You tell me

Saya masih merasa nggak enak sampai hari ini

Kalau ingat apa yang saya lakukan dulu waktu shooting program Sebelas12.

Salah satu bintang tamu kamu menyebut dirinya sebagai Coffee Anthusiast. Senang kopi, senang nongkrong di kafé, punya sejumlah kafe favorit dan senang ngobrolin kopi. Lalu pada satu kali kesempatan kami meminta dia untuk melakukan Coffee testing. Satu kopi disuguhkan dalam cangkir cantik. Yang satu di gelas plastik, seperti Aqua gelas. Kemudian saya minta dia minum untuk memberi tahu mana yang menurutnya lebih enak.

Dia mencoba keduanya, berpikir sejenak, lalu menjawab yang di cangkir lebih enak.

Kemudian saya memberi tahu dia…. Bahwa dua duanya sama sama datang dari kopi sachetan yang sama.

Mukanya langsung berubah. Mungkin malu. Saya katakan bahwa ini bukan salah dia, tapi kadang memang penilaian kita sering kali terganggu objektivitasnya. Istilahnya: Bias.

Bias adalah sesuatu yang sering terjadi. Dimaklumi, walaupun tidak bisa dibenarkan. Bias sering juga disebut favoritism, partisanship. Kesukaan kita dengan sesuatu atau seseorang yang pada akhirnya menggugurkan kebenaran yang ada di depan mata, kehilangan objektivitas.

Sering kali terjadi perdebatan antara penggemar sepakbola akan apa yang merupakan pelanggaran dan yang tidak. Misalnya kasusnya adalah pelanggaran oleh pemain ManUtd kepada pemain Persisam di kotak penalti ManUtd. Kejadian yang dilihat sama, tapi opini bisa berbeda. Kedua sisi, bisa saja bias menilai pelanggaran tersebut.

Bias sering kali terjadi pada brand. Apple adalah brand yang kuat. Sering kali anda tidak bisa mendebat fanboy Apple dengan objektif. Mau anda debat seperti apapun, fanboy akan membela mati matian. Saya gak merasa itu serta merta hal negatif, karena itu juga berarti kesuksesan brand Apple telah melahirkan orang orang yang begitu mencintai mereka.  Hal serupa, sering kali terjadi di dunia politik.

Politik dan pilihan politik sering kali membuat orang bias.

Mari kita ambil contoh apa yang terjadi kepada Pak Tifatul Sembiring.

Semua orang tahu hubungan saya dengan beliau. Saya pernah iseng mention beliau “Pak folbeq eaaa” lalu saya tinggal tidur siang. Pas bangunn, tiba tiba tweet saya trending topic world wide. Saya skarang diblok di twitter oleh beliau tanpa pernah mengerti alasannya apa.

Suatu hari, jagad twitter ramai karena satu buah tweet dari Pak Tif yang saat itu masih menjabat sebagai Menkominfo “Tweeps yang budiman? Internet cepat buat apa?”

Sejak hari itu hingga hari ini, orang sering menyindir Pak Tif dengan ucapan ini yang diartikan seakan akan dia mempertanyakan “Buat apa sih punya internet cepat? Kayak ada gunanya aja”

PADAHAL, tweet tersebut adalah bagian pembuka dari rangkaian tweet yang panjang. Setelah tweet tersebut, dia sebenarnya menjelaskan bahwa internet cepat itu utk blablablabla. Dia menjelaskan pentingnya internet cepat.

TAPI, karena orang udah keburu gak suka, mereka BIAS penilaiannya terhadap Pak Tif. Sebenarnya tweet pembuka tersebut tidak beda dengan misalnya guru di depan kelas membuka diskusi dengan “Anak anak, internet cepat untuk apa? Ada yang tahu?” lalu dilanjutkan dengan “Jadi, internet cepat dibutuhkan agar kita bisa lebih mudah mengakses informasi, dst dst dst.”

Saya tidak suka dengan Pak Tif. Di banyak kesempatan kami tidak sejalan cara pandangnya. Tapi saya harus adil dan berkata bahwa dalam hal ini, dia tidak salah. Saya tidak boleh bias.

 

Pilkada, penuh dengan orang orang bias. Selama anda partisan, maka peluang biasnya ada.

Termasuk saya. Itulah yang saya sangat khawatirkan. Setidaknya saya mengaku bahwa saya mungkin saja penilaiannya bias. Entah orang lain.

Orang yang terbutakan cinta, dari luar tampak seperti orang gila. Dengan politik, sama halnya.

Saya berusaha untuk tidak bias dengan mencoba secara objektif melihat data dan situasi. Sering kali saya bertanya kepada Istri saya yang memang non partisan. Supaya dari luar tidak terlihat mengada-ada seperti orang gila. Dalam usaha saya menghindari bias, saya sadar bahwa semuanya sangat tergantung kepada keinginan saya menerima dan menyerap segala macam fakta.

 

Ini jadi penting, karena banyak orang bilang saya berubah karena pilkada.

Which is funny, coz I think, they changed instead of me.

 

Ketika Duterte yang ngomong seperti ini, orang orang di socmed langsung bereaksi.



Namun ketika Pak Basuki yang bicara seperti ini, kenapa mereka diam?




Silakan baca artikelnya di sini

Ketika Reklamasi Bali, semua orang bahkan kebanyakan seniman bereaksi.

Ketika Reklamasi Jakarta, mengapa semua orang diam?

Berani beraninya pula menjawab “Emang di sana masih ada nelayan?”

Kalau orang naik pesawat mau balik ke Jakarta, sebelum mendarat coba tengok ke luar jendela dan lihat ke bawah. Pulau pulau reklamasi itu bisa anda lihat bentuknya. Bisa anda bayangkan dampak ekologisnya. Dan bisa anda lihat perahu perahu nelayan yang ada di situ.

Berani beraninya bilang reklamasi mengurangi banjir padahal menutup pulangnya air belasan sungai ke laut.

Amdal belum ada tapi dari udara sudah kelihatan bangunan bangunan yang diperuntukkan untuk komersil. Kok bisa? Buat siapa? Yang diuntungkan siapa?

Ketika Foke yang merelokasi paksa semua orang bereaksi. Saya ingat betul karena waktu itu relokasi paksa adalah isu yang kami angkat ketika mendukung Bang Faisal Basri. Saya ingat siapa saja yang menentang.

Ketika Pak Basuki yang relokasi paksa sehingga warganya menolak. Mengapa mereka diam?

Mas Anies dibilang tidak bisa kerja?

Kalau tudingannya adalah Mas Anies tidak bisa kerja, pada tahun 2015 sendiri, penyerapan anggaran Kemdikbud itu nyaris 100%. Untuk yang belum tahu, kemampuan menyerap anggaran hingga setinggi itu harusnya berarti orang ini justru bisa kerja dengan efisien. Karena program didesain, anggaran diciptakan dan diajukan, lalu ketika datang tahun yang dimaksud, penyerapan nyaris 100% berarti apa yang direncanakan pada akhirnya dilaksanakan.

Yang aneh itu kalau ada orang sudah rencanakan, dia sudah minta anggaran sesuatu dengan yang dia rencanakan, sudah dia sepakati bersama DPRD, alias dia sudah liat angkanya, tidak ada lagi yang bisa nyempilin uang siluman, dan setuju sehingga dia tanda tangani, lalu realisasinya masih hanya 60%an.

Mau bilang serapan anggaran tidak penting? Kenapa ketika Pak Basuki serapannya rendah lalu dimarahi Pak Jokowi?



Nggak percaya Jokowi, skarang?

Kenapa?

You say I changed?

Me?

Anda lihat stand-up saya dari 2011 sampai sekarang. Anda dengar keresahan saya. Anda ikut berdiri bertepuk tangan. Anda tahu persis di mana saya berdiri.

Saya masih membela suara orang orang yang tidak anda dengar. Suara orang orang yang berkata bahwa masalah utama mereka di Jakarta bukanlah macet dan banjir.

Masalah mereka adalah pendidikan.

Masih banyak anak anak yang tidak bisa sekolah, karena mereka tidak mendapatkan manfaat dari KJP. Karena KJP yang tidak bisa diuangkan hanya bisa untuk orang yang sudah bersekolah. Lalu Mas Anies mau kasih KIP supaya anak anak tidak bersekolah ini bisa dibantu supaya bisa sekolah lalu ditolak.

Lalu saya harus apa? Diam? Pura pura mereka tidak ada? Tidak membantu mereka memperjuangkan hak atas pendidikan yang jadi impian mereka?

Banyak anak anak usia SMA yang tidak bersekolah di Jakarta.

Lalu kita ngomel melihat mereka tawuran, jadi bagian dari peserta demo bayaran, lalu jadi penonton bayaran di acara televisi. Lah mau dibantu dikasih pendidikan tapi ga dikasi sama Gubernurnya.

Masalah mereka adalah uang yang mereka punya berbanding dengan harga di sekitar. Ada 3.5 juta warga jakarta yang penghasilan perbulannya di bawah Rp 1 juta. Anda bisa hidup dengan sekitar 30 ribu per hari sementara harus menghidupi anak dan istri?

Nelayan karena sedikit dianggap tidak penting suaranya sehingga tidak apa membangun pulau dan melabelinya reklamasi. Itu bukan reklamasi. Reklamasi itu BUKAN membangun pulau.

Come on. You know this.

Orang orang ini tidak anda dengar keresahannya di social media. Lalu karena mereka tidak terdengar keluhnya oleh anda, lalu dianggap mereka tidak ada?

 

Saya berbicara untuk mereka.

Saya selalu berbicara untuk orang seperti mereka.

 

I changed?

Are you sure?

Hanya karena anda & saya untuk pertama kalinya memilih orang yang berbeda lalu saya dianggap berubah?

I changed? Or you’re biased?

You tell me.

85 thoughts on “You tell me”

  1. Gua juga nggak suka sama elo, tapi gua harus fair, dalam hal ini elo bener. Begitulah kita berdiskusi yang sehat

  2. Walaupun KTP gue bukan DKI Jakarta, gue harus sepakat dengan tulisan ini. Mengutip tulisan Pandji di buku Juru Bicara, rakyat seharusnya tetap menjadi Watch Dog, bukan fanboys, juga bukan haters. Kalau kebijakannya nggak pas, bilang aja nggak pas, nggak perlu cari pembenaran apalagi nyinyirin yang nggak sependapat. Kalau memang bagus, ya didukung, nggak perlu dinyinyirin pencitraan juga. Seharusnya ini berlaku di pemilihan kepala daerah maupun kepala daerah di belahan dunia manapun. Tapi menurut gue, inilah proses demokrasi. Kita berada di fase demokrasi tergaduh sepanjang masa. Bener-bener gaduh. Tapi nggak papa, bareng-bareng kita nikmati proses belajar berdemokrasi ini dengan tetap obyektif. 🙂

  3. Nggak tau harus ngerespons gimana sih tulisan ini. Tapi menurut saya ya semua orang punya hak dan punya penilaiannya masing-masing terhadap sesuatu.

    Dan di balik setiap pilihan mereka, saya percaya mereka sudah memikirkannya sangat lama terutama jika itu adalah pilihan yang besar.

  4. Kirain ini tentang apakah Pandji berubah. Ternyata cuma bridging. Kalau nanya berubah apa enggak, sebagai follower dari jaman Pandji dari taun 2000-an ya jelas berubah.

  5. Stand up memang seharusnya menyuarakan keadilan di depan publik, dengan sedikit humor biar yang disindir enggak marah, masih bisa senyum lah walau kecut..
    Bravo Pandji, stand up senior yang mengerti apa arti stand up.

  6. Terimakasih sudah mengangkat lagi soal reklamasi teluk jakarta, mas Pandji. Ini sesuatu yang penting menurut saya, yang bukan warga Jakarta, tetapi kerja di Jakarta, dan merasakan keresahan bagaimana jika Jakarta akan banjir jika hujan deras. Dan semakin merasakan kegelisahan, ketika reklamasi teluk jakarta tidak jelas statusnya dihentikan atau tidak. Bahkan pemerintah pusat seolah cuci tangan, bungkam atas semua permasalahan itu.

    Semoga semua warga Jakarta semakin pintar, dan tidak bias memilih. Agar kami yang bukan warga Jakarta, tetapi kerja di Jakarta, tak gelisah karenanya.

  7. Mas Pandji, kalo memang mas Pandji ada waktu untuk hal-hal tersebut. Bolehlah mas Pandji mengupas secara mendalam baik penyerapan anggaran, KJP, Reklamasi Pantai, penggusuran dll. Tentu disertakan data yang valid dan dibuka ruang diskusi.

    Jika perlu datangkan ahok untuk mengkonfrontir hal-hal tersebut agar berimbang karena sepengetahuan saya mas Pandji adalah orang yang berpemikiran terbuka.

    Oh ya, saya termasuk orang yang tidak setuju pembangunan diukur dari penyerapan anggaran.

    Salam dari saya mas Pandji dan sukses selalu

  8. Bang, kalau yang masalah kopi itu bisa aja rasanya emang beda walau mereknya sama.
    Beda medium bisa aja beda suhu, dan juga bisa aja plastiknya sampai ikut larut sama kopi. Jadi berpengaruh ke rasa.

    Just sayin.

  9. Sama2 bias gak? Saya percaya Anies punya prestasi begitu juga ahok. Anies punya kesalahan begitu juga ahok. Bias kalo bang pandji cm membandingkan baiknya anies vs buruknya Ahok. Mngkin ahok jg g bisa disalahkan kaya kasus apple yg udah terlanjur bikin orang suka sm “brandnya”. Disamping pasti ada juga kekurangan didalamnya

    1. Tell me, apa prestasi Pak Basuki? Jangan sebut prestasinya soal program kerja Jakarta yg sudah Pak Basuki lakukan yaa, karena itu memang tugas beliau sebagai gubernur

      1. ..dan prestasi Pak Anies hendak Anda katakan bahwa itu bukan karena memang tugasnya sebagai menteri? intinya, kalau ahok berprestasi itu biasa memang tugasnya. Kalau Anies berprestasi, berarti memang hebat bukan hanya karena tugasnya. walah, mantap pola pikirnya, end of discussion.

    1. Sudah liat data jumlah sertifikat seluruh jakarta? udah dibandingin persentase pribumi dan non pribumi pemilik sertifikat?. Jangan hanya karena sekelompok orang yg menduduki tanah negara bertahun-tahun tidak diberi sertifikat lalu dengan mudah mengatakan pribumi dipersulit dapat sertifikat.

  10. Bapak hanya mengemphasize bagian dana saja, untuk menilai kinerja banyak aspek yg bisa dipertimbangkan, shortly said, kalau pak anies bagus, pak anies ga mungkin diturunkan dari menteri

    1. Hm.. Apa cuma itu alasan untuk menilai pak Anies tidak bagus kinerja nya? Karna dicopot dr menteri??
      Pdhl kita tahu dicopot nya seorang dr menteri itu tdk ada ukuran nya, bisa jadi sangat politis, kasarnya suka2 presiden, kita semua tau itu…
      Kita tau fakta nya kinerja kementerian dikbud salah satu yg paling baik rapor nya. Seperti yg sudah dijelaskan mas pandji, msh bnyk lg prestasi2 beliau..

      Smoga bisa menjadi pemilih yg lebih cerdas 🙂

    2. gak juga kali, menteri itu jabatan politis bro, yang tau itu cuman jokowi, pertimbangannya sangat banyak, kalo pencopotannya yang jadi patokan itu pasti bias, kecuali jokowi sendiri yang jelaskan, saya juga menganggap penyerapan anggaran bukan indikator yang baik, jadi bias juga panjinya kalo penyerapan anggaran jadi patokan kinerja…

    3. Setuju bang… Realistis. Masih banyak yg belum anda ceritakan tentang Anies. Klaupun di ceritakan bisa ga klar dan hilang selera baca.
      Jujur membaca ahok seperti kita membaca fiksi yg tak jelas endingnya. Ga faham fiksi romantis atau bukan. Justru gw mendapatkan cerita romantisnya hanya dari teman.padahal dg mata sendiri yg gw baca beda .
      Ga kebayang 2000 orang akan dia bunuh untuk melindungi 10,1jt. ata mungkin 1m . Nilai buat gw ga ngaruh tapi di mna esensi kemanusaan dan kekerasan hatinya ini yg ga gw demen. Ga kebayang kl yg 2000 itu ada adek.kakak ,ibu, atau kita sendiri?
      Jkt butuh orang yg menggerakan bukan orang yg mendikte atas kekuasaan. Gw tau anies bisa lakukan itu sbb lwt indonesia mengajar anies bisa menggerakan anak muda yg ber prestasi untuk turun lgsung mengajar ke plosok negri.
      Dan ini bukti kongrit keikhlasanya seorang Anies jauh ia lakukan sebelum pilkada.

  11. 1. Kalau bapak mau objektif dan tidak bias, bapak bandingkan aspek jangan hanya di sisi penyerapan dana saja pak, bapak juga beri tahu kelemahan bapak anies dan bapak ahok secara objektif
    2. Bapak jangan hanya membandingkan bapak ahok dengan bapak anies saja, bandingkan juga ke calon lainnya biar tercerdaskan pembaca bapak, kenapa bapak hanya bandingkan bapak anies dengan bapak ahok saja? Saya rasa artikel ini masih bias dan subjektif sih, di awal saja bapak mengakui kalau bapak tif benar namun bapak belum mengakui bahwa ada hal benar yg telah bapak ahok lakukan

    1. Kalau kamu agak rajin sedikit dan mau baca tulisan pandji, kamu akan lihat betapa dia sering menunjukkan kelebihan Ahok. Kamu cuma malas baca aja dan cepat sekali menilai orang. Hehehe

  12. Thx for the writing bro pandji.
    Saya bacanya juga rada bias karena mungkin saya selama ini mendukung Ahok, ga juga tapi mungkin saya terlalu puas sama kinerjanya.

    Anyway, baca tentang ahok di artikel Anda, saya juga rada bias karena yg dibahas cuma performance atau perkataan Ahok yg buruk aja.

    Kadang saya juga bias, terperangkap kalo membela rakyat kecil atau miskin itu hal paling benar, benarkah demikian? Padahal mungkin juga mereka bikin salah trus berlindung di balik kemiskinan dan ketidaktahuan mereka, seperti yang tinggal di lokasi ilegal yg ujungnya harus direlokasi.

    Kalau berpikir lebih jauh, mungkin juga mereka yg kelihatannya dirugikan, sebenernya bisa saja diuntungkan dg adanya kebijakan kontroversial yg ada

    Anyway sy ga ngerti sama yg pendidikan. Anda mendukung ngasih cash buat yg tidak sekolah? Sorry ngasih cash itu solusi supaya mereka sekolah? Bukankah sekolah sudah gratis?

    Apakah memberikan cash bagi orang yg tidak sekolah, akan membuat mereka mau sekolah? Padahal sekolahnya tidak bayar, dan keperluan sekolahnya dibantu KJP. Apakah tidak mungkin uangnya hanya mengalir ke orang yg tidak tepat?

    Saya mengerti bahwa mas panji perduli dengan kesejahteraan warga. Saya sangat apresiasi hal tersebut. Saya pribadi hanya tidak setuju dengan hadiah uang cash.

    Apabila concernnya biaya hidup yg jd pushback utk mengenyam pendidikan. Bagaimana kalau hadiah diberikan jika dan hanya jika penerima harus rajin bersekolah, dan hadiah yg diberikan bukanlah uang namun voucher? Yg dapat ditukarkan makanan atau kebutuhan rumah tangga (bukan alat pendukung sekolah yg sudah dicover KJP).

    I like your work bro, you inspired me a lot

  13. Menurut saya, masalah2 ini perlu ditanyakan langsung ke orangnya ketika debat atau acara apa, biar ybs bisa memberi penjelasan atau pertanggungjawaban(?).

    Karena terus terang, beberapa masalah membuat saya jg mikir2. Jasa Ahok buat Jakarta jelas banyak bgt, tapi bagaimanapun ada orang2 kecil yg jadi korban (yg digusur dengan pemaksaan, ibu2 yg dimaki, guru yg dipecat). Kebanyakan saya lihat karena soal kesalahpahaman dan cara bicara Ahok yg keras. Sedangkan untuk masalah reklamasi, saya termasuk yg diyakinkan kalo reklamasi itu perlu. Well, semoga bisa dicari titik temunya.

  14. Gw baru percaya tulisan ini objektif/ ga bias kalo Om Pandji tidak bertindak sebagai jubirnya salah satu cagub…

    Btw gw orang Ciledug… 😀

    #BolehKanKomen

  15. Mas panji, saya kagum dengan reputasi anda di dunia seni khususnya stand up. Saya hanya berpesan, untuk hal ini saya lebih percaya mas panji sebagai seniman saja. Stop masuk di politik dalam wujud sebagai apapun.

  16. Not only you are changed, but you are also biased.
    Jangan lupa biased itu bukan hanya untuk yang disukai saja, tp juga berlaku bagi orang yang tidak disukai.
    Anda sendiri tidak bertanya, mengapa hal2 itu dilakukan oleh pak Ahok.

    Mengapa serapan rendah? Anda lupa bahwa banyak proyek2 tdk jelas dari DPRD?
    Dan dalam hal ini pak Ahok memilih untuk tidak kongkalikong sama DPRD daripada sekedar mengejar serapan anggaran 100%.
    http://jurnal.selasar.com/politik/pemprov-jakarta-alasan-penyerapan-anggaran
    Anda sekarang liat kan, bgmn RAPBD DKI Jkt setelah ditinggal oleh pak Ahok.
    https://www.merdeka.com/peristiwa/ahok-mulai-gerah-dengan-plt-gubernur-dki.html

    Mengenai demonstrasi, di situ pak Ahok bilang, klo anarkis, catat anarkis, mending tembak ditempat. Yah sy setuju dengan ini. Apa Anda harus menunggu dulu mereka menghancurkan dan membakar rumah orang baru ditindak? Liat kembali tahun 98, apa yang terjadi ketika anarkisme dibiarkan.

    Untuk masalah KJP dan KIP, sy rasa masuk akal jika peserta didik penerima KJP haruslah terdaftar terlebih dulu di salah satu satuan pendidikan Jakarta. Jika KJP diberikan pada anak usia sekolah yang belum terdaftar di satuan pendidikan bisa saja KJP yang ditujukan untuk biaya sekolah dan hal-hal terkait lainnya malah digunakan untuk beli rokok. KJP akan salah sasaran bila diberikan pada anak usia sekolah yang belum terdaftar di satuan pendidikan Jakarta.
    Lagipula cara membantu anak2 tidak bersekolah ini supaya bisa sekolah itu bukan dengan cara diberi uang tunai. Tapi dengan mendorong mereka agar mendaftarkan diri ke sekolah agar kemudian bs menerima KJP.

    KJP yang ditambah Kartu Indonesia Pintar (KIP) beresiko menimbulkan kecemburuan antar daerah.
    DKI yang sudah mampu mandiri tak perlu lagi dibantu subsidi Kartu Pintar dari APBN. Bukankah idealnya tiap daerah mampu memenuhi anggaran pendidikan dari APBDnya sendiri? Apalagi dari tahun ke tahun anggaran KJP DKI selalu bertambah.
    http://megapolitan.kompas.com/read/2016/10/30/18381621/ahok.kjp.sudah.sesuai.kebutuhan.jakarta.kalau.didobel.kip.jadi.berlebihan.

    Untuk masalah reklamasi sy no comment, karena tidak ada riset yang bisa membuktikan mana yang benar. Anda bicara masalah kerusakan lingkungan. Itu memang benar. Tapi jangan lupa saat ini Jakarta juga menghadapi permasalahan tenggelam di masa mendatang. Jika anda menentang reklamasi sebagai solusi, maka ada baiknya anda mulai memikirkan solusi untuk itu, jangan sekedar menolak tp tidak ada solusi.

    Memang rasa suka bikin orang jadi bias, tp rasa tidak suka itu kadang lebih tidak reasonable. Bukan lagi sekedar bias, tp jadi kehilangan akal sehat, kadang worst case sampai kehilangan hati nurani.
    Anda belum kehilangan akal sehat dan hati nurani anda kan?

  17. Topik yg menarik, berbicara tentang “favoritism”

    Waktu bom tamrin….
    Polisi, Pemuka agama, Public figure, Politisi dan kita semua sepakat pada bilang oknum teroris menyalah gunakan/memelintir ajaran Jihad untuk kepentingan golongan tertentu. Penistaan agama ? jelas bukan

    Beberapa bulan kemudian, seorang Ahok bilang oknum politisi menyalahgunakan ajaran Al maidah 51 untuk kepentingan golongan. Kali ini orang2 tidak sepakat dan bilang itu penistaan agama.

    dan lagi Gus Dur menyampaikan hal yg sama dengan Ahok beberapa tahun sebelumnya, Penistaan agama ? jelas bukan

    See ? Apakah cuma karena Ahok yg menyampaikan

    Ok, Ill give more example
    Ingat kasus UPS 5 Milliar ? Semua orang kritik karena dana pendidikan di selewengkan.
    Siapa yg bongkar ?? Ahok !! Semua orang salut.

    Sekarang Kemdikbud di bawah Bapak Anies berhasil melakukan penyerapan anggaran hampir 100%, Mas Panji salut sama dia. Saya sih cuma bisa tertawa, karena ini seperti comedy buat saya.
    Karena Mas Panji hanya terpaku akan angka bukan efektivitas.
    Melihat track record Kemdikbud sebelumnya apakah Mas Panji yakin dengan angka penyerapan 100% efisiensinya 100% juga ?? UPS 5 Miliar untuk sekolah, mungkin yg di butuhkan cuma UPS seharga 5 Juta, brarti efisiensinya 0.1 % dan penyelewengannya 99.9%. Mungkin saja Kemdikbud di bawah bapak Anies efisiensinya sebesar itu… Tidak terpikirkah ?

    See ? “favoritism” or applies a double standard… that what you probably do

    Well it is a comedy anyway. Thx for your entertainment Mas Panji

  18. Saya pikir pandji akan sesuai dengan kata-katanya bahwa pandji mencoba tidak bias. Ternyata kesimpulan yang diambil tetap bias menurut saya. Mungkin mas pandji perlu mendalami lagi bias itu seperti apa dan mencoba lagi untuk benar-benar tidak bias.

  19. Gak boleh gak suka dengan pak tif bung pandji. Gak suka perilaku is ok, but gak suka orang is not ok.
    Hindari perilakunya, bukan orangnya. Waspadalah waspadalah

  20. Coba bantu ceritakan juga 40% yg tidak terserap oleh ahok itu bagian mana saja.
    Dan bandingan 100% penyerapan anies itu apakah full penyerapan atau “penguapan”.
    You know lah maksud saya soal serap2an dana ya.

    Sedih kalo orang pinter cuma “kerja” sebagai penggiring opini yg garing, dengan data secuil, tulisan digaul2in 🙂
    Kalau mau mencerdaskan pembaca, bantu dengan data yg lengkap, valid dan berimbang.
    Bahas dengan adil.
    Bukankah begitu?

    #ups gw gini kan cuma “kerja”

  21. Dulu pas heboh-hebohnya berita Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, dll maju di Pilkada DKI, mas Pandji bilang kalo orang hebat jangan diadu, tapi disebar. Biarin Ahok lanjutin di DKI. Tapi setelah Anies Baswedan maju, mas Pandji berubah.

  22. gw sebenernya ga terlalu sependapat sama pemikiran pandji selama ini,
    tapi kali ini gw sepakat sama tulisannya. good job bro!

  23. Manusia memang salah satu mekanisme “survival”nya menyederhanakan sesuatu dengan label simple bahwa sesuatu itu “baik” atau “buruk”, padahal kenyataannya segala sesuatu ada baik dan buruknya sendiri, sangat kompleks dan kadang enigmatik, ini memang sangat melelahkan dan tidak biasa bagi otak dan insting manusia sehingga pada dasarnya lbh mudah memilih labelisasi simple tsb.

    Kebenaran sendiri dalam kehidupan nyata itu kadang seperti Kecantikan (beauty), dimana Beauty is in the eye of the beholder.

    Memang sangat sulit utk jadi pure objektif karena kita bukan mesin/suatu alat, tapi itulah juga kelebihan manusia yg diberi kebebasan menentukan arah nasibnya sendiri. Dan manusia terkadang lupa bahwa memiliki kebebasan memilih merupakan salah satu privilege yang harus kita syukuri.

  24. Manusia memang salah satu mekanisme “survival”nya menyederhanakan sesuatu dengan label simple bahwa sesuatu itu “baik” atau “buruk”, padahal kenyataannya segala sesuatu ada baik dan buruknya sendiri, sangat kompleks dan kadang enigmatik, ini memang sangat melelahkan dan tidak biasa bagi otak dan insting manusia sehingga pada dasarnya lbh mudah memilih labelisasi simple tsb.

    Kebenaran sendiri dalam kehidupan nyata itu kadang seperti Kecantikan (beauty), dimana Beauty is in the eye of the beholder.

    Memang sangat sulit utk jadi pure objektif karena kita bukan mesin/suatu alat, tapi itulah juga kelebihan manusia yg diberi kebebasan menentukan arah nasibnya sendiri. Dan manusia terkadang lupa bahwa memiliki kebebasan memilih merupakan salah satu privilege yang harus kita syukuri.

    Maaf klo saya malah ngalor ngidul, paling gak bukan dagang hehe

  25. Saya setuju bahwa kita sebisa mungkin beranjak dr data dan tidak bias. Namun ketika mas pandji senantiasa membicarakan keburukan pihak lain dan meninggikan prestasi satu pihak, maka kesan yang kami dapatkan adalah mas pandji bias. Apa yang kita sampaikan di muka umum, sudah menjadi milik publik untuk menilai.
    Mungkin mas Pandji sudah memastikan diri untuk mengurangi bias, namun orang lain yg akan menilai seberapa biaskah mas pandji. Mungkin kalau mas pandji mau membahas kekurangan Mas Anies-Sandiaga, dalam porsi yg sama membahas kekurangan Mas Basuki, akan bisa lebih terlihat.
    Mas Panji ga berubah.. Mas Panji hanya melaksanakan apa yang sudah direncanakan demi suatu tujuan. Kemenangan mas Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

    It’s okay to take sides.. Ya asal kami tau saja dalam kapasitas apa mas Pandji berbicara..

  26. Terima kasih sudah menyuarakan saudara-saudara kita yang mungkin belum mampu bersuara banyak di medsos……..

  27. Setiap orang memiliki pandangannya masing².
    Menurut saya, Mas Pandji sudah objektif dengan memilih mendukung Pak Anies dibandingkan Pak BTP atau Pak Agus.
    Alasan yang beliau punya tidak asal.
    Itu fakta dan valid.
    Yang tidak setuju dengan Mas Pandji harusnya ttp stay cool aja tanpa perlu menjustifikasi Mas Pandji berubah.
    Menurut saya, Mas Pandji ttp sama dg cara berpikirnya yg spt saat ini (kritis objektif).

  28. Bukan bias kalau informasi yg di dapat belum berimbang dan menyeluruh.

    Bias hanya timbul pada pihak yang memihak.

  29. Mentri di turunin krn gak perform? Lalu apa kabar puan? Gak semua yg di pecat itu buruk, bisa jd krn overperform. Liat bill gates, steve jobs. 😂

  30. Setelah baca ini, saya baru ngerti kenapa anda mau terjun ke dunia politik dan mati-matian bela si anies.

    Selamat malam, folbek eaaa kakak.

  31. Setuju, selama ini msh sedikit yg membuka mata dati terhadap efek dan proses reklamasi. (Dengan berbagai alasan, yg menurut saya ga masuk akal), apasih penting nya reklamasi? Bukan nya kita ingin fokus memajukan daerah2

    Jakarta seolah2 hanya tempat pembangunan kota, maju infrastrukturnya tp melupakan manusia nya. Masih banyak warga yg makin termarjinalkan

    Pendidikan, nilai2 sopan santun, susila, moral, agama tdk terurus dgn baik, seperti dianggap tidak penting..

  32. I am one of your fans…
    Uhmm maybe i was.

    Let me tell you…
    Just like seasons, people change.
    And yes, you’ve changed.

  33. kata nya ga akan bias tapi yang dibahas Ahok “kejelekan nya doang” dan Pak Anies yang bagus-bagusnya doang, dan Agus Yudhoyono sama sekali ga dibicarain
    caduk lah bang..

  34. Saya setuju. Reklamasi BUKAN membangun pulau. Kita harus berfikir lebih jernih. Tidak semua warga Indonesia tinggal di Jakarta dan Indonesia bukan cuma Jakarta. Kenapa kami di Medan atau teman di Jayapuran “sok ribut” soal jakarta? Karena Kota itu adalah Ibu Kotanya Indonesia. Ini soal memperjuangkan halaman depan sebuah Negara.

  35. Bagus banget uraian analisa mas Panji… Lbh obyektif dan bukan lg sekedar kadi seorang fanboy bodoh yg ikutan2 arus. Kita bisa lihat reklamasi Jakarta yg jelas2 merugikan ekosistem dan kehidupan nelayan di Jakut. Kl mau jujur, reklamasi itu buat siapa ? Berapa harga property disana setelah jadi…? apakah akan dibangun rusun disana ? atau sekesar real estate mewah dengan segala fasilitas lux-nya… Ataukah para fanboy Ahok nantinya bisa beli dan menempati dengan seluruh penghasilannya ?
    Bagaimana pula amdalnya terhadap daratan Jakarta dan sekitarnya ?
    Bukankan Rizal ramli dulu sudah menghentikan reklamasi namun akhirnya dicopot dr jabatan Menko…

  36. Bagus banget uraian analisa mas Panji… Lbh obyektif dan bukan lg sekedar menjadi seorang fanboy bodoh yg ikutan2 arus. Kita bisa lihat reklamasi Jakarta yg jelas2 merugikan ekosistem dan kehidupan nelayan di Jakut. Kl mau jujur, reklamasi itu buat siapa ? Berapa harga property disana setelah jadi…? apakah akan dibangun rusun disana ? atau sekedar real estate mewah dengan segala fasilitas lux-nya… Ataukah para fanboy Ahok nantinya bisa beli dan menempati dengan seluruh penghasilannya ?
    Bagaimana pula amdalnya terhadap daratan Jakarta dan sekitarnya ?
    Bukankan Rizal ramli dulu sudah menghentikan reklamasi karena unsur amdalnya tidak memenhi, namun akhirnya dicopot dr jabatan Menko…

  37. Kok bisa gak sekolah SMA? Bukannya sekolah gratis? Soalnya gw ngerasai susah bayaran, waktu jokowi ahok jadi gubernur sekolah gratis… Kalo Ada yg gak sekolah SMA sih gak ngerti deh kenapa

  38. Mengapa membandingkannya hanya dengan 1 calon? Malah kesannya you’re biased. Tidak ada bedanya dengan timses lain. Mengunggulkan calonnya sendiri & mencari kekurangan calon lain.

    Ada baiknya sih, kalau mau membandingkan, ya bandingkan kelebihan dengan kelebihan dan kekurangan dengan kekurangan untuk ketiga calon & pasangannya. Saya rasa itu yang dikatakan netral & tidak bias.

    Kalau masih membandingkan kelebihan dan kekurangan, artinya kita masih menjadi fanboy bukan watch dog.

    Itu pendapat saya sebagai orang awam. Entah untuk dunia politik.

    NB: saya sangat kagum dengan program Pak Anies terkait Indonesia Mengajar, Pak Sandi dengan kisah sukses bisnisnya. Untuk calon lain kurang tahu sepak terjangnya kecuali tentu Pak Ahok yang saya kagum dengan ketegasan beliau sejak di Bangka Belitung.

    Salam Sukses 🙂

  39. Hi mas Pandji,

    Saya dukung Anies dari 2014, jaman Jokowi mau naik, dan isu Anies akan diusung Demokrat 🙂
    Sayang enggak kejadian.

    Mencoba untuk tidak bias,
    Saya setuju reklamasi, omongan kasar dan sebagai nya memang tidak baik, sangat tidak baik.
    Lalu, bagaimana dengan “prestasi” pak Basuki, Ya, selama menjabat? Prestasi yang diusung terus oleh buzzer pak Basuki yang kadang “keras”, dan “jahat” (Tweet Jahat lebih jahat daripada mulut yang dibela :p)
    Apakah prestasi yang mereka bilang (Sungai Bersih, MRT mulai jalan lagi) itu memang prestasi pak Basuki?

    Atau hanya pak Foke aja yang kurang (Kurang lama, atau kurang handal. People will tell us :D)

    Nah, macet sama banjir masih ada sih 😮 😮

  40. saya yakin saya ga bias, toh saya non partisan.

    reklamasi jakarta koq disamain sama reklamasi bali?

    dan logika tentang penyerapan anggaran? diserap 100% = hasil bagus?

    you want me to tell you, but i ain’t telling you, i’m just gonna ask you:

    who’s biased now?

  41. Iya, mungkin harus compare ke satu persatu aspek…..
    but anyway puaskah dengan plt gubernur sekarang?

  42. sekedar saran dari ane.

    kalo ente mau bandingin ya jangan di poin plus salah satu kandidat.
    CONTOH: penyerapan anggaran. oke emang kalo pak anies lebih unggul. dan ente emang tetep mau bela pak anies kan?

    coba paparkan kekurangan anies (contoh: kurang tegas) dan pak ahok adalah sangat tegas. ente gak mau ngasih contoh itu kan? agar calon yg ente dukung itu gak kalah.
    ya itu sih gak objektif juga bro.

    intinya gini, ane yakin ente sangat paham tentang keobjektifisan sudut pandang, bias dll. namun, ente masih belum sepenuhnya objektif berdasarkan paparan di atas. makannya kalo mau bahas poin plus, perlu bahas juga poin negatif nya.

    segitu aja. sukses terus bro pandji!

  43. Gw ga ngerti politik, tapi setau gue kopi yang diseduh di gelas plastik itu rasanya beneran ga enak.. #ah mungkin gue aja yang bias 😀

  44. Bang Pandji, sebenarnya saya ngedukung program Pak Anies yg ingin memajukan Jakarta dengan memajukan manusianya terutama lewat pendidikan. Tapi, saya ga ngerti kenapa Pak Anies terkadang (ato sering) menyerang lawannya dalam kampanyenya. Yang terbaru yg mengenai pola komunikasi pemimpin yg berubah pada saat masa kampanye dan masa kepemimpinan jabatan. Lebih baik Pak Anies jgn lakukan hal ini dan lebih fokus ke bagaimana menaikkan elektabilitasnya yg selalu terendah dalam setiap survey. Mungkin ini jg efek bias seperti yg Bang Pandji jelasin yg bikin Agus selalu tertinggi padahal programnya tidak jelas dan mencari popularitas dgn kegantengan mungkin?

  45. Yg gw suka dari mas Pandji, banyak info baru yg diberikan.. pengetahuannya luasss…

    Nah gw pengen tahu, diskusi sehat aja ya mas, biar bisa dpt pengetahuan lebih.
    Rencana pa Anies untuk reklamasi jadi apa? Apakah dihentikan? Atau dikeruk lagi dibalikin ke awal?
    Lalu soal serapan anggaran, dengan serapan 100% kenapa masih banyak bangunan sekolah yg tidak layak? Anggaran2 itu dialokasikan kemana? Maap kurang tau..

    Soalnya gw sbg warga jakarta, hanya merasakan seperti bis TJ lebih banyak dan bagus2, pembangunan LRt dan Mrt (yg semoga ga menyisakan tiang2 doank kayak di senayan) dengan serapan anggaran yg belum maksimal. Lebih keliatan dan berasa manfaatnya langsung ke gw.

    Peace!

  46. Saya setuju bang, kita menilai harus adil. Yg benar harus di dukung yang salah harus diingatkan.

    Coba seluruh warga jakarta bisa baca tulisan ini, biar ngerti dalam menilai. Biar tidak bias.

    Saya orang Bandung, saya suka ahok dengan beraninya menindak hal hal yang salah, tp beliau kekurangan dengan bacotnya yg suka melukai.

    Saya juga suka Pak Anies, bahkan suka banget. Tp saya sedikit ragu, apakah pak anies bisa merubah jakarta dengan humanis seperti dia janjikan. Mengingat masyarakat jakarta itu keras.

    Saya juga suka Pak AHY, tp beliau belum punya pengalaman sama sekali dalam hal seperti ini.

    Ya… tp saya orang Bandung, saya tidak ambil pusing. Biarlah orang jakarta yg memilih. Yang terpenting pilkadanya bisa berjalan aman dan damai.

    Inan Kito

    http://www.inankito.org

  47. Pendidikan memang nomer satu, tetapi pembangunan infrastruktur juga penting. Kalo menurut saya, AHOK sudah berhasil “secara perlahan” merubah “wajah” Jakarta. Banjir dan Macet memang bukan satu-satunya masalah di Jakarta, tetapi itu yang jadi sorotan selama ini… Sehingga wajar kalo itu dijadikan prioritas.
    Sekali lagi pendidikan memang penting, tetapi ini soal prioritas, dimana masing2 calon memiliki prioritas yg berbeda, Pak Anies memang dari dulu kampanyenya selalu bertema pendidikan, dan itu akan selalu menjadi prioritas beliau, dan itu menurut saya luar biasa bagus.
    Sayangnya pendidikan belum menjadi prioritas di era AHOK, tetapi jika ke depannya nanti Pak Anies dipercaya sebagai Gubernur atau bahkan Presiden, maka di saat itulah pendidikan akan menjadi priorita pembangunan…
    Jadi menurut saya, mari berharap agar semua orang hebat ini bisa dapat giliran untuk memajukan negeri ini sesuai dengan visi dan misinya masing-masing…

  48. Ketika Ahok ngomong : jangan mau dibohongi pakai surat al maidah
    semua bereaksi dan demo sampai heboh..

    Ketika Habib Rizieq ngomong : jangan mau dibohongi pakai al quran
    kenapa semua diam?

    itu aja om..biar ga favoritism

  49. Ada baiknya apabila mengkritik secara berimbang mas, terlepas dari apakah mas Pandji pendukung dari mas Anies. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, Agar tidak menimbulkan “bias” seperti yang dikatakan oleh mas Pandji. Ada baiknya paparkan dari dua sisi. Dan yang menjadi pertanyaan saya juga kok hanya kedua pasangan calon tsb yang mas bandingan? Oh iya mungkin satu calon lagi …….. hehee Tetapi, biarlah publik Jakarta yang memilih pemimpin seperti apa yang di butuhkan Jakarta sekarang.

  50. Seneng dengan pendapat pandji di tulisan ini. Walau bukan ber ktp dki jakarta, tapi saya liat ini jujur. Gak bias sama sekali

  51. Cukup ngikutin aja dch, g bisa nyoblos ketiga tiganya.
    Oiya kok yg dibandingkan td kok cuma 2 y, kan kompetisinya ber 3 y.

  52. Panji yang keren, in some cases you’re right, tapi menurut gue you did changed..elo juga bias, ketika lo cuma ngebandingin keburukannya ahok dan ketidak-piawaiannya dalam berkomunikasi dengan kebaikan anies dan kemampuannya dalam beretorika jelas lo uda bias dan favoritism. Kalo lo ga bias dan ga favoritism,lo akan berimbang ngebandingin semua calon,dan ngebahas semua sisi positif dan negatifnya. Ngebandingin juga harusnya apple to apple, perilaku ya sama perilaku, program ya sama program, data real sama data real, gitu aja sih 🙂

  53. Katanya kita berpikiran terbuka,moderat,toleran dll..ketika giliran saudara sesuku,se agama,kerabat, saudara buat kesalahan pada diam. Kalau ada job atau pekerjaan pasti ngasihnya ke “sesama” kita, kemudian teriak teriak “kita harus toleran, gak boleh mandang SARA bla.bla.bla..tentukan pilihan dengan tegas..hitam ya hitam putih ya putih…jelas dimana anda berdiri.wilayah abu abu tidak ada..yang ada hanya kepentingan.

  54. Membandingkan kebaikan seseorang dengan keburukan seseorang apakah itu fair mas ?

    Masalah reklamasi menurut saya itu salah pemerataan, orang hanya tertuju kepada jawa, jakarta .. Jakarta udah over penduduk.. Ya mau ditaro dimana lagi ? Apa karena reklamasi merusak biota laut ?? Biota laut jakarta juga udah rusak dari dulu. Mau di perbaiki ? Makan waktu ratusan tahun dengan biaya yang tidak sedikit kali itu.. Wajar aja sih menurut saya jika ga ada pemerataan di indonesia orang pada ke jakarta dan jakarta butuh lahan baru..

  55. Gua pembaca lu dari lama bang, banyak keresahan lu yg pernah gua baca. Heboh nya reklamasi bukan sesuatu yg baru, tapi kenapa baru lu angkat sekarang pas masa kampanye? Apakah ini ga disebut bias?

  56. haha…to the point aja bang…
    yg ingin dibicarain sbnrnya adl pilkada & reklamasi kan?

    reklamasi dibangun dgn alasan…ada (yg cari) banyak banyak uang d sana…
    kata ahli tata kota d metro…(reklamasi) itu belum perlu…
    lalu beliau blg…mngkin krn ada banyak sekali uang d sana…
    anjing gw setuju bgt tuh ma beliau…apa lg deket deket pilkada…ha ha

  57. Everybody biased to some degree. Jadi tidak perlu diributkan. Yang membuat orang berpikiran kerdil adalah tidak mau mendengar pendapat orang yg berseberangan karena efek biased atau kepentingan tertentu. Misalnya kontrak jubir.

    Saya ikuti Pandji sejak duet dengan Steny di hardrock FM. Pandji is a smart person, no doubt. .
    Hanya saja membaca artikel diatas, saya ragu apakah kecerdasan Pandji dapat mengalahkan biased yg menyebabkan kehilangan objektifitas, ataupun kepentingan lainnya.
    Anyway, yes I dissapointed… Somehow I missed Pandji who always have a smart remark for intolerance group or people with a thick mask on their face.

  58. Mas, dikau ini sekarang juru bicara salah satu calon. Ibaratnya saat dulu ada tiga cowok yang melamar, ya memang saatnya menimbang2 mana yang paling cocok untuk dijadikan suami. Dengan kejernihan hati (tsaah) dan doa khusuk tujuh hari tujuh malam. Berusaha tidak terbiaskan dada yg paling tegap. Tapi saat sudah menjatuhkan pilihan, dan kemudian menjadi timses atau apalah jabatannya, ya sudah tho. Ya sudah sewajarnya mas akan mencoba mempengaruhi khalayak utk memilih jago mas. Wajar kalau menunjukkan kelebihannya, dan tidak membesar2kan kekurangannya. Saya yakin motivasi mas memilih jagoan mas itu mulia, bukan sekedar karena fulus misalnya. Tapi ya sebagai jubir mas sudah kehilangan privilege untuk bisa berkata bahwa mas tidak bias dsb. Because you have to now. Ngapain lu diangkat jadi jubir kalau masih kayak kami2 ini yg masih menimbang2 baik dan buruk semua calon. Kenapa sih sibuk mencoba menjadi jubir sekaligus berusaha meyakinkan semua pihak akan kenetralan anda? Dan itu yang mengganggu saya dari kubu Anies. You guys try to play safe, mencoba merangkul semua pihak, dan berdiri di dua kaki. Saya bisa meraba siapa calon pemilih ahok, dan Agus plays his cards well. Untuk ukuran calon tanpa pengalaman dan kemampuan bicara he’s done well so far. Anies? I have no idea where you guys stand now. With fpi while declaring I’m not syiah or standing in ‘higher moral ground’ seperti yang selama ini membuat banyak orang mengidolakan beliau. You want to win in every grounds and yet you might loose the battle. Ingat, gak butuh 100% suara memilih jagoan anda. Cukup 50+1. Try to win everyone and you’ll end up loosing all.

  59. sebagai salah satu orang yang (hampir) selalu mengikuti karya2 mu, saya hanya bisa bilang ” you did changed ” bang. Tidak berubah sepenuhnya, tapi sikap dan cara pandang abang ttg politik di dki (pilkada) benar2 berubah. Yang sayangnya, not in a good way. Saya bukan penduduk DKI dan tidak punya keberpihakan terhadap salah satu paslon, saya juga menjadi salah satu relawan turun tangan saat mas anies ikut konvensi pemilihan capres dari partai demokrat. jadi saya bisa memastikan kl penilaian saya terganggu oleh bias politik. Saya dan mungkin banyak penggemarmu sangat mendukung ketika mas anies meminang bang pandji untuk jadi jubir. Dan sangat kagum ketika bang pandji mengusung kampanye damai dan positif dengan tidak menjelek jelekkan paslon lain. tapi sayangnya semakin kesini, komitmen terhadap hal tersebut semakin berkurang. dari hari kehari, banyak tulisan abang ttg pilkada yang isinya defense dan pembelaan diri yang sangat berlebih. Mungkin abang tidak merasa ada yang berubah, tapi kami sebagai orang yang sudah lama menikmati karyamu, dapat merasakan perubahan yang drastis. Kalimat penutup dalam tulisan ini,menjadi salah satu bukti perubahanmu. ketika pikiranmu dipenuhi dikotomi. ketika abang merasa bahwa “mereka yang menilai diriku berubah,adalah mereka yang berseberangan pilihan politik denganku”

    “Hanya karena anda & saya untuk pertama kalinya memilih orang yang berbeda lalu saya dianggap berubah?”

    Terlepas dari sikap politikmu yang sekarang, we still love & adore your “work”

  60. Tulisan elo bias. Elo gak bahas korupsi. Pemerintahan yang bersih. Masalah di Jakarta itu sebagian besar karena korupsi. Duit utk rakyat dimakan penjahat.
    Tulisan elo bias. Terasa banget elo ngebelain Anies tapi tanpa data akurat. Coba elo baca semua komentar di halaman ini dan bantah.
    Tulisan elo bias.

Comments are closed.