SEMANGAT KEBANGSAAN. oleh Koes Pratomo Wongsoyudo (bokap gue)

Di sekitar ujung Perang Dunia kedua , ada seorang Laksamana Inggris { namanya lupa }

berkata “ Didalam wilayah Britania Raya , matahari tidak pernah tenggelam “.

Dia tidak sembarangan berkata .begitu .

Tanah jajahan Inggris sedemikian luasnya , sehingga matahari tidak menemukan ujung wilayah . Sebelum dia sempat tenggelam ,dia sudah sampai ke bagian lain dari wolayah kekuasaan Inggris .

Kalimat itu menjadi kebanggaan orang Inggris, sebagai bangsa penakluk.

Sampai-sampai sebegitu luasnya wilayah jajahannya..

Kira-kira pada era yang sama, banyak orang Indonesia yang melontarkan kata-kata yang dialamatkan kepada para pejuang kemerdekaan kita ‘ Jangan sok pinter ! Mau apa sih ?

Belanda sudah bercokol dinegara kita 350 tahun lamanya !”.

Sebuah kalimat pasrah, pengakuan sebagai bangsa pecundang.

Menjadi bangsa terjajah, sudah suratan nasib yang tak terelakan.

Tak ada kebanggaan sama sekali sebagai sebuah bangsa.

Menerima perlakuan istimewa dari penjajah, yang memberinya hak-hak sama dengan bangsa penjajah, akan lebih membanggakan { gelijkgesteld }, dari pada menjadi bagian dari bangsanya sendiri.

Dua semangat yang sangat kontradiktif. antara bangsa Inggris dan Indonesa ketika itu.

Sebenarnya kesadaran sebagai bangsa,dan keinginan untuk merdeka , tumbuh juga meski demi sedikit. Mendapat inspirasi dari kemenangan Jepang atas Rusia, pada tahun 1905 ,kebangkitan Nasional terjadi juga. Sejarah mengatakan terbentuknya Organisasi BUDI UTOMO menjadi tanda-tanda itu. { 1908 }.

Oktober 1928 , diselenggaraakan Konggres Pemuda yang mencetuskan SUMPAH PEMUDA :” Berbangsa satu , bernegara satu dan berbahasa satu INDONESIA “.

Kita semua tahu itu.

Semangat untuk merdeka-pun sampai kepada puncaknya ,ketika kita mem-proklamirkan kemerdekaan kita pada tgl 17 Agustus 1945.

Jadi ketika kita merdeka , kesadaran untuk Berbangsa dan Bernegara sudah mendahului langkah perjuangan.

Apa lagi ,masih menurut sejarah yang kita dengar, ketika Belanda datang kemari pada abad ke lima belas , Bangsa ini sudah ber-budaya tinggi.

Kekaguman Belanda atas negara yang dijajahnya, terbukti dari banyak-nya benda-benda kebudayaan yang dikumpulkan di negara Belanda .

Maka boleh disimpulkan , identitas sebagai bangsa sudah definitif ada, bahkan jauh sebelum kita merdeka.

Ada budaya yang tinggi dan ada semangat kebangsaan .

Atas kesadaran itulah kita berjuang untuk merdeka.

Tidak semua bangsa-bangsa jajahan bangkit dengan melalui proses yang demikian..

Berakhirnya perang Dunia Kedua dengan kemenangan Sekutu atas Jerman -Italy –Jepang

memberi hikmah kepada bangsa-bangsa terjajah.

Karena kemudian terjadi persaingan antara dua kekuatan , Rusia dengan kubu komunisnya ,melawan Amesrika –Ingris dengan sekutu-sekutunya yang menamakan dirinya NEGARA – NEGARA BEBAS.

Franklin Deleanor Roosevelt [ FDR ], Presidan Amerika Serikat ,menyadarkan para sekutunya, bahwa mereka akan kalah bersaing dengan komunis kalau tidak memberi kemerdekaan kepada tanah jajahan mereka.

Karena komunis berkampanye dengan mendukung perjuangan untuk merdeka kepada bangsa-bangsa terjajah.

Kampanye FDR ampuh.

Suaranya memang didengar dan dituruti.

Indonesia memang menyatakan merdeka ketika terjadi ke-vacum-an, karena Jepang telah menyerah padatgl 14 Agustus 1945 dan kekutan sekutu belum sampai disini

Tspi kemudian harus berjuang secara physik maupun diplomasi ,karena Belanda enggan melepas daerah jajahannya yang terlanjur menjadi andalan hidup

Dan doktrin FDR inilah yang memenangkan Indonesia dimeja diplomasi.

Churchill , Perdana Menteri Inggris, menerima saran FDR untuk memerdekakan jajahannya dnengan menggerutu. Menolak tidak bisa, menuruti tidak rela.

Tapi kemudian Inggris menemukan jalan keluar yang cerdik.

Inggris memberi kemerdekan kepada tanah-tanah jajahannya, tapi langaung menampungnya dalam sebuah organisasi yang mereka sebut NEGARA PERSEMAKMURAN {Commenwealth Countries }.Negara –negara yang baru merdeka itu ditampung dalam wadah persemakmuran itu, masih dalam sebuah Sistem Ekonomi dan Pertahanan bersama Inggris.

Dua hal yang sangat membebani negara –negara baru , yang belum tahu bagaimana caranya mengelola sebuah negara.Belenggu yang diasang Inggris justru disambut senang oleh negara- negara jajahan yang baru merdeka.

Dengan cara seperti ini , berbeda dengan Belanda yang langsung kehilangan Indonesia ,sebagai lumbung kemakmurannya selama ini , Ingris melalui system Commenwealth masih bisa mempertahankan system ekonominya dengan tetap mengandalkan tanah jajahan.

Termasuk dalam sejumlah negara-negara yang baru diberi kemerdekaan oleh Inggris itu adalah Malaysia dan Singapura..

Malaysia dan Singapura yang merdeka karena perubahan administrative ., tanpa proses seperti yang dialami Indonesia.

Negara-negara itu belum mempunyai perangkat yang menjadi ciri negara dan bangsa itu.

Dengan dadakan dikaranglah bendera dan lagu kebangsaan.

Entah dengan pertimbangan apa, Malaysia mengambil lagu rakyat ‘ TERANG BULAN’

dijadikan lagu kebangsaan dengan menyesuaikan liriknya.

Lagu INDONESIA RAYA dan bendera merah putih sudah ada sejak sebelum

kita merdeka..

Tidak hanya itu .

Sejumlah lagu-lagu perjuangan, ikut mnedampingi Indonesia Raya.

Sebut saja “Sorak-sorak bergembira “ ,” hari merdeka”, “maju tak gentar “ , “ hallo-hallo Bandung “, “tanah pusaka” “rayuan pulau kelapa “ , “ gugur bunga”, “ butet “,

“ sepasang mata bola” dan masih banyak yang lain.

Dan diseluruh persada Indoneia berserak berbagai monumen perjuangan .

Belum lagi sejumlah budaya yang definitif menjadi identitas dan kebanggaan Bangsa..

Lepas dari pengaruh ataupun kemiripan dengan yang dipunyai penjajah.

Ada batik, keris ,rencong ,tari serimpi, gending, berbagai tari Bali, ukiran Bali dan Jepara.,kerajinan perak Kotagede.

Karya-karya seni dan budaya yang tak terkira jumlahnya.

Sementara kita melihat tetangga kita Malaysia dan Singapura, canggung melihatt dirinya sendiri dalam status yang “katanya” merdeka.

Orang Melayu Malaysia lebih merasa sebangsa dengan sesama Melayu dari Singapura ,meski masing-masing berpasport lain.

Begitu juga China Malaysia, dengan China Singapura dan India Malaysia dengan India Singapura..

Dan tidak merasa sebagsa dengan sesama warga negara Malaysia dan Singapura, kalau etnisnya berbeda.

Bahasa Melayu di Malaysia dijadikan bahasa resmi pemerintahan ,tapi orang Melayu yang hanya bisa berbahasa Melayu , tidak bisa berharap mencapai kedudukan tinggi ,baik dalam pemerintahan maupun pada kantor-kantor swasta.

Bandingkan saja dengan para pejabat kita yang masih gagap berbahasa asing.

Ini karena Bahasa Indonesia berdaulat , tidak seperti di Malaysia .

Malaysia bahkan tidak berdaya ketika bahasa Melayu “diperkosa” dengan kaidah-kaidah Inggris yang merusak. Dengarlah mereka mengtakan “ Bile-bile mase “ untuk mengatakan “any tme ‘ dan “yang mana satu “ untuk mengatakan “which one “.

Dan kita melihat yang lebih kejam lagi dari itu.

Banyak oang-orang China , kendati-pun terlahir di Malaysia,tidak pandai berbehasa Melayu. Para executive China di Malaysia , kalau perlu pergi kekantor-kantor pemerintahan, seperti immigrasi dsb.nya terpaksa membawa staff-nya yang orang Melayu, karena sekedar mengisi formulirpun dia tak pandai..

Kita membandingkan dengan China Solo yang tahu gneding , serimpi dan batik lebih dari orang-orang Jawa sendiri

.China Solo lebih Jawa dari orang Jawa sendiri .

Orang-orang Malaysia dan Singapura memang tidak melihat identitas bangsa pada dirinya sendiri . Kegagapan inilah kemudian yang mendorongnya mengakui reyog,

batik , keris , bahkan lagu Rasa Sayange sebagai miliknya, tanpa tahu apa akar yang menumbuhkan semua itu .

Inggris memang berhasil menjaga kestabilan ekonomi dalam kawsannya. Tapi membiarkan yang selebihnya.

Perasaan rendah diri orang Melayu menatap orang Inggris tak pernah sirna.

Inferior complex sebagai bangsa terjajah, tetap saja tidak hilang

Pada tahun 2009 ini Indonesia merdeka enam puluh empat { 64 } tahun lamanya.

Malaysia Singapura hanya kurang sedikit dari itu.

Banyak yang berubah dimakan keharian selama itu.

Ada yang tumbuh menjadi besar, dan ada yang menyusut dan terkikis.

Syahdan , karena masalah –masalah politik yang tidak kondusif untuk tumbuh dan stabilnya ekonomi, Indoneisa-pun tertinggal.

Sedemikina sehingga pergi ke Malaysia dan Singapura , negara tetangga yang terdekat ,

untuk mencari rejeki, kemudian menjadi pilihan.

Bencana-bencana-pun terjadi diluar kewajaran.

Kekejaman-kekejaman yang tidak masuk diakal bisa terjadi , justru terjadi terus menerus, tak terbilang banyaknya.

Karena orang-orang Malaysia yang belum”kelas majikan” ini tiba-tiba menjadi majikan.

Mereka belum tahu membentuk hubugan kerja majikan –pegawai selain “hubungan

uang “saja .

Bahkan seorang pangeran Kelantan ,tega meninggalkan ibu mertuanya , dilandasan pacu Jedah, ketika melarikan istrinya Manohara untuk dibawa ke Kelantan.

Suatu tindakan yang jauh dari kesantunan sebagia orang berbudaya. Kekasaran yang mustahil terjadi dalam peradaban terkini ,di Indoneia maupun tempat lain.di Dunia ini.

Dan sejumlah tindakan “aneh” sang pangeran terhadap Manohara..

Kejadian Manohara dibarengi dengan peristiwa Siti Hajar. Lalu ada Modesta.

Keduanya Tenaga Kerja Wanita [ YKW ] yang bekerja disana.

Dan mungkin ini akan berkanjut terus.

Kekejaman atau kelainan perilaku seorng dua orang majikan barang kali biasa.

Tapi kalau menjadi gejala umum yang tak terbilang jumlahnya, tentu kita patut menduga ada ketimpangan yang lebih mendasar disana.

Fakta yang nampak disini, “Orang jajahan yang minder “ menjadi majikan “orang merdeka yang berbudaya”.

Ada juga kemajuan Indonesia yang luar biasa.

Salah satunya di bidang olahraga..

Sejak akhir tahun lima puluhan atau awal enam puluhan Indonesia patut di sebut BANGSA BESAR di arena bulutangkis..

Menjuarai All England , Thomas Cup dan Uber Cup sudah terlalu sering.

Nama-nama besar seperti Tan Yu Hok, Ferry Sonneville , Liem Swie King , Christian Hadinata, Ade Chandra, Chunchun –Johan Wahyudi ,Rexy Mainaki Ricky Subakgja dan masih banyk lagi. Bahkan Rudy Hartono menjurai All England sampai delapan kali..

Sebuah prestasi yang tidak bisa disamai siapapun.

Ada istilah “King Smaash “ , “Indoneisa Service” dan lain sebagainya.

Juga ad kejuaraan Dunia Beregu dengan nama PIALA SUDIRMAN .Mengambil nama salah seorang tokoh bulutangkis Indonesia.

Tapi belakangan kejayaan Indonesia seperti layu .

Dalam kejuaraan final “Indonesia Open” tgl 21 juni `09 di Jakarta, kejayaan itu tidak nampak sama sekali.

Taufik Hidayat, satu-atunya pemain tuan rumah yang mencapai final, dikalahkan dengan mudah oleh Lee Chong Wei dari Malaysia

Bahkan pada game pertama Taufik hanya diberi point 9 { sembilan } dalam dua belas menit saja.

Dalam nomor tunggal putri, Saina Nehwal { 19 th }dari India mengalahkan

Wang Lin { 20 th } dari China.

Sedangkan putri-putri Indonesia yang lebih tinggi usianya sudah berguguran dibabak-babak sebelumnya.

Berarti kesengangan yang semakin jauh akan terjadi antara Indonesia dengan level dunia.

Indoneia-pun berkabung , tak bisa bicara.

Sudah semestinyakah kita berkabung ?

Ingggris penyelenggara Thimas Cup dan All England diajang bulutangkis dan Wimbledon untuk cabang tennis ,sudah lama tidak pernah menjuarai arena-arena itu.

Tapi Inggris ternyata tenang-tenang saja , tidak terusik.

Sebenarnya dimanakah harga diri sebagai anak bangsa itu bersemayam ?

Ada lagi yang rasanya aneh.

Tgl 18 Juni pada ajang Indonesia Open juga , dalam jenjang quarter final , bertemu dua pasangan ganda putra tangguh..

Markis Kida – Hendra Setiawan dari Indonesia dengan pelatih Sigit Pamungkas melawan Hnedra Saputra –Hendri Wijaya dari Singapura dengan pelatih Eng Hian.

Yang menarik keenam orang itu belum lama berselang masih menjadi atlit pelatnas di Indonesia.

Atlit-atlit Singapura itu, baru saja mendapat kewarga-negaraan Singapura.

Tapi kejadian ini tidak mengusik masyarakat Indonesia .Bahkan audience Indonesia bisa membiarkan mereka bertanding tanpa gangguan ataupun ejekan kepaada pemain pelatnas yang ganti warga negara. itu.

Beda dengan nasib Abdulkadir , putra Indonesia yang menjadi Ketua Delegasi Belanda ketika th 1947 Komisi Tiga Negara { KTN ] PBB sedang mengajak Belanda dan Indonesai kemeja peundingan..

Ketika datang ke Jogja dengan kereta dari Jakarta, Abdulkadir di stasion Tugu mendapat serangan physuk oleh sekelompok pemuda Indonesa.. Bahkan ada cerita sampai diludahi.

Tidak bisa segala masalah kita dijaikan masalah pribadi.

Karena soal pemihakan dan kewargnegaraan bukanlah masalah pribadi , tapi commitment kita bersama terhadap ibu pertiwi.

Mengganti kewarganegaraan , bukanlah jalan keluar untuk mengejar kepentingn pribadi.

Bagi kita itu mengherankan.

Sebegitu mudah mendapatkan kewarganegaraan Singapura .

Kita membandingkan dengan perjuangan Ivana Lie , pemain bulutangkis kita yang bersudah payah berjuang untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.

Pada hal Ivana Lie,tidak saja terlahr di Indonesia dia bahkan sudah malang melitang di arena international membela merah putih.

Hanya dengan campur tangan orang-orang besar Ivana mendapatkan kewarganegaraan itu..

Tapi bagi Singapura itu hanya hal biasa.

Singapura juga “membeli ‘pemain-pemain Brazil untuk kesebelasan sepak bola Singapura..Ini hanya mungkin karena Singapura menjadi sebuah negara hanya dengan perubahan administrative saja.

Perubahan kewarga negaraan bagi Singapura ,hanyalah soal administratif saja.

Tak lebih dari itu.

Kiranya wujud Indonesai dalam perbandingan cukup jelas .

Akan lebih jelas lagi kalau soal-soal yang seperti remeh –temeh itu ,kita anggap penting juga.

Ketika FDR mengumandangkan kemerdekaan bagi bangsa –bangsa terjajah, dia bersama sekutunya telah mempertimbangkan banyak hal.

Dengan alasan mencegah tragedi kemanusiaan seperti yang terjadi pada Perang Dunia yang baru usai, sebagai pihak yang menang perang ,mereka terpaaggil untuk menjaga dunia dan membentuknya se-ideal mungkin.

Tolok ukurnya tentu saja kepentingan mereka sendiri Amerika –Inggris dan sekutunya..

Mereka juga tahu , semua bangsa akan bergerak maju dan semakin sadar akan kepentingannya sendiri.

Betapapun kemajuan bangsa –bangsa bekas jajahan itu harus bisa dikontrol

Seperangkat alat untuk mengontrol duniapun dibentuk.

Alat-alat itu adalah Perserikatan Bangsa Bangsa [ PBB ], Mahkamah International ,Bank Dunia dan lain-lain yang disodorkan seolah untuk membantu bangsa-bangsa teertinggal.

Kalau kita mengerti itu semua, kita juga mengerti bahwa segalanya tentang Indonesia

cukup mengundang kekawatiran negara-negara “pemilik” dunia itu.

Bangsa dengan semangat kebangsaan yang tinggi

Tidak seperti Malaysia. yang belum mengerti arti kebangsaan.

Bangsa dengan budaya yang definitive jelas.

Negara Indonsia juga luas dan kaya akan suber alam

Jumlah pendudukpun lumayan besar.

Semuaunya mengarah kepada potensi untuk menjadi Bangsa dan Negara yang kuat.

Karena itu laju kemajuan Indonesia harus bisa dikendalikan.

Dalam pemberontakan –pemberontakan separatisne, terbukti berkali-kali keterlibatan Amerika.

Dalam peristiqwa Timor Timur kita kalah karena permasalhannya diserahkan kepada PBB yang dibentuk untuk menjaga kepentingan Amerika dan kawan-kawan.

Pulau Sepadan lepas karena diserahkan kepada Mahkamah Interntional, yang juga alat untuk membela kepentongan Amerika dan para sekutunya.

Seakang dengan “alat” yang bernama Malaysia ,kita dirong-rong pada pulan Ambalat.

Sementara masih ada masalah Separaatisme Papua, dan Gerakan Separatisme Maluku.

Yang dikehendaki adalah pecah-belahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lalu bagaimana ?

Apa keinginan kita ?

Kita tidak bisa menyepelekan segala hal yang nampak seperti remeh temeh.

Sekian banyak jalan untuk meuju jenjang keatas , sedemikian juga banyaknya cara orang untuk membenamkan kita..

Peristiwa Manohara, kekejian terhadap TKI kita, pengakuan terhadap kekayaan budaya kita , pulau Ambalat , separatisme di Papua dan Maluku , harua dimengerti sebagai gangguan dalam sebuah lay-out design.

KEDAULATAN KITA SEBAGAI BANGSA DAN NEGARA MERDEKA SEDANG

D I RONG – RONG .

Mereka m,enyangsikan kita bisa membela diri.

Sejumlah kelemahan dijadikan senjata. .

Kekuatan Angkatan Bersenjata kita yang kurang budget .

Hukum dan Pengadilan yang tidak meyakinkan kewibawaannya.

Tertinggalnya Indonesia dalam ekonomi. , dan sejumlah faktor lain untuk meremehkan “Nation of Servants “ ini .

Semakin sukar kita menerima panggilan “saudara serumpun”.

Karena kalau memang YA demikian, Malaysia harus membuktikan diri sebagai Bangsa yang Berbudaya ,sama dengan Indonesia.

Malaysia harus mebuktikan sebagai Bangsa yang Beradab, yang hukum dan pengadilannya tidak membolehkan kekejian .terjadi di wilayah hukumnya.

Dan “PE –ER” kita , Indonesia , kalau masih ingin mengaku sebagai bangsa merdeka, kita harus bisa mempertahankan kedaulatan kita.

Kita harus mampu mempertahankan setiap jengkal wilayah kita dari jamahan bangsa lain.

Kita harus bisa membela setiap warga negara kita, seberapa hinanya sekalipun dia.

Kita tidak membiarkan siapapun untuk merendahkan martabat banga kita .

Bagi kehormatan dan martabat bangsa tak ada sesuatu apapun yang sepele.

M e r d e k a ! ! !

Jakarta, Juli 2009

Koes Pratomo Wongsoyudo

sementara ini tinggal di

jl, Otista III, complex satu no 20,

Jakarta Timur.

081 321 45 88 99.