Gue ada disana.
Gue ada disana tahun 1998
Gue ada dijalanan berbaris, berjalan bersama berteriak menuntut agar tirani diturunkan
Dan kami berhasil
Soeharto turun
Tapi mari gue kasih tau mengapa kami berhasil waktu itu:
Karena kami semua 100% meyakini hal yang sama, dan sama sama 100% turun ke jalan pada 1 hari yang sama di semua kota di Indonesia
Sekarang, bagaimana anak anak yang Cuma ber 10 di bunderan HI itu mau terdengar tuntutannya kalau teman teman sekampusnya sendiri, teman teman kampus lain, tidak mendengar ajakan mereka untuk ikut turun ke jalan?
Pada hari anti korupsi sedunia yang pada akhirnya sepi itu, terus terang gue kecewa.
Dari CANTEEN Plaza Indonesia ext gue melihat ke arah Thamrin
Berkelompok kelompok mahasiswa mondar mandir
Setiap kelompok rata rata membawa 8-10 bendera…
Dari 10 bendera tersebut, 9 adalah bendera identitas kampus/ identitas jurusan.
Dan 1 bendera adalah bendera Indonesia
Ini mungkin nggak aneh utk elo, tapi untuk gue, membuat gue bertanya
“kalau memang semuanya datang dan turun ke jalan untuk tujuan yang sama, apa pentingnya bawa banyak banyak identitas kampus?”
“Bawa 1 bendera kampus kan cukup bukan? Kenapa nggak bawa 10 bendera merah putih aja kalau memang mereka melakukan ini untuk kebaikan Indonesia dan bukan untuk kebaikan kampus mereka?”
Di sepakbola ada ucapan, “Nama di dada lebih penting daripada nama dipunggung”
Artinya lebih penting nama yang kita bela daripada nama pribadi.
Kadang hal hal seperti ini membuat gue bingung.
Apalagi kalau gue liat 15 mahasiswa di bunderan HI bawa tulisan tulisan di kertas A4 atau A3 sementara bendera himpunan atau bendera kampusnya besar besar dibawa dan dikibarkan
Apa yang mereka ingin sampaikan sebenarnya? Pesan tuntutan yang tertulis di kertas, atau identitas kampus?
Memang, memaaaang identitas kampus tetap penting supaya jelas siapa yang bertanggung jawab terhadap aksi ini
Tapi kalo bawa 2 bendera raksasa sementara tulisannya lebih kecil kan aneh juga diliat orang?
Kalau bawa 10 bendera kampus sementara Cuma bawa 3 lembar kertas bertulis tuntutan kan aneh juga bukan?
Tulisan ini terdengar skeptik terhadap demonstrasi dan blog gue (kalau elo search dengan kata : demonstrasi) sudah sering memicu perdebatan sengit (terutama dengan mahasiswa/i) tentang demo
Kali ini gue terangkan lagi
Gue bukannya ga setuju dengan menyuarakan hak kita dan mewakili suara rakyat yang tidak terwakili di DPR, tapi gue berharap mahasiswa menemukan solusi baru dari turun ke jalan
Karena rakyat, belajar , meniru dan mengikut dari mahasiswa.
Mahasiswa demo, ya rakyat demo
Bedanya kalau rakyat demo, mereka bisa disusupi
Akhirnya rusuh
Sehari sebelum hari anti korupsi sedunia, di makassar sesama mahasiswa berantem.
Sesama mahasiswa.
I dunno bout you, but i feel kinda stupid
Banyak yang akan bilang “Demo terbukti keberhasilannya menurunkan Soeharto!”
Betul, tapi sekaliu lagi gue ingatkan
Itu terjadi karena kami semua 100% meyakini hal yang sama, dan sama sama 100% turun ke jalan pada 1 hari yang sama di semua kota di Indonesia
Resiko dari mempertahankan demo adalah, saat ini demo sudah kebaca oleh “orang orang jahat” di Indonesia
Gue takut demo dimanfaatkan pihak pihak yang jahat.
Mana mungkin elo ga pernah dengar tentang jasa penyediaan demonstran?
Di berita berita aja banyak, orang orang demo dan ga ngerti apa yang mereka tuntut.
Mereka Cuma dibilang utk turun ke jalan dan dikasi uang 5000,-
Banyak pejabat yang bahkan ngaku pernah ditawarin orang yg menawarkan jasa demo.
Ada proposal dan paket paketnya.
Gila ga tuh?
Kalo penonton Dahsyat dan Inbox aja ada koordinatornya, masak demo ga ada?
Dan kalau tau hal hal
seperti ini, masak para mahasiswa sebagai yang ditiru oleh rakyat ga ada tanggung jawab untuk menemukan metoda baru?
Yang aman?
Gini deh utk menerangkan mengapa gue menganggap metoda demo kalau diulang ulang terus akan mengurangi efektifitasnya, jawab pertanyaan ini
“Do you ever laugh outloud at the same joke twice?”