhirnya kembali ke istana. Yudhistira dikenang karena kekalahan dari pertaruhan tidak membuatnya kerdil. Ksatria adalah ksatria, selama masih dibutuhkan oleh rakyat dan negaranya, sebelum menempuh tapa brahmana seusai mengabdi sebagai pemimpin pemerintahan.

    Sekarang tahun 2014, Pak Prabowo. Jerman juara Piala Dunia di Brasil, menjadi negara Eropa pertama yang berhasil melakukannya di Benua Amerika. Sebelum mereka berhasil mencatatkan sejarah tersebut, berkali-kali jerman kalah di final, bahkan oleh Brasil, negara yang sama. Alangkah indahnya memenangkan Piala Dunia setelah berkali-kali kalah di final, di negeri yang dahulu menaklukkan mereka. Itulah makna perjuangan tahun 2014 ini, Pak Prabowo.

    Pak Prabowo, jangan dengarkan bisikan yang membuat anda kerdil. Prabowo Subianto adalah sosok terbesar yang pernah dimiliki bangsa ini, takdirnya adalah mencatat sejarah. Terima saja kekalahan kali ini. Esok adalah sejarah yang harus kita tulis dengan tinta emas. Orang yang hari ini merendahkan dan mengejek, seolah-olah semuanya sudah berakhir, akan menjadi orang yang akan meninggikan dan memuliakan di masa depan.

    Saat ini, survei dari lembaga-lembaga kredibel mencatat kemenangan bagi Pak Joko Widodo. Dan jika sesuai dengan survei tersebut, KPU mungkin akan mengeluarkan hasil tidak jauh berbeda. Tidak apa-apa. Mungkin, sekali lagi mungkin, Tuhan Yang Maha Esa memang sudah menakdirkan yang terbaik bagi yang terbesar: Pak Prabowo berada di posisi yang kalah karena hanya Pak Prabowo satu-satunya kontestan yang siap menghadapi kekalahan itu. Hanya orang besar yang siap mengakui kekalahan, dan hanya Pak Prabowo yang sudah menyampaikan secara terbuka untuk siap mengakui kekalahan.

    Marilah Pak Prabowo, terima saja kekalahan ini sebagai amanat untuk menanggung beban dan tanggung jawab yang tidak semua orang siap menghadapinya. Jika kekalahan berada di pihak Pak Joko Widodo yang tidak siap untuk itu, sulit dibayangkan bagaimana beliau dan pendukungnya akan berjiwa besar. oleh karena itu, jika hasil sudah diputuskan oleh KPU seperti yang diramalkan hasil hitung cepat lembaga-lembaga kredibel itu, tidak apa-apa jika mayoritas rakyat belum memilih Pak Prabowo.

    Tidak apa-apa, legowo saja. Indonesia membutuhkan Joko Widodo sebagai presiden 2014-2019. Dunia membutuhkan tanpilnya seorang Prabowo Subianto. Semoga, bersama-sama tokoh seperti Pak SBY yang akan selesai periode kepresidenannya, Pak Prabowo bisa mengambil jalan kepemimpinan global seperti Al Gore, atau kalau masih mau bertarung, maju lagi seperti sikap Abraham Lincoln.

    Apapun itu, Mohon Pak SBY bersedia berunding secara mendalam dan mendasar dengan Pak Prabowo untuk merumuskan kira-kira jalan kepemimpinan apa yang cocok untuk ditempuh bersama-sama agar Indonesia semakin tampil berjaya di dunia.

    Dari saya,
    Alkemi.

  5. buat kak Pandji dan semua yg aktif d web ini,,
    saya seorang pelajar SMA di yogyakarta, ingin meminta sedikit bantuan

    saya baru saja tertarik dengan politik sejak membaca buku ‘berani mengubah’ dan sering melihat-berita tentang negara kita. setidaknya, sejak beberapa bulan yang lalu.

    Karena saya masih kurang mengerti tentang dunia ini, saya mohon kakak mau meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya di http://www.catatansayapgaruda.wordpress.com . Ini masih hasil pemikiran yg terbesit yang belum dikonsep dan masih tak ada sumber-sumber pastiya.
    tolong jika ada cara berpikir atau pandangan yang aneh mohon di kritik dan diberi saran.
    karena saya takut jika sudajh jauh saya memulai tapi, apa yang saya lakukan menjadi sia-sia.

    terimakasih ,
    gisella

Comments are closed.